Reorder Point ROP tiap item obat JKN kelompok A indeks kritis untuk

63 belum menggunakan safety stock dapat terbantu dalam merencanakan pemesanan, sehingga stok barang tidak sampai kosong. Dengan demikian service level logistik atas permintaan unit dapat terpenuhi, terutama karena obat-obat dalam kelompok A indeks kritis adalah obat-obat yang jumlah dan frekuensiperesepannya sangat tinggi.

3. Reorder Point ROP tiap item obat JKN kelompok A indeks kritis untuk

Juli –Desember 2015. Reorder Point ROP peramalan kebutuhan obat golongan A Indeks Kritis per bulan dari Juli sampai dengan Desember 2015. Lead time yang digunakan adalah lead time pada masing-masing obat. Hasil perhitungan ROP pada masing-masing obat untukJuli –Desember 2015 pada obat kelompok A indeks kritis adalah sebagai berikut: Tabel 4.8. : ROP obat JKN kelompok A indeks kritis Obat Juli Agustus September Oktober November Desember clopidrogrel 590 594 599 603 608 612 Harnal 0,2 mg 2314 2396 2478 2560 2642 2724 Harnal OCAS 7270 7588 8224 8542 8860 8860 valsartan 80 mg 970 985 1001 1017 1033 1049 valsartan 160 mg 517 527 536 545 555 564 irbesartan 300 mg 474 478 482 487 491 496 candesartan 8 mg 438 475 482 490 497 505 gliquidone 708 730 751 773 794 816 bisoprolol 322 312 302 292 281 271 Reorder Point atau titik pemesanan kembali adalah stok minimal yang harus tersedia Quick et al, 2012. Hasil perhitungan ROP dihitung berdasarkan peramalan kebutuhan tiap bulan. Selama ini unit logistik belum melakukan perhitungan stok minimal berdasarkan kebutuhan, hanya sebagai perkiraan. 64 Adanya manajemen persediaan secara ilmiah merupakan suatu upaya dalam keberhasilan terapi kepada pasien selain juga tercapainya penggunaan sumber daya secara bijaksana Anand, 2013. Dengan adanya hasil perhitungan ini, petugas di logistik dapat terbantu untuk melakukan pemesanan kembali.Adanya perhitungan stok minimal juga membantu untuk mengurangi pemesanan di luar perencanaan karena terjadinya stock out yang mengakibatkan adanya tambahan biaya Quick et al, 2012.Pengurangan pemesanan di luar perencanaan dapat membantu unit logistik mengurangi biaya. Pelaksanaan penerapan perhitungan EOQ, Safety Stock, dan ROP dapat diupayakan dalam beberapa cara. Secara manual hal ini dapat dilakukan oleh petugas logistik dengan melakukan pengecekan terus menerus dengan bantuan kartu stok dan dengan label stok minimal pada setiap rak penyimpanan. Petugas kemudian dapat melakukan pemesanan pada setiap obat yang memasuki batas stok minimal. Namun cara manual kurang efisien dalam segi waktu dan biaya, juga mengandalkan ketelitian petugas yang melakukan pengecekan. Cara yang lebih efisien dan efektif dapat dilakukan dengan program terpadu dalam SIM-RS Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, terutama dalam sistem pengadaan obat di logistik. Penggunaan teknologi informasi yang terpadu dalam sistem pelayanan kesehatan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas manajemen rantai pengeloaan obat Nilseng et al, 2014. 65 Hal lain yang sangat menentukan ketepatan penghitungan adalah adanya pencatatan mengenai jumlah penggunaan obat dan jumlah stock out. Tanpa adanya pencatatan dan data mengenai kedua hal terebut, akan sulit untuk menerapkan hasil penelitian untuk mendapatkan peramalan serta perhitungan EOQ, Safety Stock, dan ROP. Selain itu akan sulit juga untuk mengukur keberhasilan dalam upaya penurunan jumlah stock out Lopez et al, 2014. Dengan kata lain keberhasilan dalam sistem pengadaan mensyaratkan adanya suatu sistem informasi dan administrasi yang kuat dan memadai Singh, 2013. Sampai saat ini masih banyak evaluasi dan perubahan terkait dengan pelaksanaan JKN, termasuk dalam sistem pengadaan obat. Dasar-dasar perhitungan dalam penelitian ini dapat membantu untuk memperkirakan kebutuhan obat. Terkait adanya wacana perubahan dalam sistem pengadaan obat, dasar perhitungan ini tetap dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan obat, baik kebutuhan obat per bulan, maupun kebutuhan obat per tahun. 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan: 1. Beberapa hal dalam sistem pengelolaan obat JKN di RSPR belum sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. 2. Peramalan kebutuhan tiap item obat JKN kelompok A indeks kritis dapat dilakukan dengan metode Double Exponential Smoothing dan hasil perhitungan dapat dilihat pada hasil penelitian. 3. Economic Order Quantity EOQ, Safety Stock SS, dan Reorder Point ROP