34
Apoteker. Staf administrasi pergudangan farmasi terdiri dari 1 orang dengan pendidikan D-3. Staf pergudangan farmasi terdiri dari lima orang, yaitu
seorang Apoteker, 3 orang Tenaga Teknis Kefarmasian dengan pendidikan Sekolah Menengah Farmasi dan 1 orang staf berpendidikan Sekolah Menengah
Umum. Staf pembelian terdiri dari 1 orang berpendidikan D-3, dan staf penerima perbekalan farmasi terdiri dari 1 orang Tenaga Teknis Kefarmasian
berpendidikan Sekolah Menengah Farmasi. Tugas kepala seksi pergudangan farmasi dan seluruh staf yang ada di
pergudangan farmasi ialah melaksanakan proses pengelolaan sediaan farmasi. Semua staf bertujuan untuk menjamin lancarnya pengadaan obat dan alat
kesehatan mulai dari perencanaan, hingga pada penerimaan dan distribusi obat. Selain itu, pekerjaan di pergudangan farmasi juga bertujuan untuk menjamin
keamanan obat dan alat kesehatan yang berada di gudang. Semua staf bertanggung jawab pada kepala seksi pergudangan farmasi.
9. Instalasi Farmasi
a. Struktur organisasi
Instalasi farmasi berada di bawah Kepala Bidang Penunjang Medik. Instalasi farmasi dikepalai oleh Kepala Instalasi Farmasi.
Instalasi farmasi dibagi menjadi dua, yaitu farmasi rawat jalan dan farmasi rawat inap.Farmasi rawat jalan dikepalai oleh Wakil Kepala
Seksi farmasi rawat jalan, dan farmasi rawat inap dikepalai oleh Wakil Kepala Seksi farmasi rawat inap.
35
Pelayanan farmasi untuk pasien JKN dilaksanakan di tiga tempat. Farmasi rawat inap melayani kebutuhan obat untuk pasien JKN di
bangsal. Pelayanan obat untuk pasien JKN rawat jalan dilakukan di farmasi rawat jalan lantai 1. Sementara pasien JKN dengan perjanjian
atau kemoterapi dilayani di farmasi Poli Lukas. Pengendalian atau pengadaan yang menjadi tanggung jawab
farmasi lebih pada pengendalian tingkat persediaan di unit-unit pelayananan farmasi. Unit farmasi juga bertanggung jawab dalam
penyimpanan obat di unit farmasi, pencegahan kerusakan kehilangan atau kadaluarsa. Seluruh kegiatan pengendalian ini menjadi tanggung jawab
Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian dan petugas administrasi di bawah supervisi Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
b. Sumber Daya Manusia
Instalasi farmasi RSPR memiliki 64 personel.Terdapat 14 orang apoteker dengan pendidikan S-2 sebanyak 2 orang apoteker dan 12 orang
apoteker lulusan S-1. Tenaga Teknis Kefarmasian TTK berjumlah 43 orang terdiri dari 6 orang TTK berpendidikan D-3 dan 37 orang
berpendidikan sekolah menengah. Instalasi farmasi juga dibantu oleh 2 orang tenaga administrasi dan 6 orang pekarya.
36
BAB III METODA PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian observasional non-eksperimental. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif evaluatif menggunakan data kuantitatif
yamg telah tersedia sehingga penelitian ini termasuk penelitian retrospektif. Analisis yang digunakan adalah analisis ABC dan ABC indeks kritis.
Selain itu dilakukan juga analisis kualitatif untuk mengevaluasi manajemen logistik dan pengadaan di RSPR. Data penelitian menggunakan data logistik obat
JKN yang terdiri dari jumlah pemakaian obat JKN selama bulan Januari 2015 –
Juni 2015. Data diperoleh dari bagian Pengelola Sistem Informasi PSI RSPR.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua populasi. Populasi pertama ini adalah obat JKN yang ada di Unit Logistik RSPR. Sampel yang digunakan adalah data
pemakaian obat JKN selama Januari –Juni 2015. Populasi kedua adalah dokter
spesialis dengan jumlah rata-rata pasien JKN per hari praktek lebih dari 5 pasien. Dokter yang dilibatkan dalam penelitian ini hanya dokter spesialis karena RSPR
sebagai rumah sakit rujukan hanya menerima pasien JKN untuk pemeriksaan lanjut pada dokter spesialis. Pada penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data
dengan narasumber kepala unit logistik dan kepala instalasi farmasi.