Korban Trafficking Pola Penanganan Korban Trafficking

Jaya” Jakarta. Adapun penjelasan dari penanganan korban trafficking di lembaga-lembaga tersebut adalah sebagai berikut: a. International Organization for Migration IOM Mandat utama dari didirikannya IOM adalah mendukung pemerintah dalam mengedepankan usaha pemberantasan perdagangan orang, IOM terus menyediakan bantuan peningkatan kapasitas dan dukungan teknis bagi pemerintah. Sejak Juni 2005, IOM telah bekerja dengan Kepolisian Republik Indonesia untuk mengembangkan Pusat Pelayanan Terpadu yang terletak di RS. Polri di Jakarta untuk menyediakan bantuan pemeriksaan dan perawatan medis dan psikososial IOM membantu RS. Polri untuk merenovasi Pusat Pelayanan Terpadu untuk perempuan dan anak-anak yang mengalami kekerasan, IOM telah bekerja untuk meningkatkan kemampuan kapasitas mitra organisasi melalui peningkatan kesadaran dan keahlian operasional untuk memberikan pelayanan kepada korban yang lebih berkualitas prima. 25 Prioritas IOM adalah untuk mendukung perlindungan bagi korban, melalui identifikasi yang benar, pemulangan yang aman, pemberian bantuan medis dan psikososial dan reintegrasi ke masyarakat. Melalui jaringan kerja pemerintah, LSM, Lembaga keagamaan yang memfokuskan pada konseling, koperasi simpan pinjam, dan kegiatan peningkatan pendapatan. IOM telah membantu lebih dari 3.000 korban atau sama dengan 100 orang perbulan. Pusat 25 IOM Indonesia, “Penjelasan Mengenai Penanganan Terhadap Korban Trafficking di IOM” artikel diakses pada 19 Juli 2011 dari http:www.iom.or.idindex.jsp?lang=ind. Pemulihan terpadu telah menjadi tempat dimana korban dapat berlindung dan mendapatkan pemulihan dari semua bentuk kekerasan dan eksploitasi yang dialaminya selama berada dalam situasi perdagangan orang. 26 Dari pemaparan di atas dapat dijelaskan bahwa IOM melakukan penanganan terhadap para korban trafficking dengan cara melakukan pemulihan fisik, psikis maupun mental korban di Pusat Pemulihan Terpadu. b. Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Berbeda dengan penanganan terhadap korban trafficking yang dilakukan oleh International Organization for Migration IOM, di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta penanganan yang dilakukan adalah dengan cara memberikan beberapa program kepada mereka antara lain program-program bimbingan yang mencakup bimbingan keterampilan keterampilan menjahit High Speed, Tata Kecantikan Rambut, Tata Rias Pengantin, Handycraft, serta Olah Pangan dan Kuliner, bimbinngan mental, bimbingan fisik, dan bimbingan agama, program bimbingan tersebut memiliki satu tujuan yang sama yaitu berusaha mengembalikan semangat serta rasa kepercayadirian terhadap korban dan menghilangkan rasa trauma yang berkepanjangan. 27 Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta juga memberikan program keterampilan khusus yang disesuaikan dengan 26 Ibid 27 Hasil pengamatan peneliti saat berada dilokasi penelitian Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”, tanggal 19 Mei 2011. bakat siswakorban trafficking dengan tujuan utama agar setelah mereka keluar dari panti mereka dapat mempergunakan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di panti sehingga mereka dapat menjadi manusia yang mandiri serta dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat. 48

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL KARYA WANITA

“MULYA JAYA” JAKARTA

A. Sejarah Berdirinya PSKW Mulya Jaya

Sebelum bernama Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”, pada awal berdirinya di tahun 1959 panti ini merupakan Pilot Proyek Pusat Pendidikan Wanita di Jakarta. Diresmikan oleh Mentri Sosial RI Bpk H. Moelyadi Djoyomartono Alm pada tanggal 20 Desember 1960 dan dinamakan “Mulya Jaya” yang artinya “ Wanita Mulya Negara Jaya”. Pada tanggal 1 Juni 1963 diresmikan sebagai Panti Pendidikan Wanita PPW “Mulya Jaya” dan di tahun 1969 diubah menjadi Pusat Pendidikan Pengajaran Kegunaan Wanita P2KW. Berdasarkan SK Mensos RI No. 41HUKKep.XI1979 berubah nama menjadi Panti Rehabilitas Wanita Tua Susila PRWTS “Mulya Jaya” Dan sejak tangggal 24 April 1995 ditetapkan sebagai Panti Sosial Karya Wanita PSKW “Mulya Jaya” Jakarta berdasarkan Kepmensos RI No. 22HUK1995. 1 Dalam hal ini, Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta memiliki sarana untuk menampung korban trafficking yang mengalami kekerasan seksual, sarana tersebut diberi nama Rumah Perlindungan Sosial 1 DEPSOS RI, Standard Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila, Jakarta:2007 Wanita RPSW, dimana RPSW adalah bentuk multi layanan dari Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta yang berfungsi memberikan perlindungan, pemulihanrehabilitasi, advokasi dan reintegrasi wanita korban trafficking yang mengalami eksploitasi fisik, psikis dan seksual. Visi dan Misi RPSW adalah sebagai berikut: 1. Visi Menjadi pusat pelayanan dan perlindungan bagi wanita korban eksploitasi seksual yang di trafficking secara propesional. 2. Misi Memberi perlindungan, advokasi, rehabilitas sosial, pengembangan kemampuan dan keterammpilan hidup dan pemenuhan hak-hak dasar wanita yang membutuhkan perlindungan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan mereka. Adapun tujuan dari Rumah Perlindungan Sosial Wanita adalah sebagai berikut: 2 1. Melidungi wanita agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya di masyarakat sesuai dengan hak dan kewajibannya. 2. Memulihkan kondisi fisik, psikis, mental, dan sosila wanita korban trafficking yang terganggu akibat permasalahan yang dialaminya. 2 DEPSOS RI, Brosus RPSW Rumah Perlindungan Sosial Wanita. Jakarta. 3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami wanita korban trafiking akibat dari tekanan dan trauma. 4. Mengembangkan relasi sosial, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat lingkungan sekitar. Sedangkan fungsi dari Rumah Perlindungan Sosial Wanita adalah sebagai berikut: 1. Emergency Service Pemberian Pelyanan segera bagi wanita korban trafficking yang dilacurkan baik yang dirujuk oleh lembaga perujuk maupun melalui penjangkauan langsung. 2. Protection Memberikan perlindungan kepada wanita korban trafficking yang dilacurkan pihak-pihak tertentu yang sengaja ingin memanfaatkan kondisi rentan mereka. 3. Rehabilitasi Mengembalikan keberfugsian sosial wanita korban trafficking yang dilacurkan, agar mereka dapat melaksanakan perannya di masyarakat. 4. Recovery Melakukan pemulihan terhadap kondisi fisik, psikis, mental, sosial wanita korban trafficking yang dilacurkan. 5. Advokasi Melakukan pembelaan hak-hak kelayen yang sudah dilanggar baik secara hukum maupun penyelesaian secara kekeluargaan, dan menghubungkan kelayen terhadap akses pelayanan yang dibutuhkan. 6. Reintegrasi Pemulangan Penyatuan kembali korban ke masyarakat lembaga-lembaga formal dan informal serta pemulangan korban ke keluarga asli. 7. Monitoring dan Bimbingan lanjut Untuk mencegah terulangnya kembali praktek-praktek perdagangan orang pada diri kelayen pasca pemulihan, maka dilakukan pemantauan agar usaha yang telah dicapai dapat dipertahankan.

B. Visi dan Misi Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”

Visi: Pelayanan dan rehabilitasi tuna susila yang bermutu dan profesional. Misi: 1. Melaksanakan pelayanan dan rehabilitas tuna susila sesuai dengan panduan yang telah ada. 2. Mewujudkan keberhasilan pelayanan dan rehabilitas tuna susila sesuai dengan indikator keberhasilan, pelayanan dan rehabilitas tuna susila. 3. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan pihak-pihak terkait, pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi tuna susila. 3 3 Laporan Kelompok Praktikum mahasiswa PMI di Panti Sosial Karya Wanita ”Mulya Jaya”, Jakarta:2010