Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama : Penelitian Tindakan Kelas Di SMP Islamiyah Ciputat

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

METEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE SOSIODRAMA

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islamiyah Ciputat)

Disusu Oleh LAILATUL JUM’ATI

102017023995

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008


(2)

ABSTRAK

LAILATUL JUM’ATI, Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan menggunakan Metode Sosiodrama (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islamiyah Ciputat. 2008)

Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syaruf Hidatullah Jakarta, Juni 2008.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dengan penggunaan metode sosiodrama dalam pembelajaran matematika, mengetahui proses keaktifan siswa selama pembelajaran dengan metode sosiodrama, dan mengetahui pendapat siswa mengenai penggunaan metode sosiodrama dalam pembelajaran di SMP Islamiyah Ciputat tahun ajaran 2007-2008 kelas VII. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Action Class Research atau lebih dikenal dengan penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini menggunakan dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari empat tahap yang berkaitan, yaitu tahap perencanan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Mekanisme pelaksanaan metode sosiodrama yaitu ketika guru terlebih dahulu menceritakan materi yang akan disosiodramakan dan kemudian siswa secara sukarela atau ditunjuk melakukan aktivitas drama sesuai dengan materi yang disampaikan.

Hasil penelitian ini adalah pertama dengan pembelajaran menggunakan metode sosiodrama tingkat motivasi siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Kedua, proses keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung juga mengalami peningkatan, siswa lebih aktif dalam setiap pembelajaran, berani untuk maju kedepan, menganggapi setiap permasalahan yang dibahas. Ketiga, pendapat siswa tentang pelaksanaan metode sosiodrama ditanggapi dengan positif. Siswa senang pembelajaran menggunakan sosiodrama karena pembelajaran matematika menjadi menyenangkan dan tidak cepat jenuh.


(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT penguasa alam semesta yang telah memberikan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh tanggung jawab. Shalawat serta salam selalu dijunjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan kita dari kebodohan menuju zaman cerah penuh ilmu dan kebajikan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Penulis mengakui bahwa skripsi ini dapat selesai atas bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dorongan semangat baik moril maupun materil. Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M. Pd, selaku ketua jurusan Pendidikan Matematika dan Bapak Otong Suhyanto, M. Si, selaku sekretaris jurusan Pendidikan Matematika, yang telah banyak memberikan banyak bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis.

3. Ibu Tita Khalis Maryati, S.si, M. Kom, selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membimbing penulis selama proses perkuliahan.

4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd dan Bapak Drs. Karnadi, MRDM selaku dosen pembimbing I dan dosen Pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk semua arahan, bimbingan, dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah membagi ilmunya selama penulis


(4)

menjadi mahasiswi Pendidikan Matematika. Semoga Allah membalas atas semua jasa baik bapak/ibu dosen sekalian.

6. Petugas perpustakaan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas kepustakaannya.

7. Bapak Mudalih S. Ag, kepala sekolah SMP Islamiyah Ciputat dan Bapak Husen Sakilin S.Pd. yang telah memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Suami tercinta dan Ananda Tersayang Amaliya Ashshalihah yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi serta menghibur hati penulis selama proses pembuatan skripsi.

9. Mawa beserta kakak dan abang-abangku yang banyak memberikan bantuan dari awal penulis menjadi mahasiswa sampai lulus menjadi sarjana

10.Bapak, Mak, Hadi dan Muna yang telah memberikan bantuannya sehingga skripsi dapat berjalan dengan lancer.

11.Ummi, Abi, tercinta dan kakak-kakak di kampung yang selalu mendoakan penulis dan memberikan bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini selesai dengan ridha Allah SWT.

12.Teman-teman jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2002, Ima, Teh Iz, Ifat, Sule, Yeti, Bu Euis, Susilo, Neneng, Laksmy, Dedi, dan semuanya, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada mbak nawiyah yang selalu membantu menjaga ananda.

13.Teman-teman IMAPA (Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh) yang telah memberikan bantuannya ketika penulis dalam kesulitan.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan mereka menjadi amal shaleh dan dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda, Aminn. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian serta dapat menjadi sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Juni 2008 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR……… viii

DAFTAR LAMPIRAN………... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian……… 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian………... 5

D. Rumusan Masalah ……….. 6

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian………. 6

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Hakikat Motivasi Belajar ………. 8

1. Pengertian Motivasi Belajar ……….. 8

2. Fungsi Motivasi ……… 14

3. Jenis-jenis Motivasi ………. 15

4. Pengukuran Motivasi Belajar ……… 18

5. Indikator Motiovasi Belajar siswa ………. 19 B. Hakikat Matematika ……… 19

C. Hakikat Sosiodrama ……… 21

1. Pengertian Sosiodrama ……….. 21

2. Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama ………. 26 3. Langkah-langkah Penerapan Metode Sosiodrama ………. 27


(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 30

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ……… 30

C. Subjek dan Pertisipan yang terlibat dalam Penelitian ……… 32

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ……… 33

E. Tahapan Intevensi Tindakan ………. 33

F. Hasil Intevensi Tindakan yang Diharapkan ……….. 37

G. Data dan Sumber Data ……….. 38

H. Intrumen Pengunpulan Data ………... 38

I. Teknik Pengumpulan Data ……… 40

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ………... 40 K. Analisis Data dan Intepretasi Hasil Analisis ……… 41

L. Tindak Lanjut Pengembangan Hasil Analisis ………... 41

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ……….. 42

B. Analisis Data Hasil Penelitian ……… 57

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 66

B. Saran ……… 67

DAFTAR PUSTAKA ……….. 68 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perolehan Nilai Tes Pendahuluan ………. 43

Tabel 2 : Perolehan Skor Motivasi Siklus I ……… 58

Tabel 3 : Perolehan Skor Motivasi Siklus II ………... 58

Tabel 4 : Hasil Belajar Siklus I ……….. 59

Tabel 5 : Hasil Belajar Siklus II ………. 60

Tabel 6 : Perolehan Skor Pada Setiap Siklus ………. 63


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Aktivitas Siswa Melakukan Sosiodrama Siklus I …………. 45 Gambar 2 : Aktivitas Siswa Mengisi Angket ……….. 47 Gambar 3 : Aktivitas Siswa Berdiskusi Menentukan Peran ……… 50 Gambar 4 : Aktivitas Siswa Melakukan Sosiodrama Siklus II ………… 50 Gambar 5 : Aktivitas Siswa Memperhatikan Teman Bersosiodrama ….. 51


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ………. 70

Lampiran 2 : Kisi – kisi Angket Motivasi ………. 77

Lampiran 3 : Angket Motivasi ………... 78

Lampiran 4 : Perolehan Skor Motivasi ………. 79

Lampiran 5 : Daftar Nilai Pada Penelitian Pendahuluan ……… 81 Lampiran 6 : Tabel Distribusi Frekuensi Penelitian Pendahuluan ……… 82

Lampiran 7 : Soal Tes Siklus I ………... 83

Lampiran 8 : Daftar Nilai Siklus I ………... 84

Lampiran 9 : Tabel Distribusi Frekuensi Soal Tes I ……… 85

Lampiran 10 : Soal Tes Siklus II ……….. 86

Lampiran 11 : Daftar Nilai Siklus II ………. 87

Lampiran 12 : Tabel Distribusi Frekuensi Soal Tes II ………... 88

Lampiran 13 : Lembar Observasi ……….. 89

Lampiran 14 : Daftar Nilai Tes Siklus I dan Siklus II ………... 90

Lampiran 15 : Format wawancara Siklus I ……….... 92

Lampiran 16 : Format Wawancara Siklus II ……….. 95


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM). Pendidikan merupakan satu-satunya cara agar manusia dapat menjadi lebih baik dalam meningkatkan sumber daya manusia, sehingga dapat mengimbangi setiap perkembangan yang terjadi agar tidak tertinggal jauh oleh kemajuan teknologi.

Islam peduli terhadap pendidikan dengan dibuktikan dengan adanya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw, yaitu surat Al-‘Alaq yang intinya memerintahkan kita agar agar selalu membaca. Andai saja seluruh umat Islam dapat menjalankan setiap anjuran dengan benar, maka mereka tidak akan tertinggal jauh dan selalu akan menjadi umat terdepan.

Pemerintah telah mencanangkan pendidikan sebagai instrumen untuk membangun bangsa dan negara Indonesia menjadi lebih baik. Sebagaimana yang telah ditulis dalam UU pendidikan no 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1

Pendidikan menjadi tanggungjawab bersama, oleh karena perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak seperti penentu kebijakan, pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat luas. Hal ini perlu disadari bahwa masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia pada saat ini adalah sangat beragam dan kompleks. Salah satunya adalah krisis paradigma berupa kesenjangan dan ketidaksesuaian antara tujuan yang ingin dicapai dan

1 UU RI No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB II Pasal 3, (Jakarta: PO Panca Usaha, 2003), Cet. Ke-1, h. 7


(11)

paradigma yang dipergunakan. Sebagai contoh dari kesenjangan ini, siswa pada setiap jenjang pendidikan dijejali dengan informasi-informasi yang harus dikuasai siswa, sehingga siswa hanya mengatahui pengetahuan jangka pendek, sementara kehidupan di masa depan menuntut pemecahan baru secara inovatif dalam arti siswa dituntut memiliki pengetahuan jangka panjang.

Di pihak lain proses pembelajaran matematika yang berlangsung di sekolah saat ini masih banyak didominasi oleh guru, di mana guru sebagai sumber utama pengetahuan. Dalam proses pembelajaran ini metode ceramah menjadi pilihan utama strategi pembelajaran. Penggunaan metode ceramah secara dominan sangat tidak sesuai dengan pembelajaran matematika karena konsep-konsep yang terkandung dalam matematika memiliki tingkat abstraksi yang tinggi. Dengan model pembelajaran ini, pengetahuan yang dimiliki siswa hanya bersifat prosedural, yakni siswa cenderung menghafal contoh-contoh yang diberikan oleh guru tanpa terjadi pembentukan konsepsi yang benar dalam struktur kognitif siswa. Keadaan ini membuat siswa mengalami kesulitan memahami konsep sehingga beresiko tinggi terjadinya miskonsepsi. Hal ini akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan memahami konsep lebih lanjut. Pembelajaran matematika yang didominasi metode ceramah cenderung berorientasi kepada materi yang tercantum dalam kurikulum dan buku teks, serta jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah yang nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pelajaran matematika dirasakan tidak bermanfaat, tidak menarik, dan membosankan oleh siswa, yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pelajaran matematika.

Keberadaan guru dalam suatu sekolah tidak dapat disangkali lagi, karena tanpa adanya guru dalam suatu sekolah tidak akan dapat berjalan. Dalam hal ini guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga untuk memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan guru yang dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif dan kreatif serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. Peran guru tidak hanya berhenti


(12)

sebagai tenaga pengajar yang transfer ilmu saja, melainkan juga sebagai motivator yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

Peranan guru juga bukan hanya sebagai pengajar dan pelatih, tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing. Didikan dan bimbingan tidak hanya diberikan dalam interaksi di dalam kelas tetapi juga di luar kelas, bahkan mungkin terjadi pula diluar sekolah. Sosiodrama merupakan salah satu metode mengajar yang sangat erat kaitannya dengan tingkah laku dalam hubungan sosial. Yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menentukan teknik pembelajaran yang tepat sesuai dengan keadaan siswa yang dihadapinya yang dapat memotivasi siswa dalam belajar. Bangkitnya motivasi siswa untuk meraih suatu prestasi merupakan bagian dari keberhasilan seorang guru sebagai pemberi motivasi dan merupakan suatu kebanggaan apabila melihat siswa yang dibimbingnya mendapat suatu prestasi yang optimal.

Pembelajaran yang biasa di lakukan guru adalah dengan menggunakan metode ceramah yang diakhiri dengan tanya jawab, kali ini peneliti akan menerapkan metode sosiodrama dalam pembelajaran yang mengambil materi aritmatika social. Aritmatika social merupakan materi sederhana yang selalu terjadi di sekeliling kita, oleh karena itu sosiodrama merupakan metode yang cocok untuk menjelaskan materi ini. Dipilihnya penerapan sosiodrama karena beberapa indicator permasalahan yang muncul menunjukkan motivasi belajar matematika siswa yang rendah. Diharapkan dengan sosiodrama, siswa menjadi lebih mengerti, bersemangat dan bertanggung jawab dalam melakukan tugasnya sebagai siswa.

Dari hasil observasi awal di SMP Islamiyah Ciputat kelas VII.5, diperoleh informasi dan data bahwa sebagian besar siswa kurang termotivasi dalam belajar matematika. Siswa terlihat malas dan kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini merupakan masalah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian.


(13)

Pra penelitian diawali dengan melakukan observasi di kelas selama dua minggu dalam empat kali pertemuan dengan setiap pertemuan dua jam pelajaran. Hasil pra penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tidak terdapat persiapan belajar yang dilaklukan siswa pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Hal ini ditandai dengan masih banyak siswa yang keluar masuk ketika guru memasuki kelas.

2. ketika guru akan memulai pelajaran, terlihat siswa ada yang bercanda dan mengobrol dengan teman lainnya.

3. Proses pembelajaran pasif. Hal ini ditunjukkan dengan siswa tidak langsung menjawab apabila ditanya oleh guru, hanya beberapa orang siswa saja yang mau maju mengerjakan soal dipapan tulis tanpa ditunjuk terlebih dahulu, siswa tidak mau bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti

4. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini ditandai dengan kurangnya siswa yang berani menjawab soal ke depan kelas dan sebahagian besar siswa tidak mengerti materi yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan permasalahan siswa kelas VII.5 SMP Islamiyah Ciputat tersebut, terlihat motivasi belajar siswa rendah. Hal ini ditunjukkan dengan persiapan siswa, ketekunan siswa dan antusias siswa yang kurang dalam mengikuti pembelajaran matematika. Selain itu dari hasil identifikasi di atas terdapat beberapa indikator yang menunjukkan bahwa sebagian siswa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar tersebut dapat dilihat dari kondisi kepribadian siswa. Dari berbagai gejala kesulitan belajar tersebut salah satunya adalah motivasi belajar siswa, oleh karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Penelitian tindakan kelas merupakan cara yang tepat untuk menerapkan metode sosiodrama. Karena dengan menggunakan PTK, peneliti beserta guru dapat mengamati dan menilai perkembangan siswa dari keaktifan siswa, antusias siswa, aktivitas yang dilakukan dan lain-lain.


(14)

Usaha yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan pada kelas VII.5 SMP islamiyah Ciputat adalah dengan melakukan penelitian tindakan melalui pembelajaran dengan menggunakan sosiodrama. Sehingga diharapkan dapat tercipta suasana pembelajaran yang mendorong siswa untuk meningkatkan motivasi belajar matematika dengan metode sosiodrama. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama.”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian 1. Identifikasi Area

Area penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah di kelas VII.5 SMP Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007-2008. Jumlah siswa dalam kelas penelitian ini 46 orang yang terdiri dari 23 putra dan 23 putri.

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi bahwa akan dilakukan upaya penerapan metode sosiodrama yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar matematika .

2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada penelitian tindakan ini adalah peningkatkan motivasi belajar matematika dengan menggunakan metode sosiodrama di SMP Islamiyah Ciputat. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan motivasi belajar matematika adalah keinginan untuk mengetahui dan mempelajari sesuatu serta membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: a. Motivasi adalah dorongan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Dalam hal ini motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar matematika b. Metode sosiodrama adalah metode melakukan peran, yang akan membuat


(15)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah motivasi belajar matematika siswa meningkat dengan pembelajaran menggunakan metode sosiodrama?

2. Apakah keaktifan siswa dalam belajar matematika meningkat dengan pembelajaran menggunakan metode sosiodrama?

3. Bagaimanakah pendapat siswa mengenai metode sosiodrama dalam pembelajaran?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode sosiodrama terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007-2008. Dimana metode sosiodrama diharapkan dapat membuat belajar matematika itu sangat menyenangkan dan akan menghasilkan siswa-siswa yang sangat bermotivasi untuk belajar matematika. Selain itu penelitian ini juga bertujuan:

a. Mengetahui tingkat motivasi belajar matematika siswa dengan pembelajaran metode sosiodrama.

b. Mengetahui keaktifan siswa dalam belajar dengan menggunakan metode sosiodrama.

c. Mengetahui pendapat dan kesan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan berguna antara lain:

a. Kegunaan bagi siswa, dapat memotivasi belajar matematika dengan mengurangi rasa enggannya terhadap matematika dan bisa menjadikan matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan serta dapat membuat siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran


(16)

b. Bagi guru, diharapkan dapat menentukan strategi pembelajaran yang efektif dan dapat menerapkannya pada proses belajar mengajar, sehingga permasalahan yang ada dapat diminimalkan. Selain itu guru juga dapat lebih mengenal penelitian tindakan, dan terbiasa melakukan penelitian-penelitian kecil yang bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran matematika.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dalam rangka upaya perbaikan pembelajaran khususnya pembelajaran matematika.

d. Bagi ilmu, hasil penelitian ini dapat berguna dan sebagai informasi bahwa pembelajaran matematika dapat digunakan dengan metode yang menyenangkan sehingga siswa dapat menyukai pelajaran matematika.


(17)

BAB II Kajian Teori

A. Hakikat Motivasi belajar 1. Pengertian Motivasi

Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan "motif" untuk menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu bahkan motivasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berasal dari kata "motif" itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.2

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang ada pada organisme manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiawaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

2

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 72-73


(18)

Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.

- Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; meminpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam ingatan, respon-respon efektif, dan kecendurungan mendapat kesenangan.

- Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu

- Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menginguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.3

Timbulnya motivasi adalah suatu reaksi adanya kebutuhan yang dirasakan sehingga timbul keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara memuaskan. Motivasi dimaksudkan sebagai sesuatu yang dapat membangkitkan suatu organisme untuk bertindak atau bertahan serta memberikan arah untuk suatu kegiatan yang telah membangkitkan semangat.

Berikut ini disampaikan dari beberapa pakar mengenai pengertian motivasi:

Alisuf Sabri dalam bukunya pengantar psikologi umum dan perkembangan memberikan pengertian motivasi sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yan menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi kebutuhan.4 Crider mengatakan bahwa motivasi adalah sebagai hasrat, keinginan dan minat yang timbul dari seseorang dan langsung ditujukan kepada suatu objek.5

3

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2002) cet. 7 h. 71

4

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. I, h. 129

5


(19)

Cofer dan Appley mengatakan bahwa motivasi adalah proses untuk meningkatkan tindakan, memelihara aktivitas untuk berkembang dan mengatur pola aktivitas.6 Sedangkan menurut Drs. Sumadi Surya Brata, motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.7

Menurut Hoy dan Miskel yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto bahwa "motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan (tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan kearah pencapaian tujuan-tujuan personal."8

James O. Whittaker dalam Wasty Soemento memberikan pengertian secara umum tentang motivasi, yakni kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk atau bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.9 Ivor K. Davies mengemukakan bahwa motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong diri kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.10

Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat tercapai. Aminuddin Rasyad menyatakan bahwa dalam konsep pembelajaran motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk mendorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran

6

Sudibyo Setyobroto, Psikologi Sosial Pendidikan, (Percetakan Solo, 2003), h. 47

7

Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), Cet. IV, h. 85

8

M. Ngalim Purwanto, Psikologi …, h. 72

9

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. III, h. 191

10

Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: CV. Rajawali Pers, 1991), Cet. II, h. 214


(20)

tercapai.11 Upaya menggerakkan dan mendorong kegiatan siswa untuk belajar dengan penuh semangat dan vitalitas dinamakan memberi motivasi. Dengan demikian motivasi belajar adalah usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan peserta didiknya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.12

Secara umum dapat dikatakan tujuan motivasi balajar adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah

Motivasi dalam belajar dilakukan dengan mengatur situasi yang atmosfir pembelajaran yang kondusif. Karena itu motivasi belajar penting bagi siswa untuk : (1) menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan hasil akhir; (2) menginformasi tentang kekuatan usaha belajar bila dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan kearah pembelajaran yang lebih berkualitas, (4) membesarkan semangat belajar bagi para siswa; (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan yang harus ditempuh dalam proses belajar. 13

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan

11

Aminuddun Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet III, h. 89

12

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar …, h. 92-93

13


(21)

belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi dalam dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi.

Motivasi belajar ini memberi gambaran bahwa jika motivasi yang dilakukan guru dan juga siswanya sesuai dengan peruntukannya, maka akan menimbulkan semangat yang tinggi untuk mencapai keberhasilan yang bermutu. Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan agar guru bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa.

Ahmad Rohani dalam bukunya pengelolaan pengajaran mengatakan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa yaitu dengan: proses pembelajaran yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan pertanyaan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajar, menggunakan media dan alat bantu seperti gambar, foto, diagram dan lain sebagainya.14 Sedangkan menurut Oemar Hamalik ada beberapa cara untuk menggerakkan motivasi belajar siswa, diantaranya:15

a. Memberi angka

Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapatkan angka yang baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik. b. Pujian

Memberikan pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang.

c. Hadiah

14

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka cipta, 1995), h. 11-12

15

Oemar Hamalik, Proses Balajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. II, h. 160


(22)

Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapatkan atau menunjukkan haisl belajar yang baik.

d. Kerja kelompok

Dalam kerja kelompok dimana siswa melakukan kerja sama dalam belajar, setiap anggota kelompok ingin mempertahankan nama baik kelompoknya, ini dapat menjadi pendorong yang kuat dalam belajar. e. Persaingan

Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif social kepada siswa. Hal ini dapat menjadikan siswa lebih semangat dalam belajar.

f. Tujuan dan level of aspiration

Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa g. Sarkasme

Yaitu dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar yang kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar demi nama baiknya.

h. Penilaian

Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar, oleh karena setiap anak menpunyai kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik

i. Karya wisata dan ekskrusi

Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini siswa akn mendapat pengalaman langsung bermakna baginya

j. Film Pendidikan

Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.


(23)

Mendengarkan radio lebih menghasilkan dari pada mendengarkan ceramah guru.

Adapun proses pemberian motivasi guru kepada siswa mempunyai fungsi antara lain:16

a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga.

b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian hasil belajar.

c. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.

Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan terlibat secara aktif dalam pross pembelajaran atau bersikap pasif dan tidak peduli. Guru perlu memahami bahwa apapun yang dilakukan di ruang kelas mempunyai pengaruh, baik positif maupun negative, terhadap motivasi siswa. Cara guru menyajikan pelajaran, bagaimana kegiatan belajar dikelola di kelas, cara guru berinteraksi dengan siswa, apakah guru memberikan kesempatan siswa untuk lebih mendiri, dan kesempatan untuk bekerja sendiri atau dalam kelompok, itu semua akan mempengaruhi motivasi siswa. Begitu pentingnya motivasi, maka tugas guru yang terpenting adalah membangun motivasi siswa terhadap apa yang dipelajari siswa.

2. Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan factor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari

16


(24)

kagiatan belajar, yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Sehubungan dengan hal tersebut asda tiga fungsi motivasi:17

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harys dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Selain itu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan sesuatu karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha dan terutama didasari adanya motivasi, maka sesorang yang belajar itu akan menghasilkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

3. Jenis-jenis Motivasi

Dalam masalah belajar motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang dapat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Motivasi yang dimiliki siswa merupakan energi untuk melakukan perbuatan menuju tujuan atau cita-cita yang diharapkan.

Dilihat dari jenisnya terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

17


(25)

Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa ada rangsangan dari luar.18 Misalnya siswa mempunyai keinginan dari dalam dirinya untuk belajar matematika, bukan untuk mendapat hadiah atau dipuji oleh orang tua melainkan atas dasar kebutuhan siswa.

Motivasi intrinsik adalah hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi, dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.19

Menurut H. M. Alisuf Sabri, motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang yang erat hubungannya dengan tujuan belajar. Misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh suatu pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan dan sebagainya.20 Menurut Tajab, motivasi intrinsik yaitu bahwa suatu aktivitas atau kegiatan belajar dirnulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar pada penghayatan kebutuhan siswa, kemudian siswa berupaya untuk memenuhi kebutuhan itu melalui kegiatan belajar, dan belajar merupakan satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan.21

S. Nasution berpendapat bahwa, orang yang belajar dikatakan memiliki motivasi intrinsik jika ia ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan itu. Misalnya siswa belajar karena ingin menjadi orang yang terdidik atau karena ingin menjadi ahli dalam bidang tertentu, maka untuk memenuhi semua itu hanya dapat dicapai dengan cara belajar.22 Siswa yang tennotivasi secara intrinsik dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar.

18

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan …, h. 71

19

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikandengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 137

20

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi …, h. 13

21

Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), Cet. I, h. 104

22


(26)

b. Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan sebenarnya yang ada di dalam diri siswa melainkan karena adanya dorongan dari luar. Sebagai contoh seseorang belajar matematika karena osok akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik. Menurut Tadjab, motivasi ekstrinsik dalam belajar adalah suatu aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu sendiri.

Muhibbin Syah mengartikan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah , peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.23

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik dalam belajar adalah daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan yang bukan berasal dari dalam dirinya.

Sebagian besar guru menginginkan keadaan kelas dimana semua siswanya memiliki motivasi intrinsik yang tinggi untuk belajar. Namun kenyataannya hal itu jarang terjadi, oleh karena itu seorang guru harus mampu menghadapi tantangan untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik siswa, membangkitkan minatnya, menarik dan mempertahankan perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung agar siswa dapat belajar dengan baik.

Tanpa adanya motivasi dalam belajar, tidak akan memberikan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu perlu adanya motivator-motivator seperti

23


(27)

kenaikan tingkat, penghargaan, pemberian umpan balik, skor, pujian dan reward yang dipergunakan untuk mendorong siswa agar bersemangat dalam belajar. Membangkitkan motivasi itu tidak mudah, oleh larena itu guru perlu mengenal murid, dan mempunyai kesangupan kreatif untuk menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat anak.

4. Mengukur Motivasi Belajar

Seorang guru perlu mengetahui dengan lebih jelas interaksi antara tingkat motivasi siswa dengan pembelajaran agar dapat melakukan intervensi pengajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Guru perlu berusaha mencari strategi yang tepat untuk dapat membantu siswa belajar apapun kecendrungan jenis motivasi yang mendorongnya belajar.

Motivasi belajar sangat berhubungan dengan hasil belajar siswa. Hasil beberapa temuan penelitian yang dilakuakan oleh para ahli mengenai hubungan antara motivasi dengan hasil belajar antara lain.24

a. Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan hasil belajar, baik terhadap hasil belajar pada suatu waktu tertentu maupun terhadap hasil belajar selanjutnya. Tingkat motivasi belahar cenderung berkorelasi positif dengan hasil belajar, artinya semakin tinggi/kuat tingkat motivasi belajar, semakin baik hasil belajar siswa. Demikian pula hasil belajar yang baik akan berpengaruh terhadap hasil belajar berikutnya, Hal ini terjadi karena hasil belajar yang baik akan membuahkan motivasi yang lebih kuat pula dalam didi siswa, yang akan mempengaruhi hasil belajar selanjutnya.

b. Terdapat interaksi antara cara mengajar guru dengan pola motivasi siswa, yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap hasil belajar. c. Guru dapat mengubah (meningkatkan) motivasi belajar siswa, dengan

pengertian guru dapat melakukan tindakan tertentu di dalam kelas untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

24

Suciati, dkk., Belajar dan Pembelajaran 2, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2002), eel. III, h. 3.4.


(28)

5. Indikator Motivasi Belajar Siswa

Ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang menurut Sardiman adalah:25

a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet mengahadapi kesulitan

c. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

B. Hakikat Matematika

Mengkaji matematika bukanlah hal baru yang kita temui sekarang. Telah banyak yang mengkaji sampai menjadi ahli dalam matematika. Bertanya tentang “apakah matematika itu?” dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, di mana dijawab, siapa yang menjawab, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika. Dengan demikian untuk menjawab pertanyaan “apakah matematika itu?” tidak dapat dijawab dengan mudah dijawab dengan satu atau dua kalimat bagitu saja, oleh karena itu kita harus berhati-hati.

Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yng mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu menpunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike

25


(29)

berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang berupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).26

Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintetis dengan penalaran di dalam struktur koqnitif, sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.

Menurut James and James dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.27

Dari berbagai pengertian tentang matematika yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan, bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang bilangan, logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang dipresentasikan menggunakan simbol-simbol, yang dipandang dapat menstruktur pola berpikir yang sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsiten dalam menyelesaikan suatu masalah.

Jika kita mengartikan matematika sebagai ilmu, maka matematika adalah cabang ilmu yang tersusun secara sistematis dan eksak. Pengertian eksak tersebut tidak berarti bahwa matematika eksak secara mutlak, akan tetapi matematika sebagai ilmu lebih eksak daripada ilmu-ilmu social dan lebih eksak dari pada ilmu-ilmu fisik. Oleh karena sifatnya yang eksak ini maka matematika seringkali disebut ilmu pasti.

Matematika sering kali dipandang pula sebagai alat yang akurat untuk menyelesaikan masalah-masalah social, ekonomi, fisika, kimia, biologi, dan teknik. Sebagai bahasa atau alat matematika melayani ilimu-ilmu lain, peran inilah yang digunakan sebagai alasan orang menyebut matematika dengan julukan queen of science (ratunya ilmu). Bagaimana orang memerankan atau

26

Eman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Metematika Kontemporer, (Bandung: UPI, 2002), h. 15-16.

27


(30)

menggunakan matematika pada ilmu-ilmu lain sebenarnya sangat tergantung pada orang yang menggunakannya.28

Matematika merupakan bidang kajian disiplin ilmu yang selalu diajarkan disetiap jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan sampai perguruan tinggi. Hal ini karena matematika merupakn salah satu ilmu yang sangat berperan dalam kehidupan manusia. Seperti ynag dikemukakan Ruseffendi yaitu: "kita harus menyadari bahwa matematika itu penting, baik sebagai alat Bantu, sebagai ilmu, sebagai pembimbing pola piker, maupun sebagai bentuk sikap".29

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentukya matematika. Logika adalah masa bayi dari matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika. Masih banyak lagi definisi-definisi tentang matematika, tetapi tidak satupun perumusan yang dapat diterima umum, atau sekurang-kurangnya dapat diterima dari berbagai sudut pandang.

C,. Hakikat Metode Sosiodrama 1. Pengertian Sosiodrama

Proses belajar mengajar merupakan interaksi antar sesama guru dan siswa juga antara siswa dan siswa. Metode sosiodrama sangat erat kaitannya dengan interaksi tersebut. Peranan siswa dan guru dalam interaksi belajar-mengajar ditentukan oleh strategi ataupun metode belajar-belajar-mengajar yang ditetapkan.

Dalam proses belajar-mengajar yang mengaktifkan siswa, peranan siswa lebih besar. Siswa tidak diberi bahan ajar yang sudah jadi atau sudah selesai untuk tinggal menghafal, tetapi diberi persoalan-persoalan yang membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan, analisis, sintesis,

28

Ismail, dkk., Kapita Selecta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Unuversitas Terbuka, 1998), Cet. I, h. 1.6

29

E. T. Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua, Guru dan SPG, (Bandung: Tarsito, 1980) Cet. I, Seri ke-5, h. 39


(31)

perbandingan, penilaian, dan penyimpulan oleh para siswa sendiri. Dalam strategi belajar-mengajar yang demikian, siswa berperan lebih aktif, mereka adalah sebagai subjek yang berinteraksi bukan hanya guru tetapi manusia-manusia sumber yang lain, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dengan sesama siswa, dengan buku-buku serta media lainnya.

Interaksi guru dengan siswa bukan hanya dalam penguasaan bahan ajaran, tetapi juga dalam penerimaan nilai-nilai, pengembangan sikap serta dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dengan demikian peranan guru juga bukan hanya sebagai pengajar dan pelatih, tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing. Didikan dan bimbingan tidak hanya diberikan dalam interaksi di dalam kelas tetapi juga di luar kelas, bahkan mungkin terjadi pula diluar sekolah. Pengembangan sikap dan nilai tidak diberikan dalam situasi belajar yang bersifat ekspositori, tetapi juga lebih banyak dalam situasi yang bersifat intraktif: simulasi, bermain peran, sosiodrama, klasifikasi nilai dan sebagainya, yang kaya dengan interaksi.30 Alat interaksi dapat diklarifikasikan dalam 3 golongan:

1. Pengalaman riil, yakni segenap media di dalam dunia kehidupan sehari-hari

2. Pengalaman Buatan, yakni segenap media yang sengaja diciptakan untuk mendekatkan pengertian pada pengalaman riil

3. Pengalaman Verbal, di mana bahasa adalah alat utama, baik lisan maupun tertulis.

Jenis pengalaman pertama yang riil, dapat menghasikan pengertian yang sangat teliti dan mendalam yang tidak akan dicapai dengan hanya memahami pengalaman buatan ataupun pengalam verbal. Akan tetapi secara praktis tidak mungkin semua hal harus dialami secara riil. Karenanya pakailah pengalaman buatan melalui alat-alat pembantu yang khusus diciptakan untuk mendekatkan murid pada pengalaman riil. Pengalaman buatan juga dapat diperkenalkan melalui kegiatan-kegiatan yang tak banyak

30

R. Ibrahim, Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) cet ke 3 hal. 34


(32)

menggunakan alat-alat pembantu, misalnya sandiwara boneka, atau sama sekali tidak membutuhkan alat-alat khusus seperti dalam sosiodrama dan bemain peranan.31

Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode yang sering digunakan dalam mengajarkan nilai dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan social dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya, siswa-siswa diberi berbagai peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut, serta mendiskusikannya di kelas.

Sosiodrama berasal dari kata sosio dan drama. Sosio berarti social menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat menunjukkan pada kegiatan-kegiatan social, dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Social atau masyarakat terdiri dari manusia satu sama lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan social. Drama dalam pengertian luas adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan suatu keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang, dan tingkah laku orang. Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mendramatisasi cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Jadi sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi social yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi social.32

Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenannya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio = social dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau

31

Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, (Bandung: Tarsito, 1986) edisi ke 5 hal. 81-83

32

Syaiful Sagala. M. Pd, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005) Cet. Ke 3. hal. 213


(33)

lebih. Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai orang yang diamainkannya, misalnya bermain sebagai lurah, penjudi, nenek tua renta dan sebagainya.33

Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode "sosiodrama" yang merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan social, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan social tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk memahami nilai sosiodrama adalah: mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti penuturan terjadinya sosiodrama dan mengikiti langkah-langkah guru pada saat memimpin sosiodrama.

Bila metode inl dikendalikan dengan cekatan oleh guru, banyak manfaat yang dapat dipetik, sebagai metode cara ini : (1) Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi. (2) Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia, seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya. (3) Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.34 Sebaliknya betapapun besar nilai metode ini ditangan yang kurang bijaksana akan menjadi nihil. Pada umumnya karena guru sendiri tidak paham akan tujuan yang dicapai, atau guru memilih metode ini walaupun sebenarnya kurang tepat untuk tujuan tertentu. Dapat terjadi guru tidak menyadari pentingnya langkah langkah dalam metode ini.

33

Sri anitah Wiryawan, Noorhadi Th, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,1999) h. 27

34


(34)

Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah:35

3. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain 4. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab

5. Dapat belajar bagaimana mangambil keputusan dalm situasi kelompok secara spontan

6. Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah

Dari sebuah artikel yang ditulis oleh Dr. Telesco disebutkan bahwa sosiodrama memiliki empat komponen :36

a. Berbasis pada realitas dan permasalahan

Adegan situasi kehidupan sehari-hari dikembangkan oleh siswa berdasarkan pada peristiwa actual, mengatur setting untuk peserta yang diambil dari audiens untuk mengidentifikasi dan berinteraksi dengan karakternya.

b. Improvisasi

Para actor menggambarkan karakter dalam scenario berbasis realitas dan tetap menjiwai karakter selama sosiodrama berlangsung.

c. Dialog antara karakter dan audiens

Teknik sosiodrama bergantung pada dialog dengan audiens. Hal ini merupakan landasan cara berfikir kritis, identifikasi masalah, dan pembahasan yang berfokus pada solusi. Interaksi dengan anggota audiens menjadi penting bagi keberhasilan metodologi.

d. Tujuan pendidikan, perilaku dan psikologi

Sosiodrama dapat digunakan untuk meraih tujuan pendidikan, sikap, dan psikologis. Walaupun teknik sosiodrama efektif dalam meraih tujuan pendidikan dengan anggota audiens, proses pengembangan sosiodrama merupakan hal manjur bagi para actor terlibat dalam proses pembelajaran. Karena karakter dan adegan dalam sosiodrama didasarkan pada pengalaman hidup sehari-hari, para actor menjadi tenggelam dalam

35

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka cipta, 2002) cet. Ke 2 hal. 100

36


(35)

karakter mereka, sehingga proses pembelajaran individu semakin meningkat. Metodologi ini merupakan alat yang sangat berharga untuk meningkatkan kesadaran, menimbulkan perubahan, dan bahkan untuk memfalitasi penyembuhan psikologis.

2.Kelebihan dan kekurangan Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama selain mempunyai beberapa kelebihan juga mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut:37

a. Kelebihan metode sosiodrama

1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, manghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.

2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.

4) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya

5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesama

6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

37


(36)

b. Kelemahan Metode Sosiodrama

2) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif

3) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan 4) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit

menjadi kurang bebas

5) Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton yang kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.

3. Langkah-langkah penerapan metode Sosiodrama

Petunjuk guna menggunakan metode sosiodrama adalah:38

a) Tetapkan dahulu masalah-masalah social yang menarik perhatian siswa untuk dibahas

b) Ceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita tersebut.

c) Tetapkan siswa yang dapat atau bersedia untuk memainkan peranannya di depan kelas

d) Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama sedang berlangsung.

e) Beri kesempatan kepada para pelaku untuk berunding beberapa menit sebelum mereka memainkan peranannya

f) Akhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai ketegangan.

g) Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan masalah persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut h) Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan

pertimbangan lebih lanjut.

Sebelum metode sosiodrama digunakan, terlebih dahulu harus diawali dengan penjelasan dari guru tentang situasi sosial yang akan didramatisasi

38


(37)

aloe para pemain/pelaku. Tanpa diberikan penjelasan, anak didik tidak akan dapat melakukan peranannya dengan baik. Karena itu, ceramah mengenai masalah spasial yang akan didemontrasikan penting sekali dilaksanakan sebelum melakukan sosiodrama.

Sosiodrama adalah sandiwara tanpa naskah (script) dan tanpa latihan terlebih dahulu, sehingga dilakukan secara spontan. Masalah yang didramatisasikan adalah mengenai situasi sosial. Sosiodrama akan menarik bila pada situasi yang sedang memuncak, kemudian dihentikan. Selanjutnya diadakan diskusi, bagaimana jalan cerita seterusnya, atau pemecahan masalah selanjutnya. Langkah-langkah yang mungkin dilakukan dalam menggunakan metode ini adalah seperti tercantum dalam tebel berikut.

No : Langkah : Jenis Kegiatan Belajar Mengajar

1. : Persiapan : 1. Menentukan dan menceritakan situasi social yang akan didramatisasikan.

2. Memilih para pelaku

3.Mempersiapkan pelaku untuk menentukan peranan masing-masing 2. : Pelaksanaan : 4. Siswa melakukan sosiodrama

5. Guru menghentikan sosiodrama pada saat situasi sedang memuncak

6. Akhiri sosiodrama dengan diskusi tentang cerita, atau pemecahan masalah selanjutnya

3. : Evaluasi : 7. Siswa diberi tugas untuk menilai atau Memberi Tanggapan terhadap pelaksanaan sosiodrama

8. Siswa diberi kesempatan untuk membuat Kesimpulan hasil sosiodrama


(38)

D. Kerangka Berfikir

Rendahnya motivasi belajar siswa merupakan salah satu penyebab dari rendahnya hasil belajar matematika. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar, bias jadi dikarenakan dalam pola pembelajaran selama ini kurang melibatkan sisa secara aktif. Untuk itu diperlukan paradigma baru dalam model pembelajaran di sekolah

Pemilihan metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, seperti yang dikatakan Hudoyo bahwa strategi yang diambil dalam rangka pembaharuan pendidikan, hendaknya guru mampu melibatkan siswanya secara aktif dalam proses belajar mengajar sehinggga dapat meningkatkan daya kreatifitas dan berfikir kritis siswa serta dapat memperkuat motivasi mereka untuk belajar

Salah satu alternatif dalam metode pembelajaran adalah metode sosiodrama. Sosiodrma adalah suatu variasi pengajaran dimana siswa belajar dalam memecahkan masalah melalui peran yang mereka lakukan. Mereka yan melakukan peran tersebut saling membantu, saling berdiskusi, dan saling berkreasi dalam memahami satu materi pelajaran serta bekerja sama dalam memecahkan masalah antara yang siswa yang berperan dengan siswa yang tidak melakukan peran.

Dalam proses belajar mengajar matematika, guru harus mampu melibatkan siswa secara aktif walaupun siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Dengan kemampuan yang berbeda ini dapat menanamkan dan menumbuhkan sifat social pada siswa, diantaranya mendorong siswa untuk saling membantu, bekerja sama, dan bertanggung jawab dalam memecahkan suatu malah.

Dengan pengalaman belajar sosiodrama inilah munculnya motivasi dalam belajar yang mana dapat memberikan pengaruh bagi pembelajaran berikutnya. Siswa yang termotivasi dalam belajar meciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat guru bersemangat dalam mengajar.


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islamiyah Ciputat yang beralamat di Jln. Kihajar Dewantara no. 23 Ciputat Tangerang. Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas VII.5 SMP Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007/2008 semester ganjil. Kegiatan belajar menggajar dilakukan pada siang hari yaitu mulai pukul 13.00 sampai dengan 17.30 WIB.

Waktu penelitian dimulai pada tanggal 29 November 2007 sampai 14 maret 2008.

B. Metode dan Desain intervensi Tindakan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan Classroom Action Research dengan mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1988). Penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana pada setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap perencanan (plan), pelaksanaan tindakan (act), observasi (observe) dan refleksi (reflect).

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti membuat rencana dan skenario pembelajaran yang akan disajikan dalam materi penelitian. Selain itu pada tahap ini juga peneliti menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari permasalahan yang akan dibahas dalam belajar sosiodrama, soal yang harus dikerjakan oleh siswa, lembar obsevasi dan lembar wawancara.

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana dan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.


(40)

3. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Peneliti dengan dibantu oleh guru mengamati segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua gejala atau indikator dari proses, hasil tindakan terencana maupun efek sampingnya.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh guru dan peneliti, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana tindakan siklus berikutnya.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada desain yang dikemukakan oleh Suhardjono adalah sebagai berikut: 39

39

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. II, h. 74


(41)

- Rendahnya motivasi belajar - Rendahnya Hasil Belajar

Siklus I

Siklus II

C. Subjek / Partisipan Yang Terlibat dalam Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah seluruh siswa kelas VII.5 yang berjumlah 46 siswa yang terdiri dari 23 orang putra dan 23 orang putri.

Pada saat pelaksanaan tindakan, guru matematika bertindak sebagai guru yang menyampaikan materi aritmatika sosial dengan menggunakan metode sosiodrama. Sedangkan peneliti bertindak sebagai observer yang mengamati seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.

Pra Penelitian (observasi awal)

Masalah

Perencanaan tindakan siklus I dengan metode Sosiodrama

Pelaksanaan tindakan siklus I dengan metode

sosiodrama

Refleksi Pengamatan/pengumpulan data

Permasalahan baru hasil refleksi siklus I

Perencanaan Tindakan siklus II dengan metode sosiodrama

Pelaksanaan tindakan siklus II dengan metode

sosiodrama

Refleksi II Pengamatan/pengumpulan data

Permasalahan terselesaikan

Permasalahan belum terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus berikiutnya


(42)

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Penelitian kualitatif menuntut kehadiran peneliti karena pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam situasi yang sebenarnya. Dalam penelitian kolaborasi ini, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan peneliti yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya pra penelitian atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh masih memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III dan seterusnya.


(43)

• Observasi awal kbm di kelas penelitian

• Tes diagnosa awal

Tahap perencanaan

Perencanaan pendekatan pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama.

Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama pada pokok bahasan aritmatika sosial yang terdiri dari perhitungan untung - rugi, persentase untung dan persentase rugi.

Tahap Observasi dan Evaluasi

• Pengamatan proses pembelajaran • Evaluasi proses dan hasil

Tahap Analisis dan Refleksi

Analisis dan refleksi terhadap hasil pengamatan dan evaluasi pembelajaran siklus I

Tahap Perencanaan

Hasil revisi proses pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan metode sosiodrama yang akan menjadi mesukan pada materi selanjutnya

Tahap Perencanaan

Pelaksanaan proses belajar mengajar hasil revisi pada pokok bahasan rabat, bruto, netto, tara, perhitungan bunga bank.

Tahap Observasi dan Evaluasi

• Pengamatan proses pembelajaran • Evaluasi proses dan hasil

pembelajaran

Tahap Analisis dan Refleksi

Analisis dan refleksi terhadap hasil pengamatan dan evaluasi pembelajran siklus II Siklus I

Siklus II


(44)

Adapun uraian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Penelitian Pendahuluan

a. Pelaksanaan penelitian pendahuluan

Waktu pelaksanaan : 29, 30 November dan 1, 5, 7 Desember 2007

Pada pelaksanaan penelitian pendahuluan ini dilakukan observasi terhadap penentuan kelas yang akan dijadikan kelas penelitian dan observasi terhadap kegiatan belajar mengajar matematika di kelas penelitian. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat yang akan diberikan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar matematika siswa. b. Tes penelitian pendahuluan

Waktu pelaksanaan : 8 Desember 2007

Tes penelitian pendahuluan ini merupakan ulangan harian siswa pada materi sebelumnya. Tes ini dilaksanakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang dipelajari. Hasil tes ini akan menjadi masukan bagi peneliti dalam melaksanakan pembelajaran selanjutnya.

2. Kegiatan Penelitian a. Siklus I

1) Kegiatan 1 : Perencanaan tindakan siklus I Waktu pelaksanaan : 10 – 21 Januari 2008

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah pembuatan rencana pembelajaran dan scenario pembelajaran yang akan disajikan dalam materi penelitian kegiatan siklus I dengan menggunakan metode sosiodrama. Pada kegiatan ini peneliti juga mempersiapkan aktivitas-aktivitas apa saja yang akan dilakukan selama proses pembelajaran dengan metode sosiodrama.

2) Kegiatan 2 : Pelaksanaan tindakan

Waktu pelaksanaan: 14 - 15 Februari 2008

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan scenario dan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam tahap ini peneliti bertindak sebagai observer yang mengamati seluruh aktivitas siswa


(45)

selama proses pembelajaran. Yang bertindak sebagai penyampai materi dengan metode sosiodrama adalah guru matematika yang mengajar di kelas tersebut. Yang akan membahas materi pehitungan untung – rugi, perhitungan persentase untung dan persentase rugi. 3) Kegiatan 3 : Pelaksanaan tes akhir siklus I

Waktu pelasanaan : 21 Februari 2008

Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan tes akhir siklus I kepada seluruh siswa kelas VII.5. Hasil tes tersebut akan digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa.

4) Kegiatan 4 : Wawancara

Waktu pelaksanaan : 26 Februari 2008

Kegiatan penyebaran format wawancara dilakukan setelah selesai diadakan tes akhir siklus I. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode sosiodrama.

Setelah semua rangakaian siklus I selesai, selanjutnya dilakukan analisis dan refleksi.hal ini dilakukan memperoleh masukan untuk tindakan siklus selanjutnya.

b. Siklus II

1) Kegiatan 1 : Perencanaan tindaklan siklus II Waktu pelaksanaan : 15, 16 Februari 2008

Kegiatan yang dilakukan adalah perencanaan tindakan yaitu membuat scenario dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II dengan menggunakan sosiodrama.

2) Kegiatan 2 : Pelaksanaan tindakan

Waktu pelaksanaan : 22 – 28 Februari 2008

Kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanakan scenario dan perencanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Materi yang disajikan adalah rabat, bruto, tara, netto, dan bunga bank.

Pada pelaksanaan tindakan ini peneliti akan membagi siswa dalam beberapa kelompok. Kelompok-kelompok tersebut akan diberikan satu


(46)

permasalahan yang berbeda yang akan mereka sajikan dalam bentuk sisiodrama.

3) Kegiatan 3 : Pelaksanaan tes akhir siklus II Waktu pelakasanaan : 29 Februari 2008

Kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan tes akhir siklus II kepada seluruh siswa kelas VII.5. hasil tes tersebut akan digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa.

4) Kegiatan 4 : Wawancara

Waktu pelaksanaan : 2 Maret 2008

Format pertanyaan diberikan kepada siswa yang telah dipilih untuk mengetahui tanggapan dan pendapat siswa tentang metode yang digunakan.

Analisis dan refleksi siklus II kembali dilakukan untuk menilai pelakasanaan metode dengan menggunakan metode sosiodrama. Refleksi ini dilakukan untuk menilai apakah pelaksanaan penelitian tindakan ini telah dapat meningkatkan motivasi belajar dalam pelajaran matematika atau masih terdapat kekurangan.

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan.

Penelitian ini mengungkapkan masalah rendahnya motivasi siswa dalam belajar matematika. Dengan memanfaatkan teori-teori yang ada sebagai bahan pendukung, dilakukan penelitian tindakan yang aplikatif yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama. Penerapan teknik ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa motivasi belajar akan meningkat setelah diterapkan metode tersebut.

Pada penelitian ini diupayakan untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi, yakni termotivasinya siswa dalam belajar matematika. Dengan pemberian metode sosiodrama dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sehingga hasil belajar siswapun dapat meningkat.


(47)

G. Data dan Sumber Data 1. Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa: a. Data tes awal merupakan hasil ulangan harian siswa.

b. Data tentang aktivitas siswa merupakan hasil pengamatan pada saat dilaksanakan tindakan, diambil dengan menggunakan lembar observasi pada setiap siklus.

c. Data lapangan, yaitu mencatat seluruh perubahan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas.

d. Data hasil belajar siswa merupakan hasil ulangan harian kepada seluruh siswa pada setiap akhir siklus dan tes akhir belajar diakhir penelitian.

e. Hasil wawancara dengan siswa mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses belajar mengajar di kelas.

f. Dokumentasi aktivitas siswa pada setiap siklus. 2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah siswa, guru dan peneliti yang bertindak juga sebagai observer.

H. Instrumen Pengumpulan Data Intrumen pengumpulan data terdiri dari:

1. Lembar tes akhir setiap siklus dan tes hasil belajar

2. Lembar observasi pengamatan tingkah laku siswa setiap siklus 3. Angket wawancara untuk setiap siswa

4. Angket motivasi belajar siswa

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat mengeveluasi harus valid. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam penelitian, instrument hasil belajar terlebih dahulu diujicobakan dan mengukur validitas dan reliabilitasnya.


(48)

a. Validitas

Dalam menghitung instrument tes hasil belajar peneliti menggunakan rumus korelasi biserial:40

bis

p t

t

M M p

S q

γ

=

bis

γ : koefisien korelasi biserial p

M : rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi Item yang dicari validitasnya

t

M : rerata skor total

t

S : standar deviasi dari skor total

P : proporsi siswa yang menjawab benar

q : proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1-p) b. Reliabilitas

Untuk menghitung besarnya reliabilitas istrumen hasil belajar peneliti peneliti mengguanakan rumus Kuder Richardson (K-R.20) sebagai berikut:41 2 2 11 1 s pq n r n s = − − Keterangan : 11

r : Reabilitas tes secara keseluruhan

P : proporsi subjek yang menjawab item yang benar

q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1–p)s2

pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : banyaknya item

2

s : varians tes

40

Suharsimi Arikunto, Dasar-DasarEvaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. II, h. 79

41


(49)

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengamati setiap aktivitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama pada setiap siklus dan mencatat setiap kejadian yang berlangsung pada saat pembelajaran berlangsung. Disetiap akhir siklus, peneliti memberikan soal tes, dan format pertanyaan terbuka mengenai pendapat siswa tentang metode sosiodrama. Peneliti juga memberikan tes hasil belajar diakhui penelitian dan memberikan angket motivasi untuk siswa yang diisi pada setiap elesai pembelajaran. Dan dokumentasi aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan pada setiap siklus.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi

Pemeriksaan keabsahan atau keterpercayaan hasil temuan dari penelitian tindakan ini menggunakan teknik tringulasi. Teknik tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang objektif, sahih, dan handal dalam penelitian ini digunakan tehnik triangulasi dan saturasi, yaitu:

1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa.

2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh informasi tentang hal yang sama. Untuk memperoleh tentang pemahaman siswa dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa, mengadakan wawancara dengan guru.

3. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.


(50)

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis.

Analisis data dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Proses analisis data ini diawali mendata seluruh data yang ada dari berbagai sumber, baik berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data yang diperoleh berupa aktivitas siswa dan data yang berupa kalimat-kalimat, diubah menjadi kalimat yang bermakna dan ilmiah.

Proses analisis data memiliki empat tingkatan yaitu: pengumpulan data, dimana mengumpulkan informasi-informasi berupa hasil kerja siswa, hasil wawancara atau penelaah dokumen. Validasi, proses sinkronisasi hasil temuan yang diperoleh. Proses tersebut dilakukan dengan mengkaji hasil temuan dari berbagai sudut pandang dan berbagai pendapat pihak yang berkaitan. Interpretasi, yakni kerja yang meliputi pengambilan hipotesis yang telah divalidasikan dan tindakan mencocokkan dan menghubungkan denga teori yang ada. Yang terakhir adalah merencanakan kembali perlakuan pada subjek untuk mendapatkan data yang lebih baik lagi terhadap bukti-bukti yang diperoleh.

L. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan.

Dalam penelitian tindakan ini karena keterbatasan peneliti dinilai sudah adanya peningkatan motivasi belajar disertai dengan peningkatan hasil belajar siswa maka penelitian dihentikan sampai dengan siklus II. Mengenai tindak lanjutnya, akan diserahkan kepada guru yang bersangkutan untuk terus mengembangkan metode ini dalam perencanaan tindakan selanjutnya.


(51)

BAB IV

DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini berisikan tiga hal besar yaitu deskripsi data, analisis data hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. Deskripsi data membahas Penelitian pendahuluan, siklus penelitian, analisis data hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

1. Penelitian pendahuluan

Pelaksanaan penelitian pendahuluan dilakukan selama enam kali pertemuan yaitu pada tanggal 28, 30 November dan 1, 5, 7, 8 Desember 2007. Penelitian pendahuluan ini terdiri dari lima kali tatap muka dan satu kali tes pada pokok bahasan aljabar

Selama penelitian pendahuluan peneliti mengamati segala aktivitas siswa selama pembelajaran tanpa bantuan observer. Adapun hasil penelitian pendahuluan diperoleh beberapa aspek:

a. Aspek Siswa

- Tidak terdapat persiapan belajar yang dilakukan oleh siswa pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Hal ini ditandai masih banyak siswa yang berada di luar kelas saat menunggu datangnya guru matematika sambil bercanda dengan temannya.

- Hanya beberapa orang siswa yang siap memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pelajaran, sedangkan yang lainnya masih berbicara dengan teman sebangkunya dan ada yang diam saja.

- Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini ditandai dengan kurangnya siswa yang berani menjawab soal ke depan kelas dan sebahagian besar siswa tidak mengerti materi yang diberikan oleh guru.

- Siswa tidak bersemangat mengikuti pelajaran matematika. Hal ini ditunjukkan masih banyak siswa yang tidak memperhatikan guru ketika


(1)

Format Wawancara Siklus I

Kode Siswa : H1

1. Jelaskan pendapatmu tentang penggunaan metode sosiodrama dalam belajar!

Suka belajar dengan sosiodrama karena tidak bosan

2. Dengan menggunakan metode ini apakah pelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan?

Belajar matematika jadi lebih menyenangkan

3. Apakah guru lainnya pernah menggunakan metode seperti ini sebelumnya?

Belum ada guru yang mengajar seperti ini

4. Apakah kamu merasa tertantang untuk maju kedepan memerankan yang diceritakan guru?

Ya, merasa tertantang ingin maju

5. Apakah dengan penggunaan metode ini membuat kamu brsemangat dalam belajar matematika? Jelaskan!

Belajar lebih bersemangat karena menyenangkan

6. Bagaimana menurutmu, apakah teman-teman kamu juga dapat menerima metode belajar seperti ini? Jelaskan!


(2)

Format wawancara Siklus I

Kode Siswa : I4

1. Jelaskan pendapatmu tentang penggunaan metode sosiodrama dalam belajar!

Suka belajar dengan metode ini karena tidak bosan

2. Dengan menggunakan metode ini apakah pelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan?

Biasa-biasa saja

3. Apakah guru lainnya pernah menggunakan metode seperti ini sebelumnya?

Tidak ada guru yang mengajar seperti ini

4. Apakah kamu merasa tertantang untuk maju kedepan memerankan yang diceritakan guru?

Tidak ingin maju

5. Apakah dengan penggunaan metode ini membuat kamu bersemangat dalam belajar matematika? Jelaskan!

Belajar lebih menyenangkan karena tidak cepat jenuh

6. Bagaimana menurutmu, apakah teman-teman kamu juga dapat menerima metode belajar seperti ini? Jelaskan!


(3)

Lampiran 16

Format Wawancara Siklus II

Kode Siswa : F1

6. Bagaimana menurutmu pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok? Sosiodrama berkelompok lebih asyik karena banyak teman

7. Apakah kamu melakukan kerjasama yang baik dengan anggota kelompokmu?

Saya bekerja sama dengan baik sesama anggota kelompok

8. Apakah dengan berkelompok masalah matematika lebih mudah diselesaikan?

Lebih mudah diselesaikan dengan berkelompok

9. Apakah pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok membuat kamu lebih bersemangat?

Iya, lebih bersemangat

10.Apakah seluruh anggota kelompokmu ikut memecahkan masalah yang disosiodramakan?


(4)

Format Wawancara Siklus II

Kode Siswa : D3

1. Bagaimana menurutmu pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok? Berkelompok lebih menyenangkan karena rame

2. Apakah kamu melakukan kerjasama yang baik dengan anggota kelompokmu?

Saya bekerja sama dengan teman kelompok

3. Apakah dengan berkelompok masalah matematika lebih mudah diselesaikan?

Berkelompok lebih mudah dicari penyelesaiannya

4. Apakah pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok membuat kamu lebih bersemangat?

Iya, lebih bersemangat

5. Apakah seluruh anggota kelompokmu ikut memecahkan masalah yang disosiodramakan?


(5)

Format Wawancara Siklus II

Kode Siswa : D1

1. Bagaimana menurutmu pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok? Berkelompok lebih enak

2. Apakah kamu melakukan kerjasama yang baik dengan anggota kelompokmu?

Saya malas memecahkan masalah

3. Apakah dengan berkelompok masalah matematika lebih mudah diselesaikan?

Dengan kelompok banyak teman lain yang mengerjakan

4. Apakah pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok membuat kamu lebih bersemangat?

Iya, lebih bersemangat

5. Apakah seluruh anggota kelompokmu ikut memecahkan masalah yang disosiodramakan?

Teman-teman ada yang ikut memecahkan masalah dan ada yang main-main


(6)