menandakan antusias siswa dalam melaksanakan sosiodrama begitu tinggi. Pelaksanaan sosiodrama dengan pembentukan kelompok,
memberikan kesempatan bagi siswa yang belum pernah maju untuk berperan di depan kelas. Pelaksanaan sosiodrama memang membuat
suasana kelas menjadi berisik dan banyak siswa yang jalan-jalan tidak duduk di tempatnya masing-masing. Sehingga kadang-kadang susah untuk
membuat suasana kelas menjadi kondusif kembali. Beragamnya kemampuan siswa dalam melakukan sosiodrama
menghasilkan dialog yang beraneka ragam dan kadang tidak ada keseragaman bicara antara satu actor dengan actor yang lain. Penjelasan
materi dengan diskusi dan kemudian di presentasikan, lebih membuat siswa mengerti tentang materi yang disosiodramakan.
Secara umum dapat dikatakan penerapan metode sosiodrama untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa khususnya pada subjek
penelitian sudah tercapai dan tidak dilanjutan ketahap selanjutnya.
3. Hasil Pelaksanaan Penelitian
Dilihat dari indikator yang ada dibab II, maka dapat di deskripsikan pencapaian motivasi dari setiap siklus yaitu sebagai berikut:
a. Tekun Menghadapi Tugas
Pada awal pelaksanaan siklus pertama, siswa masih banyak yang tidak memperhatikan gururnya. Kamis 14 Februari 2008, suasana kelas sangat
ribut. Karena baru mencoba metode ini, siswa sangat kesulitan dalam menyampaikan materi yang dibahas, sehingga guru harus berulang-
ulang kali memberitahu tentang bagaimana proses sosiodrama yang seharusnya terlaksanakan.
Aktivitas siswa ketika guru menjelaskan sosiodrama mereka mendengarkan dengan seksama. Ketika guru menunjuk siswa yang
harus maju, mereka keberatan dengan alasan takut, belum bisa, siswa terlihat sangat tegang, siswa A7: ”Gak bisa pak, malu”. Hal ini wajar
terjadi mengingat metode sosiodrama belum pernah diterapkan dalam
pembelajaran matematika. Siswa berulang-ulang kali bertanya dialog seperti apa yang harus mereka bicarakan, A4:” Pak, gimana sih
mulainya, trus ngomongnya gimana?”. Guru kembali memberikan motivasi bahwa mereka bisa berdialog dengan bahasa yang ingin mereka
ucapkan sehari-hari. Mereka memberikan alasan takut, malu dan tidak bisa. Hal ini menunjukkan siswa belum tekun dalam menghadapi tugas
yang diberikan guru. Pada pelaksanaan sosiodrama disiklus kedua, baru terlihat siswa begitu
antusias saat diberi tugas untuk melakukan sosiodrama. Siswa secara berkelompok menyelesaikan tugas yang diberi guru dengan sangat
tekun. b.
Ulet Menghadapi Kesulitan Pelaksanaan sosiodrama dimulai dengan diceritakannya masalah yang
akan disosiodramakan. Pada siklus pertama ada 3 orang siswa yang bersedia melakukan sosiodrama di depan kelas. Hal ini menunjukkan
keuletan untuk menghadapi masalah yang belum pernah dilakukannya sebelumnya. Pada siklus kedua siswa yang belum pernah maju
sebelumnya juga ikut melakukan
sosiodrama, mereka mulai menunjukkan untuk bisa menyelesaikan masalah sosiodrama.
c. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah
Pertemuan pertama siklus pertama, hanya 3 orang siswa yang menunjukkan minatnya terhadap sosiodrama. Pertemuan kedua, Jum’at
15 Februari 2008, ketika guru dan peneliti masuk dalam kelas, suasana kelas sangat tenang. Guru memulai dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan
menceritakan tentang
materi yang
akan disosiodramakan. Semua siswa memperhatikan guru dalam menjelaskan
sosiodrama. Kali ini siswa ada yang ditunjuk dan ada yang dengan sukarela mengajukan dirinya untuk melakukan sosiodrama, terlihat
banyak siswa yang juga ingin melakukan sosiodrama. Pertemuan kali ini lima orang siswa maju untuk melakukan sosiodrama. Para siswa yang
siap untuk bersosiodrama, mulai berisik memikirkan jalan cerita dan dialog yang akan mereka sajikan.
Pada awal-awal mereka juga takut untuk memulai sosiodrama, kemudian terlihat lebih bersemangat dalam berperan di depan kelas.
Para audiens juga mulai aktif menanggapi persoalan yang sedang dibahas oleh para actor.
Berbeda dengan siklus I, pembelajaran pada siklus kedua, siswa sudah mulai aktif. Siswa kelihatan sangat antusias dalam memulai
pembelajaran. Hal ini juga membuat guru sangat rileks dalam menyampaikan permasalahan yang akan disosiodramakan. Suasana
kelas tidak ribut saat pembagian kelompok karena pembagian kelompok ditentukan perbaris. Kelompok yang mendapat tugas untuk melakukan
sosiodrama tidak ada yang mengungkapkan keluhannya bahwa mereka takut dan malu dalam bersosiodrama, siswa terlihat antusias dalam
berdiskusi dengan teman kelompoknya. Siswa mulai menunjukkan minatnya terhadap permasalahan yang diceritakan oleh guru untuk
disosiodramakan. d.
Lebih Senang Bekerja Mandiri Pada pembelajaran dengan sosiodrama, siswa bekerja sama dalam
melakukan peran di depan kelas. Pada siklus kedua, pembelajaran dibagi perkelompok. Setiap kelompok yang telah diberikan permasalahan oleh
guru bekerja sama dengan baik untuk tampil melakukan sosiodrama. Hal ini menunjukkan mereka bekerja mandiri untuk bisa menyelesaikan
masalah dan melakukan sosiodrama. e.
Cepat Bosan Pada Tugas-tugas rutin Siswa yang memiliki nilai rata-rata yang tinggi terlihat cepat bosan pada
tugas-tugas rutin. Yang mungkin juga terjadi pada siswa lain. Pada observasi pendahuluan sebelum diterapkan sosiodrama, guru selalu
mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Saat sosiodrama diterapkan pada beberapa pertemuan, semangat siswa dalam belajar
terlihat semakin meningkat. Hal ini menunjukkan siswa yang memiliki
motivasi dalam belajar cepat bosan pada tugas-tugas rutin. Karena membuat mereka menjadi tidak kreatif dalam menyelesaikan masalah
matematika. f.
Dapat Mempertahankan Pendapatnya Siswa yang melakukan sosiodrama ke depan kelas mempunyai
kreativitas masing-masaing dalam mengungkapkan masalah yang dibahas dalam bentuk sosiodrama. Saat guru bertanya pada siswa
bagaimana pelaksanaan sosiodrama, masing – masing siswa mempunyai pendapat yang berbeda-beda.
g. Tidak Mudah Melepaskan Hal yang Diyakini
Pada setiap akhir pertemuan siklus kedua, masing-masing kelompok mengutus
perwakilan kelompoknya
untuk mempresentasikan
kesimpulan dari materi yang disosiodramakan. Setiap kelompok mempunyai kesimulan sendiri-sendiri dan mereka merasa yakin apa
yang mereka presentasikan. h.
Senang Mencari dan Memecahkan Masalah Soal-soal Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang
untuk menyelesaikan, akan tetapi tidak tau secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelasaikan masalah tersebut. Jika suatu
masalah diberikan kepada seorang anak tersebut dan anak tersebut Lngsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Pada siklus pertama sudah terlihat siswa yang suka memecahkan
masalah sosiodrama tapi hanya beberapa orang saja. Pada pembelajaran siklus kedua siswa sudah banyak yang antusias dalam memecahkan
masalah yang harus disosiodramakan. Aktor dan audiens juga sama- sama bekerjasama dalam memecahkan permasalahan yang dibahas, hal
ini terlihat dari dialog berikut ini: F1 : “Bapak udah nabung selama 1 tahun. Uang bapak sebelumnya Rp1.000.000,00, di tambah bunga 12
setahun. Jadi uang bapak …….. bertanya kepada audiens. “Penonton, uang satu juta, di tambah bunga 12 jadi berapa?”
Siswa langsung menghitung, beberapa menit kemudian ada yang menjawab, A4 : “Uangnya jadi Rp1.120.000,00”
Berdasarkan hasil observasi pada siklus kedua diperoleh hasil bahwa bertambahnya keinginan siswa untuk ikut aktif dalam menyelesaikan
masalah yang disajikan dengan sosiodrama menandakan antusias siswa dalam melaksanakan sosiodrama begitu tinggi. Pelaksanaan sosiodrama
dengan pembentukan kelompok, memberikan kesempatan bagi siswa yang belum pernah maju untuk berperan di depan kelas
Pertemuan ketiga, Jum’at, 29 Februari 2008, merupakan pelaksanaan tes siklus kedua. Siswa mengerjakan tes dengan seksama dan suasana kelas
ketika tes berlangsung sangat kondusif. Pada akhir pertemuan, A4 bertanya “Pak, minggu depan kita belajar kayak gini lagi nggak?”, Guru:
“Minggu depan kita belajar seperti biasa.”, E2 “Yah pak, kayak gini lagi dong. Semangat nih.”. Guru hanya tersenyum, hal ini menandakan siswa
sangat antusias belajar dengan menggunakan metode sosiodrama.
B. Analisis Data Hasil Penelitian