Klasifikasi Diabetes Mellitus 1. Definisi

dengan prevalensi terendah 6,0 pada peringkat umur 20-79 tahun Roglic dan Unwin, 2010.

2.1.3. Klasifikasi

Diabetes Mellitus diklasifikasikan berdasarkan proses patologik yang membawa kepada keadaan hiperglikemia dan juga menurut presentasi klinis pada penderita. Terdapat 2 tipe DM yaitu tipe 1 diabetes dan tipe 2 diabetes International Diabetes Federation, 2011. Tipe 1 diabetes mellitus DM tipe 1 juga dikenali sebagai insulin dependent diabetes mellitus IDDM, immune-mediated atau juvenile-onset diabetes. Ia disebabkan oleh destruksi pada sel penghasil insulin yaitu pankreas, akibat reaksi auto imun di mana sel- sel ini diserang oleh sistem pertahanan tubuh. Sel beta pankreas ini menghasilkan sedikit atau langsung tidak menghasilkan insulin yaitu hormon yang membawa glukosa untuk masuk kedalam sel- sel tubuh. DM tipe 1 ini boleh menyerang semua peringkat umur namun begitu ia selalu terjadi pada anak- anak berbanding orang dewasa. Penyakit DM tipe 1 merupakan penyakit katabolik di mana insulin dalam darah berkurang atau tiada, plasma glukagon meningkat dan sel beta pankreas gagal untuk memberi respon terhadap stimuli insulinogenik. Oleh sebab itu, insulin harus diberi dari luar untuk membalikkan keadaan katabolik, mencegah ketosis, mengurangkan hiperglukogenemia dan kadar glukosa International Diabetes Federation, 2011. Terdapat 2 jenis DM tipe 1 yaitu immune- mediated DM tipe 1A dan idiopatik DM tipe 1B. Bagi immune mediated DM kira- kira 13 penyebab kepada penyakit ini disebabkan oleh faktor genetik dan 23 lagi disebabkan oleh faktor lingkungan. Bagi faktor genetik, gene yang berkaitan dengan lokus HLA menyumbang sebanyak 40 risiko untuk menderita DM tipe 1A. Kebanyakkan pada penderita DM tipe 1A immune mediated dapat dideteksi antibodi- antibodi seperti Universitas Sumatera Utara antibodi bagi sel-sel pulau langerhan ICA, insulin IAA, glutamic acid decarboxylase GAD65 dan juga thyrosine phosphatase IA-2 dan IA2-B. Risiko untuk menderita DM tipe 1A meningkat jika terdapat riwayat keluarga. Anak- anak dengan ibunya menderita DM tipe 1 mempunyai risiko sebanyak 3 manakala bagi anak- anak dengan ayahnya yang menderita penyakit itu mempunyai risiko sebanyak 6 untuk terpajan kepada penyakit tersebut. Bagi faktor lingkungan terdapat beberapa hipotesa yang dikemukakan seperti terjadinya penyakit itu disebabkan oleh infeksi dari virus seperti virus rubella dan coxsackie B4 serta pengambilan susu lembu. Jenis DM tipe 1 yang kedua adalah idiopatik DM tipe 1B. Kurang dari 10 penderita tidak mempunyai bukti berlaku reaksi autoimun terhadap sel beta pankreas masing- masing. Subgroup ini kebanyakkannya berasal dari bahagian Asia dan Afrika McPhee, Papadakis dan Rabow, 2011. Tipe 2 Diabetes Mellitus DM tipe 2 ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif, salah satu yang mungkin ada pada saat diabetes menjadi klinis nyata. Diagnosis DM tipe 2 biasanya terjadi setelah usia 40 tahun, tetapi bisa terjadi sebelumnya, terutama pada populasi dengan prevalensi DM tinggi. Ada laporan peningkatan anak- anak mengembangkan DM tipe 2. DM tipe 2 bisa tetap tidak terdeteksi, yaitu tanpa gejala, selama bertahun- tahun dan diagnosis sering dibuat dari komplikasi yang terkait atau dari pemeriksaan darah yang abnormal atau tes urine glukosa International Diabetes Federation, 2011. Faktor genetik dan faktor lingkungan bertanggung jawab terhadap resistensi insulin dan kehilangan sel- sel beta pankreas. Data epidemiologi menunjukkan pengaruh genetik memainkan peran yang besar karena pada kembar monozigot yang berumur lebih 40 tahun terdapat lebih dari 70 kasus dilaporkan setiap tahun setiap kali salah satu kembar menderita DM tipe 2. Studi berkaitan dengan genom juga Universitas Sumatera Utara menunjukkan kemajuan dalam mengidentifikasi gen- gen resiko. Sejauh ini, 18 lokus genetik yang berbeda dilaporkan berkaitan dengan terjadinya DM tipe 2. Beberapa lokus diidentifikasi berperan dalam mengkode protein yang penting dalam pekembangan dan fungsi sel- sel beta pankreas. Salah satu yang mempunyai faktor resiko adalah gen TCF7L2. Kode gen ini berperan dalam jalur penghantaran WNT yang diperlukan dalam perkembangan sel beta pankreas yang normal. Allel pada bagian lokus yang lain yaitu CDKAL1, SLC30A8, HHEX-IDE, CDKN2AB,KCNJ11 dan IGF2BP2 dikatakan berperan dalam sekresi insulin. Dua lokus FTO dan MC4R berperan pada pembentukan massa lipid dan resiko mendapat obesitas manakala lokus PPARG dilaporkan berperan dalam terjadinya resistensi insulin. Bagi faktor lingkungan, obesitas merupakan penyebab utama resistensi insulin pada diabetes tipe 2. Masalah viseral obesiti yaitu penumpukkan lemak di bahagian omentum dan mesentrik sangat berkaitan dengan keadaan resistensi insulin. Pada penderita obesitas, beberapa adipokine disekresi oleh sel lemak yang memberi efek pada kerja insulin. Dua daripadanya ialah leptin dan adiponectin yang meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dengan cara meningkatkan kepekaan sel hepatik. Selain itu terdapat tumor necrosing factor yang berperan dalam menginaktivasikan reseptor insulin dan resistin yang mengganggu kerja insulin dalam metabolisme glukosa. Jumlah adipokine yang abnormal ini sangat berperan dalam proses terjadinya resistensi insulin pada penderita obesitas McPhee, Papadakis dan Rabow, 2011.

2.1.4. Gejala klinis dan symptom Tipe 1 Diabetes Mellitus

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Limpa Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

1 107 58

Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

8 122 176

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Perkembangan Struktur Kraniofacial Fetus Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

2 104 74

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum L.), Metformin dan Glibenklamid terhadap Kadar Gula Darah pada Mencit Diabetes yang Diinduksi Aloksan Tahun 2011

2 65 103

Uji Efek Antifertilitas Serbuk Bawang putih (Allium sativum L.) terhadap Regulasi Apoptosis Sel Germinal Tikus Jantan (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley

1 26 89

Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum)terhadap Aktivitas Proliferase Sel Limfosit Mencit (Mus musculus) sebagai Indikator Imunostimulan secara in Vitro

0 7 64

Produksi Mencit Putih (Mus musculus) Dengan Subtitusi Bawang Putih (Allium sativum) Dalam Ransum

0 11 63

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH ( Allium sativum L) TERHADAP KUALITAS PROSES SPERMATOGENESIS TESTIS MENCIT JANTAN (Mus musculus ) STRAIN JEPANG.

0 2 1

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH ( Allium sativum L) TERHADAP KUALITAS PROSES SPERMATOGENESIS TESTIS MENCIT JANTAN (Mus musculus ) STRAIN JEPANG.

0 0 18

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap Struktur Histologis Hepar Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Parasetamol.

0 0 5