menunjukkan kemajuan dalam mengidentifikasi gen- gen resiko. Sejauh ini, 18 lokus genetik yang berbeda dilaporkan berkaitan dengan terjadinya DM tipe 2. Beberapa
lokus diidentifikasi berperan dalam mengkode protein yang penting dalam pekembangan dan fungsi sel- sel beta pankreas. Salah satu yang mempunyai faktor
resiko adalah gen TCF7L2. Kode gen ini berperan dalam jalur penghantaran WNT yang diperlukan dalam perkembangan sel beta pankreas yang normal. Allel pada
bagian lokus
yang lain
yaitu CDKAL1,
SLC30A8, HHEX-IDE,
CDKN2AB,KCNJ11 dan IGF2BP2 dikatakan berperan dalam sekresi insulin. Dua lokus FTO dan MC4R berperan pada pembentukan massa lipid dan resiko
mendapat obesitas manakala lokus PPARG dilaporkan berperan dalam terjadinya resistensi insulin.
Bagi faktor lingkungan, obesitas merupakan penyebab utama resistensi insulin pada diabetes tipe 2. Masalah viseral obesiti yaitu penumpukkan lemak di bahagian
omentum dan mesentrik sangat berkaitan dengan keadaan resistensi insulin. Pada penderita obesitas, beberapa adipokine disekresi oleh sel lemak yang memberi efek
pada kerja insulin. Dua daripadanya ialah leptin dan adiponectin yang meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dengan cara meningkatkan kepekaan sel hepatik.
Selain itu terdapat tumor necrosing factor yang berperan dalam menginaktivasikan reseptor insulin dan resistin yang mengganggu kerja insulin dalam metabolisme
glukosa. Jumlah adipokine yang abnormal ini sangat berperan dalam proses terjadinya resistensi insulin pada penderita obesitas McPhee, Papadakis dan Rabow,
2011.
2.1.4. Gejala klinis dan symptom Tipe 1 Diabetes Mellitus
Gejala klinis yang sering terdapat adalah peningkatan frekuensi buang air kecil konsekuensi dari diuresis osmotik sekunder kepada hiperglikemia yang
berkelanjutan. Ini mengakibatkan hilangnya glukosa, air dan elektrolit dalam urin.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan haus merupakan akibat dari konsekuensi dari keadaan hiperosmolar sedangkan keadaan kabur pandangan sering berkembang akibat dari lensa yang
terpapar cairan hiperosmolar. Berat badan menurun meskipun nafsu makan penderita normal atau meningkat merupakan gambaran umum dari DM tipe 1 yang subakut.
Hilang berat badan pada awalnya disebabkan oleh deplesi air, glikogen dan trigliserida.
Selain itu, penurunan volume plasma menghasilkan gejala hipotensi postural. Akibat dari tubuh kehilangan kalium secara total serta terjadi proses katabolisme
protein otot yang menyebabkan kelemahan pada penderita DM tipe 1. Parastesia perasaan sensitivitas yang tinggi pada kulit seperti perasaan panas, geli dan gatal
yang disebabkan kerusakkan pada saraf tepi mungkin hadir pada saat diagnosis, terutama pada onset subakut. Hal ini menunjukkan terdapat difungsi sementara saraf-
saraf tepi, yang menunjukkan penggantian dari insulin untuk mengembalikan tingkat glukosa kepada normal, menyarankan berlaku keadaan neurotoksisitas dari
hiperglikemia yang berkelanjutan. Ketoasidosis akan memperburuk dehidrasi dan hiperosmolaliti, dengan menyebabkan keadaan anoreksia, mual dan muntah,
mengganggu dalam penggantian cairan oral McPhee, Papadakis dan Rabow, 2011.
Tipe 2 Diabetes Mellitus
Beberapa penderita sering mengeluh tentang peningkatan frekuensi buang air kecil namun begitu terdapat sebahagian penderita memiliki onset berbahaya
hiperglikemia tanpa menunjukkan gejala pada awalnya. Hal ini terutama berlaku pada pasien obesitas di mana glikosuria dan hiperglikemia terdeteksi sewaktu melakukan
pemeriksaan laboratorium rutin. Kadang- kadang penyakit tidak terdeteksi bertahun- tahun lamanya dan mungkin didiagnosa setelah mengalami komplikasi diabetes
mellitus seperti penyakit kardiovaskular atau neuropati. Tipe 2 diabetes mellitus berkembang dengan sangat lambat McPhee, Papadakis dan Rabow, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Antara simptom pada diabetes tipe 2 adalah peningkatan haus dan sering buang air kecil. Keadaan haus disebabkan, kelebihan gula yang menumpuk dalam darah
yang menarik cairan dalam jaringan. Sebagai hasilnya, pasien banyak meminum air dan menyebabkan ia buang air kecil lebih dari biasa. Selain itu, pasien juga
mengalami penglihatan kabur disebabkan jika kadar gula darah tinggi, cairan dapat ditarik dari lensa mata dan seterusnya mengurangkan kemampuan untuk mengfokus
objek dengan jelas. Lambat untuk penyembuhan luka dan terdedah kepada infeksi juga sering pada pasien. Beberapa pasien diabetes tipe 2 juga mudah mendapat
bercak gelap di lipatan- lipatan tubuh seperti ketiak dan leher. Kondisi ini disebut sebagai Acanthosis nigrican, mungkin merupakan tanda resistensi insulin Mayo
Foundation for Medical Education and Research,2011.
2.1.5. Pemeriksaan laboratorium 1. Urinalisis