Infeksi HIV Akut Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis Persisten Generalized LymphadenophatyPGL Kondom Laki

Di Afrika ditemukan bahwa HIV disebarkan terutama melalui hubungan seksual heteroseksual. Survei menunjukkan persentase prevalensi HIV pada beberapa kelompok yaitu: 80-90 kelompok PSK, 30 kelompok laki-laki konsumennya, 30 pada kelompok mereka yang datang berobat di klinik penyakit menular seksual, 10 pada pendonor darah dan 10 pada kelompok wanita yang periksa di klinik perawatan antenatal. Di San Fransisco dan New York, AIDS saat ini merupakan penyebab utama kematian premature pada laki-laki usia muda.

2.1.4 Perjalanan Penyakit

Perjalanan penyakit virus HIV melalui beberapa tahapan, yaitu :

a. Infeksi HIV Akut

Keadaan ini juga disebut sebagai infeksi primer HIV atau sindrom serokonversi akut. Antara 40-90 infeksi baru HIV memberikan keluhan. Waktu dari paparan virus sampai timbulnya keluhan antara 2-4 minggu. Beberapa akan menunjukkan keluhan seperti demam pada influenza yang antara lain: demam, keluar ruam merah di kulit, nyeri otot, sakit kepala, nyeri nelan, badan lesu dan limfadenopati. Pada masa ini diagnosa jarang dapat ditegakkan. Hal ini karena pertama, dokter belum mempertimbangkan adanya infeksi HIV. Kedua, keluhan menyerupai banyak penyakit lainnya. Ketiga, tes serologi standar untuk antibody terhadap HIV masih memberikan hasil negative.

b. Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis

Pada orang dewasa terdapat periode laten infeksi HIV yang bervariasi dan lama untuk timbulnya penyakit yang terkait HIV dan AIDS. Seseorang yang Universitas Sumatera Utara terinfeksi HIV bisa tidak mengalami keluhan apa pun selama 10 tahun atau lebih. Pada masa ini, meskipun penderita tidak nampak keluhan apa-apa, tetapi bila diperiksa darahnya akan menunjukkan seropositif. Hal ini sangat berbahaya dan berpotensi tinggi menularkan infeksi HIV pada orang lain.

c. Persisten Generalized LymphadenophatyPGL

Pada masa ini ditemukan pembesaran limfonodi yang meliputi sedikitnya dua tempat selain limfonodi inguinal dan tidak ada penyakit lain atau pengobatan yang menyebabkan pembesaran limfonodi. Pada saat ini, jaringan limfe berfungsi sebagai tempat penampungan utama HIV. PGL terjadi pada sekitar sepertiga orang yang terinfeksi HIV tanpa gejala.

d. Gejala-gejala yang Berkaitan dengan HIVAIDS

Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, jika tidak diterapi akan berkembang menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan HIV dan AIDS. Karakteristik virus meliputi tipe dan subtipe virus : HIV-1 dan beberapa subtipe HIV- 1 menyebabkan progresivitas lebih cepat. Karakteristik hospes yang bisa menyebabkan progresivitas yang lebih cepat antara lain : usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 40 tahun; infeksi yang menyertai dan faktor genetik. Bersamaan dengan progresivitas infeksi HIV dan penurunan imunitas, penderita menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Infeksi ini meliputi TB, pneumonia, infeksi jamur rekuren pada kulit dan orofaring, herpes zoster. Beberapa penderita mengalami gejala konstitusional demam dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Universitas Sumatera Utara Beberapa penderita mengalami diare kronis dengan penurunan berat badan, sering diketahui sebagai “slim disease”.

2.1.5 Pencegahan HIVAIDS

HIV dan AIDS terutama dapat terjadi melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan perlu difokuskan pada hubungan seksual, dalam hal ini langkah pencegahan yang dianjurkan untuk dilakukan adalah : A. = Anda jauhi seks sampai anda menikah atau menjalin hubungan jangka panjang dengan pasangan Abstinensia. B. = Bersikap saling setia dengan pasangan dalam hubungan perkawinan atau hubungan tetap jangka panjang Be faithful. C. = Cegah dengan memakai kondom secara benar dan konsisten untuk penjaja seks atau orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B Condom. Untuk penularan non-seksual berlaku prinsip D dan E yaitu : D. = Drug, say no to drug atau katakan tidak pada narkoba. E. = Equipment, tidak memakai alat suntik secara bergantian. Dalam kasus prostitusi maka upaya yang paling dimungkinkan untuk mencegah penularan Infeksi Menular Seksual IMS dan HIVAIDS adalah dengan mempraktekkan seks yang aman protective sex yaitu dengan selalu menggunakan kondom setiap melakukan hubungan seks dengan siapapun. Universitas Sumatera Utara 2.2. Kondom 2.2.1 Pengertian dan Sejarah Everett, 2007 Kondom adalah bentuk kontrasepsi yang pertama kali ditemukan. Kondom dibuat dari banyak bahan yang tidak lazim dan pada awalnya lebih dianggap sebagai perlindungan terhadap penyakti menular seksual daripada sebagai pencegahan kehamilan. Pria Mesir yang dilaporkan pertama kali memakai kondom untuk melindungi dirinya sendiri terhadap infeksi pada tahun 1350-1220 SM. Selanjutnya pada tahun 1564 M, seorang ahli anatomi berkebangsaan Italia bernama Gabarielle fallopius sebagai penemu kondom yang terbuat dari linen sebagai perlindungan terhadap sifilis. Dimasa lalu, kondom dibuat dari kandung kemih hewan, sutra berminyak, kerta dan kulit. Kondom adalah metode yang sangat efektif dan merupakan satu di antara beberapa kontrasepsi yang tersedia bagi pria. Kondom sering disebut dengan berbagai nama, seperti selubung, jhonny, karet dan French letter. Pada tahun 1996, sebuah kondom baru dilepas ke pasar. Dipasarkan dengan nama Topaz, kondom ini ditemukan oleh seorang insinyur bernama Keith Jones. Topaz ditujukan untuk menyelesaikan masalah seputar pemakaian kondom dan masalah kebocoran kondom.

2.2.2 Manfaat Kondom

Mencegah penularan HIVAIDS dan juga memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi menular lain seperti infeksi gonore, chlamydia, sifilis dan herpes serta merupakan metode lain dalam keluarga berencana, mencegah kehamilan, Universitas Sumatera Utara memberikan rasa nyaman sehingga mengurangi rasa cemas, menghemat dana untuk perawatan dan obat-obatan bila seseorang tertular IMS Depkes RI, 2004.

2.2.3 Jenis

– Jenis Kondom Dapat dijumpai beberapa jenis kondom yaitu :

a. Kondom Laki

– Laki Kondom merupakan sarung dari latex yang tipis, digunakan pada penis ketika melakukan hubungan sexual. Kondom berguna untuk mengumpulkan semen sebelum, selama dan sesudah ejakulasi dan menghalangi sperma memasuki vagina. Penggunaan kondom yang benar dapat mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit sexual dan dapat juga digunakan sebagai alat kontrasepsi. Kondom yang terbuat dari latex, efektif memberikan perlindungan terhadap virus termasuk HIV dan banyak tersedia di pasaran. Kondom latex dirancang mempunyai permeabilitas membran yang dapat menghambat lewatnya organisme dalam berbagai ukuran seperti spermatozoa dengan diameter 0,003 mm 3000 nm dan juga pathogen penyebab penyakit sexual seperti N. gonorrhoeae 800 nm, C. trachomatis 200 nm, HIV 125 nm dan Hepatitis B 40 nm Dumasari, 2008.

a.1. Cara Penggunaan Kondom yang Benar:

Dokumen yang terkait

Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013

10 126 132

Hubungan Faktor Pendukung dan Faktor Penguat Pekerja Seks Komersil Dengan Pemanfaatan Klinik VCT (Voluntary Conselling Testing)Di Wilayah Kerja Puskesmas Wisata Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

2 47 176

Hubungan Komponen Health Belief Model (HBM) dengan Tindakan Penggunaan Kondom pada Anak Buah Kapal (ABK) di Pelabuhan Belawan Tahun 2012

3 62 165

Hubungan Informasi, Motivasi dan Keterampilan Berperilaku dengan Tindakan Penggunaan Kondom pada LSL untuk Mencegah HIV/AIDS di Wilayah Kerja Klinik Veteran Medan Tahun 2012

1 74 111

Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dengan Tindakan Penggunaan Kondom pada WPS untuk Pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012

2 85 117

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Penguat Peserta Kontrasepsi Pria terhadap Penggunaan Vasektomi di Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang

1 36 132

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung Dan Penguat Terhadap Tindakan Pekerja Seks Komersil (PSK) Dalam Menggunakan Kondom Untuk Pencegahan HIV/AIDS Di Lokalisasi Teleju Kota Pekan Baru Tahun 2008

0 39 132

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pneumokoniosis 2.1.1. Definisi Pneumokoniosis - Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan L

0 0 29

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013

0 0 7

Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013

0 0 19