2.4.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Gielen dan McDonald 1996 perilaku seseorang dilandasi oleh latar belakang yang dimilikinya, termasuk pengetahuan mengenai HIVAIDS. Seseorang
yang berpengetahuan HIVAIDS lebih baik diharapkan mempunyai tingkat pemahaman dan kesadaran tentang HIVAIDS yang lebih baik dan akhirnya
diharapkan mempunyai perilaku seksual yang aman yang terhindar dari infeksi HIV. Sementara itu, Cognitive Dissonance Theory dari Festinger 1997 menjelaskan
bahwa pengetahuan seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan perilakunya. Menurut teori tersebut seseorang dapat mempunyai kesejajaran dalam pengetahuan,
sikap dan perilaku. Namun demikian, bisa juga seseorang yang mempunyai pengetahuan dan sikap positif tetapi negative di dalam perilakunya.
Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang ada pada manusia tersebut
bertujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan manusia yang dihadapi sehari- hari dan digunakan untuk kemudahan-kemudahan. Pengetahuan tentang HIVAIDS
dapat digunakan oleh WPS dalam memahami bagaimana cara mencegahnya agar terhindar penyakit tersebut. Pengetahuan dapat diketahui seseorang melalui melihat,
mendengar atau mengalami suatu kejadian yang nyata, selain itu dapat pula diperoleh
Universitas Sumatera Utara
melalui belajar di bangku pendidikan baik formal maupun informal. Pengetahuan lebih bersifat pengenalan suatu benda atau sesuatu hal secara objektif.
2.4.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri
individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut. Menurut Sarwono 1997 dalam
Maulana sikap merupakan kecenderungan merespons secara positif atau negatif orang, situasi atau objek tertentu. Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku
tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Individu sering kali memperlihatkan tindakan bertentangan dengan sikapnya.
Dengan sikap secara minimal, masyarakat memiliki pola berfikir tertentu dan pola berfikir diharapkan dapat berubah dengan diperolehnya pengalaman, pendidikan
dan pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono 1997 bahwa sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya
tambahan informasi tentang objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami
individu. Interaksi disini tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan antarpribadi sebagai anggota kelompok sosial, tetapi meliputi juga hubungan dengan lingkungan
fisik maupun lingkungan psikologis sekitarnya Maulana, 2009. Sikap yang utuh dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan dan emosi
seseorang. Sebagai contoh seorang WPS yang memperoleh penyuluhan mengenai
Universitas Sumatera Utara
HIVAIDS, bila WPS tersebut telah mendengar mengenai penyebab, akibatbahaya, pencegahan HIVAIDS dan sebagainya, maka pengetahuan ini akan membawa WPS
tersebut untuk berfikir kearah pencegahan HIVAIDS pada dirinya. Dengan demikian WPS ini mempunyai sikap tertentu terhadap obyek berupa pencegahan HIVAIDS.
2.4.3 Tindakan