a.1.4 Setelah alat kelamin laki-laki menegang pasangkan kondom pada ujung alat kelamin dan lepaskan gulungannya ke pangkal.
a.1.5 Lepas kondom setelah ejakulasi dengan hati-hati agar cairan sperma tidak tumpah.
a.1.6 Dan bungkus kondom setelah dipakai lalu dibuang di tempat sampah. a.1.7 Jangan menggunakan pelumas bahan dari minyak, misalnya handbody, lotion,
dll. Bahan ini dapat merusak kondom. Gunakan pelumas dengan bahan cair.
b. Kondom Wanita
Terdiri dari bahan polyurethane berbentuk seperti sarung atau kantong dengan panjang 17 cm 6,5 inci. Bahan polyurethane kurang menyebabkan reaksi alergi
dibandingkan kondom latex. Bahan tersebut juga kuat dan jarang robek. Kondom wanita ini dapat mencegah kehamilan dan penularan penyakit seksual termasuk HIV
apabila digunakan secara benar. Pada tiap ujung dari kondom terdapat cincinlingkaran yang lentur. Ujung
yang tertutup dengan cincin yang lentur, dimasukkan kedalam vagina untuk membantu supaya kondom tersebut tetap pada tempatnya. Sedangkan pada ujung
yang terbuka, cincin tetap berada disebelah luar vulva pintu masuk kedalam vagina.
2.2.4 Efektivitas Kondom Sebagai Alat Pelindung
Menurut prosedur tetap yang berlaku pada pabrik di negara maju tanpa krisis, satuan produk batch kondom dijual di pasar apabila dalam 1.000 buah
kondom tidak ada yang dapat dilewati barang sebesar 5 mikron. Dalam kajian dilapangan, hanya satu dari 10.000 kondom yang mampu melewatkan virus HIV.
Universitas Sumatera Utara
Disimpulkan bahwa efektivitas kondom untuk pencegahan kehamilan rata-rata sebesar 87, sedangkan efektivitas kondom untuk penularan IMS rata-rata sebesar
69. Penambahan pelumas lubrication menurunkan proporsi robek, namun bisa meningkatkan proporsi meleset dan penambahan spermisida baik yang sudah ada
dalam kondom maupun yang ditambahkan kemudian dapat membunuh hampir semua sperma dan sebagian kuman penyebab IMS Satoto, 2001.
Program 100 kondom di Thailand dirancangkan untuk menerapkan penggunaan kondom 100 disetiap pertemuan seks komersial di negeri itu. Karena
poros utama penularan HIV di Thailand itu dari pekerja seks komersial dengan laki- laki, dari laki-laki untuk istri-istri mereka dan dari istri ke anak-anak mereka. Dengan
mengurangi risiko penularan HIV dalam seks komersial akan menjadi efektif dalam memperlambat penyebaran epidemik HIV.
Di Thailand program tersebut sangat efektif. Dalam kurun waktu 5 lima tahun, penggunaan kondom pada aktifitas seks komersial di Thailand meningkat, dari
15 menjadi lebih dari 90 sedangkan jumlah orang yang terkena infeksi menular sesksual sangat menurun Ray, 2009.
Di Virginia, Juni 2000 dilaksanakan worksop yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas kondom laki-laki dalam mencegah penularan penyakit seksual
hasilnya : Davis dan Welle memperkirakan penggunaan kondom dapat menurunkan penularan HIVAIDS sebanyak 85 dibanding dengan yang tidak pernah
menggunakan kondom.
Universitas Sumatera Utara
Dua penelitian cross-sectional dan satu penelitian case control menemukan adanya penurunan resiko mendapat gonorrhoe pada laki-laki yang menggunakan
sebanyak 49-75 dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kondom. Penelitian cross-sectional pada PSK di Indonesia, adanya penurunan syphilis pada PSK yang
menggunakan kondom sebanyak 8 dan yang tidak menggunakan kondom sebanyak 14 Dumasari, 2008.
Kondom di setiap lokalisasi sebelum hubungan seks berlangsung perlu diperhatikan jumlah kondom yang disediakan dengan mempertimbangkan frekuensi
hubungan seksual, jarak dari kliniktempat pelayanan dan permintaan khusus. Kondom diberikan dalam jumlah yang cukup untuk melindungi pasangan selama 6
bulan di lokalisasi. Ketersediaan kondom di lokasi berisiko sudah menajdi salah satu keharusan. Karena dalam kebijakan penanggulangan HIVAIDS penggunaan kondom
sudah termasuk dalam isu penting. Hal ini dapat dilihat dari KPA Nasional 2006 bahwa penggunaan kondom merupakan salah satu kebijakan nasional berupa
penggunaan kondom 100 atau Condom Use 100 dilaksanakan terutama di lokasi- lokasi transaksi seksual dengan banyak pasangan berisiko. Oleh karenanya sangat
penting mempromosikan penggunaan kondom secara konsisten dan memeriksakan IMS di klinik yang tepat di setiap bulannya bahkan Strategi Nasional Penanggulangan
HIVAIDS 2007-2010 membuat prioritas arah pencegahan HIVAIDS ke program peningkatan penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko KPA Nasional,
2006.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Perilaku