Cara lain untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan nilai
residualnya SDRESID. Jika ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi heterokedastisitas. Hasil
pengujian heterokedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut ini:
Gambar 4.6. Grafik Uji Heterokedastisitas
Dari gambar di atas, dapat dilihat penebaran nilai residual adalah tidak teratur. Hal tersebut terlihat pada plot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu.
Dengan hasil demikian, kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa tidak terjadi gejala
homokedastisitas atau
persamaan regresi
memenuhi asumsi
heterokedastisitas.
4.3.5.2. Analisis Hubungan Beban Kerja X Terhadap Kepuasan Kerja
Y1 DIPO Lokomotif Bandung
Korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan independen Beban Kerja dengan Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung. Melalui
korelasi dapat diketahui keeratan hubungan variabel independen beban kerja terhadap Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung. Hasil perhitungan
Korelasi Beban Kerja dengan Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung dengan SPSS 20 for windows sebagai berikut:
Tabel 4.26. Hasil Korelasi Beban Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung
Beban Kerja Kepuasan Kerja
Beban Kerja Pearson Correlation
1 -,387
Sig. 2-tailed ,026
N 33
33 Kepuasan Kerja
Pearson Correlation -,387
1 Sig. 2-tailed
,026 N
33 33
. Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. Sumber: Lampiran Output SPPS 20
Hasil perhitungan nilai korelasi Beban Kerja dan Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung yaitu 0,387. Hasil perhitungan menghasilkan korelasi Beban
Kerja dengan Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung yaitu -0,387. Nilai r tersebut berarti hubungan antara Beban Kerja dengan Kepuasan Kerja
karyawan DIPO Lokomotif Bandung. Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung berbanding terbalik bersifat negatif yang berarti jika semakin besar
Beban Kerja maka Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung akan turun. Nilai korelasi berada diantara 0,20 hingga 0,4 yang tergolong dalan kriteria
korelasi tidak kuat. Jadi variabel bebas Beban Kerja memiliki hubungan yang rendah dengan Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung.
4.3.5.3. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Beban Kerja X terhadap
Kepuasan Kerja Y1
Analisis Regresi Linear Sederhana dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif
Bandung sebagai variabel dependen. Berikut adalah hasil perhitungan koefisien Regresi Linier sederhana dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 20
for windows berdasarkan data penelitian adalah berikut:
Tabel 4.27. Hasil Regresi Linier Sederhana
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 2,739
,195 14,075
,000 Beban Kerja
-,220 ,094
-,387 -2,338
,026 a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber: Lampiran Output SPPS 20
Dari perhitungan koefisien regresi didapat persamaan regresi untuk data penelitian yang digunakan sebagai berikut:
Y = 2,739-0,220X Dari persamaan di atas dapat kita lihat nilai konstanta sebesar 2,739.Hal ini
menunjukkan bahwa apabila beban kerja bernilai 0, maka Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung bernilai 2,739 point. Koefisien regresi
Beban kerja X bertanda negatif sebesar 0,220. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan skor beban kerja satu point akan menurunkan Kepuasan Kerja
karyawan DIPO Lokomotif Bandung sebesar 0,220 dengan asumsi tidak ada faktor lain yang berubah. Dengan kata lain dapat dilihat bahwa reaksi Kepuasan
Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung negatif terhadap kenaikan Beban kerja.
4.3.5.4. Hasil Uji Hipotesis Uji t Beban Kerja X terhadap Kepuasan
Kerja Y1
Pengujian hipotesis dengan uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pada penelitian
ini diambil tingkat signifikan α = 5 atau α = 0,05. Nilai t
tabel
dengan jumlah sampel n = 33; jumlah variabel X k = 1; taraf
signifikan α = 5; derajat bebas db = n-k-1 =33 - 1-1 = 31 sebesar 2,040. Untuk melihat pengaruh Beban Kerja
terhadap Kepuasan Kerja karyawan di DIPO Lokomotif Bandung, hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho
2
:
1
= 0 Beban Kerja tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung Ha
2
:
1
≠ 0 Beban Kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai t-hitung untuk variabel Beban Kerja X sebesar -2,338 dengan nilai signifikansi p-value = 0,026. Penentuan
hasil pengujian
penerimaanpenolakan H
dapat dilakukan
dengan membandingkan t
hitung
dengan t
tabel
atau juga dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Keputusan penolakanpenerimaan hipotesis hasil perbandingan
t
hitung
dengan t
tabel
pada pengujian parsial dapat digambarkan dalam diagram daerah penerimaan dan penolakan H
sebagai berikut:
Gambar 4.7. Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji Parsial X terhadap Y1
Hasil penghitungan nilai statistik uji t yang diperoleh menunjukkan t-hitung untuk variabel Beban Kerja X lebih kecil dari negatif t
tabel
t = -2,338-2,040, maka diperoleh hasil pengujian Ho ditolak. Hasil ini juga ditunjukkan oleh nilai
signifikansi uji statistik p-value untuk variabel X sebesar 0,026. Artinya kesalahan untuk mengatakan ada pengaruh dari Beban Kerja X terhadap
Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung sangat kecil atau berarti lebih kecil dari tingkat kesalahan yang dapat diterima sebesar 5. Jadi dapat
disimpulkan Beban Kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung.
4.3.5.5. Pengaruh Beban Kerja X terhadap Kepuasan Kerja Y1 DIPO
Lokomotif Bandung
Untuk mengetahui pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung dapat dilihat nilai koefisien determinasi R
2
. Tabel di bawah merupakan hasil perhitungan koefisien determinasi untuk persamaan
regresi yang diperoleh.
Tabel 4.28. Hasil Korelasi Simultan Beban Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,387
a
,150 ,123
,47455 a. Predictors: Constant, Beban Kerja
b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja Sumber: Lampiran Output SPPS 20
Dari Tabel 4.28. dapat diketahui nilai koefisien determinasi R Square yang dihitung dengan bantuan SPSS sebesar 0,150. Hasil ini berarti bahwa ada
kontribusi sebesar 15,0 dari Beban Kerja dalam menjelaskanmempengaruhi Kepuasan Kerja karyawan DIPO Lokomotif Bandung. Sedangkan sisanya 85
dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.3.5.6. Analisis Hubungan Beban Kerja X dan Kinerja Karyawan Y2
DIPO Lokomotif Bandung
Korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung. Melalui korelasi dapat diketahui
keeratan hubungan variabel independen beban kerja terhadap Kinerja Karyawan
DIPO Lokomotif Bandung. Hasil perhitungan Korelasi Beban Kerja dengan
Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung dengan SPSS 20 for windows
sebagai berikut:
Tabel 4.29. Hasil Korelasi Beban Kerja dengan Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung
Correlations
Beban Kerja Kinerja Karyawan
Beban Kerja Pearson Correlation
1 -,461
Sig. 2-tailed ,007
N 33
33 Kinerja Karyawan
Pearson Correlation -,461
1 Sig. 2-tailed
,007 N
33 33
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Sumber: Lampiran Output SPPS 20
Hasil perhitungan nilai korelasi Beban Kerja dan Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung yaitu -0,461. Hasil perhitungan menghasilkan korelasi Beban
Kerja dengan Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung yaitu -0,461. Nilai r tersebut berarti hubungan antara Beban Kerja dengan Kinerja Karyawan DIPO
Lokomotif Bandung. Kinerja Karyawan di DIPO Lokomotif Bandung berbanding terbalik bersifat negatif yang berarti jika semakin besar Beban Kerja maka
Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung akan turun. Nilai korelasi berada diantara 0,40 hingga 0,60 yang tergolong dalan kriteria korelasi sedang. Jadi
variabel bebas Beban Kerja memiliki hubungan yang cukup kuat dengan Kinerja Karyawan di DIPO Lokomotif Bandung.
4.3.5.7. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Beban Kerja X
terhadap Kinerja Karyawan Y2
Analisis Regresi Linear Sederhana dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung
sebagai variabel dependen. Berikut adalah hasil perhitungan koefisien Regresi Linier sederhana dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 20 for
windows berdasarkan data penelitian adalah berikut:
Tabel 4.30. Hasil Regresi Linier Sederhana X terhadap Y2
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 2,650
,200 13,255
,000 Beban Kerja
-,280 ,097
-,461 -2,890
,007 a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Lampiran Output SPPS 20
Dari perhitungan koefisien regresi didapat persamaan regresi untuk data penelitian yang digunakan sebagai berikut:
Y = 2,650-0,280X Dari persamaan di atas dapat kita lihat nilai konstanta sebesar 2,650.Hal ini
menunjukkan bahwa apabila beban kerja bernilai 0, maka Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung bernilai 2,650. Koefisien regresi Beban kerja X
bertanda negatif sebesar 0,820. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan skor beban kerja satu point akan menurunkan Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif
Bandung sebesar 0,220 dengan asumsi tidak ada faktor lain yang berubah. Dengan kata lain dapat dilihat bahwa reaksi Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung
negatif terhadap kenaikan Beban kerja.
4.3.5.8. Hasil Uji Hipotesis Uji t Beban Kerja X terhadap Kinerja
Karyawan Y2
Pengujian hipotesis dengan uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pada penelitian
ini diambil tingkat signifika n α = 5 atau α = 0,05. Nilai t
tabel
dengan jumlah sampel n = 33; jumlah variabel X k = 1
; taraf signifikan α = 5; derajat bebas db = n-k-1 = 33 - 1-1 = 31 sebesar 2,040. Untuk melihat pengaruh Beban Kerja
terhadap Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung, hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho
2
:
1
= 0 Beban Kerja tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung Ha
2
:
1
≠ 0 Beban Kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kinerja
Karyawan DIPO Lokomotif Bandung
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai t-hitung untuk variabel Beban Kerja X sebesar -2,890 dengan nilai signifikansi p-value = 0,007. Penentuan
hasil pengujian
penerimaanpenolakan H
dapat dilakukan
dengan membandingkan t
hitung
dengan t
tabel
atau juga dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Keputusan penolakanpenerimaan hipotesis hasil perbandingan
t
hitung
dengan t
tabel
pada pengujian parsial dapat digambarkan dalam diagram daerah penerimaan dan penolakan H
sebagai berikut:
Gambar 4.8. Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji t X terhadap Y2
Hasil penghitungan nilai statistik uji t yang diperoleh menunjukkan t-hitung untuk variabel Beban Kerja X lebih kecil dari negatift
tabel
t = -2,890 - 2,040, maka diperoleh hasil pengujian Ho ditolak. Hasil ini juga ditunjukkan oleh nilai
signifikansi uji statistik p-value untuk variabel X sebesar 0,007. Artinya kesalahan untuk mengatakan ada pengaruh dari Beban Kerja X terhadap Kinerja
Karyawan DIPO Lokomotif Bandung sangat kecil atau berarti lebih kecil dari tingkat kesalahan yang dapat diterima sebesar 5. Jadi dapat disimpulkan Beban
Kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung.
4.3.5.9. Pengaruh Beban Kerja X terhadap Kinerja Karyawan Y2
DIPO Lokomotif Bandung
Untuk mengetahui pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung dapat dilihat nilai koefisien determinasi R
2
. Tabel di bawah merupakan hasil perhitungan koefisien determinasi untuk persamaan regresi yang
diperoleh.
Tabel 4.31. Hasil Korelasi Simultan Beban Kerja dengan Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,461
a
,212 ,187
,48749 a. Predictors: Constant, Beban Kerja
b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber: Lampiran Output SPPS 20
Dari Tabel 4.31. dapat diketahui nilai koefisien determinasi R Square yang dihitung dengan bantuan SPSS sebesar 0,212. Hasil ini berarti bahwa ada
kontribusi sebesar 21,2 dari Beban Kerja dalam menjelaskanmempengaruhi Kinerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung. Sedangkan sisanya 78,8
dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.3.5.10. Uji Perbedaan Beban Kerja Karyawan Antar Dinasan
Untuk melihat Beban Kerja Karyawan pada Karyawan DIPO Lokomotif Bandung untuk tiap Dinasan CHECK CC KRDKRDE 1, CHECK LOK
KRDKRDE 2, MC-ANGIN 3, MC-DIESEL 4, MC-ELEKTRIK 5, MC- MEKANIK 6 dan MC-KRDKRDE 7 dilakukan uji perbandingan rata-rata
menggunakan analisis varians one-way ANOVA. Hasil rata-rata nilai beban kerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung pada setiap Dinasan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.32. Rata-Rata Beban Kerja Setiap Dinasan
Descriptives
Beban.Kerja N
Mean Std. Deviation
Std. Error
1,00 10
71,8730 11,89278
3,76083 2,00
5 87,6660
3,30042 1,47599
3,00 3
79,6667 10,50397
6,06447 4,00
3 71,3333
14,57166 8,41295
5,00 4
82,4175 5,83300
2,91650 6,00
3 78,1333
4,89226 2,82455
7,00 5
71,7980 5,06958
2,26719 Total
33 76,7612
10,33593 1,79926
Dilihat dari rata-rata beban kerja terlihat dinasan CHECK LOK KRDKRDE 2 memilki rata-rata beban kerja paling tinggi 87,6660 dan yang paling rendah
pada dinasan MC-DIESEL 4 Hasil uji one-way ANOVA untuk mengetahui perbedaan Beban Kerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung tercantum pada
Tabel 4.33 berikut.
Tabel 4.33. Uji One-Way ANOVA Beban Kerja Karyawan DIPO LOKOMOTIF Bandung
ANOVA
Beban.Kerja Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
Between Groups 1204,019
6 200,670
2,356 ,060
Within Groups 2214,590
26 85,177
Total 3418,609
32 Keterangan:Jika Signifikansi p 0,05→ terdapat perbedaan signifikan antara Divisi
Hasil pengujian pada Tabel 4.33. menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata Beban Kerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung untuk kelompok uji dinasan
yang diteliti p = 0,060 0,05. Jika dilihat perbedaan antar kelompok uji dinasan maka dilakukan uji Duncan seperti tercantum dalam tabel 4.34. berikut.
Tabel 4.34. Uji Duncan Perbedaan antar Kelompok Uji dinasan
Beban.Kerja
Duncan Dinasan
N Subset for alpha = 0.05
1 2
4,00 3
71,3333 7,00
5 71,7980
1,00 10
71,8730 6,00
3 78,1333
78,1333 3,00
3 79,6667
79,6667 5,00
4 82,4175
82,4175 2,00
5 87,6660
Sig. ,146
,193 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used.
Type I error levels are not guaranteed. Sumber: Output SPPS 20.0 for Windows berdasarkan data penelitian
Rata-rata Beban Kerja pada Karyawan DIPO Lokomotif Bandung untuk Dinasan
CHECK CC KRDKRDE 1, MC-ANGIN 3, MC-DIESEL 4, MC- ELEKTRIK 5, MC-MEKANIK 6 dan MC-KRDKRDE 7 dari hasil uji
Duncan terlihat tidak berbeda dan untuk dinasan CHECK LOK KRDKRDE 2, MC-ANGIN 3, MC-ELEKTRIK 5, dan MC-MEKANIK 6 dari hasil uji
Duncan disimpulkan tidak berbeda.
4.3.5.11. Uji Perbedaan Beban Kerja Karyawan antar Shift
Untuk melihat Beban Kerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung antar Shift 1, 2 dan 3 dilakukan uji perbandingan rata-rata menggunakan analisis varians one-
way ANOVA. Hasil rata-rata nilai beban kerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung pada setiap Divisi dapat dilihat pada tabel berikut
4.35. Rata-rata Beban Kerja Setiap Shift 1, 2 dan 3
Descriptives
Beban.Kerja N
Mean Std. Deviation
Std. Error
1,00 11
81,2782 7,55624
2,27829 2,00
11 76,9273
12,36757 3,72896
3,00 11
72,0782 9,23092
2,78323 Total
33 76,7612
10,33593 1,79926
Dilihat dari rata-rata beban kerja terlihat shift 1 memilki rata-rata beban kerja paling tinggi 81,2782 dan yang paling rendah pada divisi Shift 3. Hasil uji one-
way ANOVA untuk mengetahui perbedaan Beban Kerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung tercantum pada Tabel 4.36. berikut.
Tabel 4.36. Uji One-Way ANOVA Beban Kerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung antar Shift 1, 2 dan 3
ANOVA
Beban.Kerja Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
Between Groups 465,975
2 232,988
2,367 ,111
Within Groups 2952,634
30 98,421
Total 3418,609
32 Keterangan:Jika Signifikansi p 0,05→ terdapat perbedaan signifikan antara Divisi
Hasil pengujian pada Tabel 4.36. menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata Beban Kerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung untuk kelompok uji shift
yang diteliti p = 0,111 0,05. Jika dilihat perbedaan antar kelompok uji shift maka dilakukan uji Duncan seperti tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 4.37. Uji Duncan Perbedaan Antar Kelompok Uji Shift
Beban.Kerja
Duncan Shift
N Subset for alpha = 0.05
1 2
3,00 11
72,0782 2,00
11 76,9273
76,9273 1,00
11 81,2782
Sig. ,261
,312 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 11,000. Sumber: Output SPPS 20.0 for Windows berdasarkan data penelitian
Rata-rata Beban Kerja Karyawan DIPO Lokomotif Bandung untuk shift 2 dan 3 dari hasil uji Duncan terlihat tidak berbeda dan untuk shift 1 dan 2 dari hasil uji
Duncan disimpulkan tidak berbeda.
Bab 5 Analisis
5.1. Analisis Beban Kerja
Berdasarkan pengolahan data pada bab 4, pengukuran beban kerja dengan metode NASA-TLX pada karyawan DIPO Lokomotif, dimana kondisi karyawan yang
telah memiliki shift kerja dan pengukuran beban kerja didasarkan dari struktur organisasi dan instruktur kerja bagian dinasan per september 2014, diperoleh hasil
beban kerja:
Tabel 5.1. Hasil Beban Kerja dengan Metode NASA-TLX
Bagian Dinasan
Beban Kerja No
Shift Nama
Total Kategori
CHECK CC KRDKRDE
1 2
Pelaksana 1 55
Sedang 2
3 Pelaksana 2
83 Sangat Tinggi
3 3
Pelaksana 3 76
Tinggi 4
2 Pelaksana 4
69 Tinggi
5 3
Pelaksana 5 55
Sedang 6
3 Pelaksana 6
84,53 Sangat Tinggi
7 3
Pelaksana 7 59,67
Sedang 8
1 Pelaksana 8
85,33 Sangat Tinggi
9 2
Pelaksana 9 79,87
Tinggi 10
1 Pelaksana 10
71,33 Tinggi
CHECK LOK
KRDKRDE
11 1
Pelaksana 1 90
Sangat Tinggi 12
1 Pelaksana 2
90 Sangat Tinggi
13 2
Pelaksana 3 90
Sangat Tinggi 14
2 Pelaksana 4
85,33 Sangat Tinggi
15 2
Pelaksana 5 83
Sangat Tinggi
MC-ANGIN
16 1
Pelaksana 1 69
Tinggi 17
2 Pelaksana 2
80 Sangat Tinggi
18 1
Pelaksana 3 90
Sangat Tinggi
MC- DIESEL
19 2
Pelaksana 1 83
Tinggi 20
2 Pelaksana 2
55 Sedang
21 3
Pelaksana 3 76
Sangat Tinggi
MC- ELEKTRIK
22 1
Pelaksana 1 83
Sangat Tinggi 23
2 Pelaksana 2
90 Sangat Tinggi
24 2
Pelaksana 3 76
Tinggi 25
1 Pelaksana 4
80,67 Sangat Tinggi
MC- MEKANIK
26 1
Pelaksana 1 83,73
Sangat Tinggi 27
1 Pelaksana 2
76 Tinggi
28 3
Pelaksana 3 74,67
Tinggi
MC- KRDKRDE
29 3
Pelaksana 1 78,33
Tinggi 30
1 Pelaksana 2
75 Tinggi
31 3
Pelaksana 3 65,33
Tinggi 32
3 Pelaksana 4
71,33 Tinggi
33 3
Pelaksana 5 69
Tinggi
5.2. Analisis Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sesuatu yang bersifat individual. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan yang dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Kategorisasi jawaban responden mengenai item-item
pertanyaan terkait dengan kepuasan kerja, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.2. Hasil Analisis Kuisioner Kepuasan Kerja
Kepuasan Kerja No
Pertanyaan Kuisioner Jawaban Frekuensi
Persentasi Keterangan
Sangat Puas
Puas Kadang-
Kadang Tidak
Puas Sangat
Tidak Puas
Total Sangat
Puas Puas
Kadang- Kadang
Tidak Puas
Sangat Tidak
Puas Total
1 Setiap tugas yang diberikan
kepada saya, dapat diselesaikan secara baik
menimbulkan rasa puas. 10
19 4
33 30
58 12
100 Secara umum karyawan pada DIPO
Lokomotif Bandung merasa puas, karena tugas yang diberikan diselesaikan dengan
baik.
2 Dalam menghadapi kesulitan
dan melaksanakan semua tugas yang dapat
diselesaikan melalui bimbingan atasan
memberikan rasa puas pada diri saya
4 20
9 33
12 61
27 100
Secara umum karyawan pada DIPO Lokomotif Bandung merasa puas, karena
kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan tugas mendapat pengarahan
dari atasan.
3 Dalam memberikan tugas
kepada saya, atasan berlaku adil.
5 12
16 33
15 36
48 100
Secara umum karyawan pada DIPO Lokomotif Bandung merasa kadang-kadang
puas, karena atasan disaat memberikan tugas mereka menilai kelihaian dan kemampuan
dalam menangani tugas.