tidak semua orang memilki potensi dan kesempatan yang sama untuk mencapai perfomansi yang sama. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan ke dalam suatu
istilah yang lebih umum yaitu kemampuan ability. Ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut dalam
banyak hal saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Sudjana 2000, Muhibbin 2004, dan Purwanto 2000 mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa adalah faktor luar eksternal dan faktor dalam internal. Faktor luar terdiri atas lingkungan, meliputi: lingkungan alami dan lingkungan sosial, dan instrumental
meliputi: kurikulum, program, sarana dan prasarana, serta guru. Faktor dalam terdiri atas faktor fisiologis, meliputi: kondisi fisik secara umum dan kondisi pancaindera, dan faktor
psikologis, meliputi: minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan gaya berpikir. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, yang dimaksud dengan prestasi belajar
matematika dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan kognitif siswa terhadap materi pelajaran matematika setelah mengalami proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu,
berupa nilai yang dituangkan dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil menjawab tes prestasi belajar matematika yang diberikan pada akhir penelitian. Prestasi yang dimaksud
dalam hal ini adalah kecakapan nyata yang diperoleh siswa setelah belajar, bukan kecakapan potensial, sebab prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata yang berupa nilai setelah
mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar sering diistilahkan dengan tes prestasi belajar. Sesuai dengan pendapat Bloom seperti yang
diungkapakan di atas, maka idealnya pengungkapan prestasi belajar siswa meliputi ketiga ranah tersebut yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Tes prestasi
belajar secara luas tentu mencakup ketiga ranah tersebut. Tetapi pada penelitian ini akan dibatasi hanya mengungkap prestasi belajar siswa pada ranah konitif saja dengan penekanan
pada tes bentuk tertulis.
2. Hakikat Pembelajaran Kontekstual
2.1 Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik siswa dengan lingkungnnya, sehingga terjadi perubahan prilaku Mulyasa, 2005. Fontanadalam,
Winataputra, 1993 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan fisik, sosial, kultur dan fsikologis yang memberikan suasana tumbuh dan berkembangnya
proses belajar. Sedangkan belajar menurut Fontana adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Jadi, bila dilihat dari individu yang belajar
proses pembelajaran bersifat eksternal datang dari luar yang sengaja dirancang atau didesain sehingga bersifat rekayasa, sedangkan proses belajar bersifat internal. Oleh karena
pembelajaran bersifat rekayasa yaitu rekayasa prilaku maka pembelajaran selalu terikat tujuan. Atas dasar itu maka terjadinya proses belajar adalah kreteria dasar dari pembelajaran
Winataputra, 1993. Dengan kata lain pembelajaran dinilai berhasil bila siswa pebelajar dapat belajar sesuai dengan tujuan yang dirancang. Sementara itu, Marhaeni 2006
mengatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang terprogram dalam desain FEE facilitating, empowering, enabling , untuk membuat siswa belajar secara aktif. Pengertian di
atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik yang belajar dan pendidik yang membantu proses belajar tersebut.
Menurut konsep sosiologi pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologi untuk memelihara kegiatan belajar sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal
dalam mencapai tingkat kedewasaan Suherman, 1994. Dalam arti sempit pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga pembelajaran adalah proses
sosialisasi individu dengan lingkungan sekolah seperti: guru, teman sesama siswa, sumber belajar serta sarana dan prasarana. Sedangkan pembelajaran menurut konsep komunikasi
adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru serta siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir Suherman, 1994. Dalam pembelajaran guru
berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan. Dalam komunikasi banyak arah dalam pembelajaran
peran-peran tersebut bisa berubah. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian pembelajaran yang telah
diungkapkan di atas, maka yang dimaksud dengan pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan fisik, sosial, kultur dan fsikologis yang bersifat eksternal datang dari luar
pebelajar serta sengaja dirancang atau didesain terprogram sehingga memberikan suasana tumbuh dan berkembangnya proses belajar.
2.2 Landaan Pembelajaran Kontekstual