Pembelajaran matematika yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah seperti yang disebutkan di atas, akan membantu siswa belajar secara bermakna. Konsep-konsep
materi yang dipelajari akan lebih tahan lama ada di benak siswa, karena mereka belajar melalui bekerja dan menemukan sendiri. Dalam pembelajaran kontekstual guru tidak secara
langsung memberikan generalisasi suatu konsep atau prinsip yang dipelajari siswa, tetapi guru melibatkan siswa dalam proses mendapatkannya. Guru menyusun situasi belajar
sedemikian rupa sehingga siswa belajar bagaimana bekerja dengan data untuk membuat kesimpulan. Proses pembelajaran kontekstual mengikuti sintaks pembelajaran seperti yang
disajikan pada Tabel 1.2 sintaks pembelajaran yang disajikan berikut ini dimodifikasi dari Depdiknas 2005.
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kontekstual Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa 1.
Orientasi Siswa Pada Masalah
a. Memotivasi siswa memfokuskan
perhatian siswa dengan cara tanya jawab berkaitan dengan materi dalam
kehidupan sehari-hari atau cerita yang relevan
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
dan logistik yang diperlukan Siswa menjawab pertanyaan guru
Siswa mempersiapkan logistik yang diperlukan
2. Mengorganisasikan Siswa untuk
Belajar
a. Guru membagi siswa dalam kelompok
yang beranggotakan 4-5 orang yang bersifat heterogen jenis kelamin,
kemampuan, gaya berpikir
b. Guru Membagikan Lembar Kerja
Siswa c.
Guru membimbing siswa dan memfasilitasi
siswa dalam
menyelesaikan masalah d.
Guru senantiasa mengajukan pertanyaan untuk menggali apa yang
dipikirkan siswa Siswa menuju kelompoknya masing-
masing
Siswa bekerja dalam kelompok
Siswa menjawab pertanyaan guru
3. Mengembangkan dan Menyajikan
Hasil Karya
a. Guru membantu siswa menyiapkan
bahan persentasi di depan kelas b.
Guru Meminta kelompok menyajikan hasilnya
Siswa mepresentasikan hasil kerja kelompoknya
4. Mengevaluasi dan Membuat
Kesimpulan
Siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
5. Memberikan Pekerjaan Rumah
PR
Siswa mencatat pekerjaan rumah PR yang diberikan
2.4 Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika
Knapp Schell dalam Depdiknas, 2005 mengidentifikasi beberapa masalah dalam pembelajaran, antara lain bahwa peserta didik kesulitan dalam menerapkan pengetahuannya
untuk memecahkan masalah-masalah kompleks dan dalam seting yang berbeda, seperti masalah pada bidang lain atau masalah di luar sekolah. Begitu pula dalam pembelajaran
matematika, siswa kurang mampu menghubungkan antar konsep dalam matematika, menghubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari dan menghubungkan
konsep matematika dengan ilmu lainnya. Selain itu, siswa tidak memahami keterampilan- keterampilan dasar yang dimilikinya, karena mereka melihat bahwa pelajaran matematika di
sekolah tidak relevan dengan kehidupan di luar sekolah. Sehingga banyak orang memandang matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit, padahal semua orang harus
mempelajari matematika karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika yang diterapkan selama ini di sekolah adalah pembelajaran konvensional yang bersifat teoritik dan mekanistik serta jarang mengaitkan materi pelajaran
dengan kehidupan sehari-hari siswa. Tentunya pembelajaran yang demikian membuat siswa akan semakin beranggapan belajar matematika itu tidak ada artinya bagi kehidupan mereka,
abstrak dan sulit dipahami. Sesungguhnya matematika muncul dari kehidupan nyata sehari- hari. Sebagai contoh, bangun ruang dan datar pada dasarnya didapat dari benda-benda
kongkrit dengan melakukan proses abstraksi dari benda-benda nyata. Oleh karena itu, proses pembelajaran matematika harus dapat menghubungkan antara ide abstrak matematika dengan
situasi dunia nyata yang pernah dialami ataupun yang pernah dipikirkan siswa. Pembelajaran yang dapat menghubungkan ide abstrak matematika dengan situasi dunia nyata adalah
pemelajaran kontekstual. Pada rambu-rambu kurikulum mata pelajaran matematika disebutkan bahwa untuk mengajarkan konsep matematika dapat dimulai dengan masalah
sesuai dengan situasi nyata atau contextual problem Depdiknas, 2005. Kurikulum ini tampak memberikan kesempatan atau memberikan roh pada penggunaan dan penerapan
pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika memberikan ruang yang
cukup bagi siswa untuk membangun dan mengembangkan pemahaman konsep matematika secara mendalam, khususnya membangun kompetensi matematika siswa dalam: 1
memecahkan masalah matematika, 2 berargumentasi dan berkomunikasi secara matematis, 3 melakukan penemuan kembali, dan 4 berpikir kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi,
penemuan dan generalisasi melalui pemikiran divergen Sudiarta, 2005.
Pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-sehari siswa akan lebih berkesan bagi siswa dibandingkan dengan pembelajaran di mana materi
yang diperoleh bergantung pada informasi dari guru. Dalam pembelajaran kontekstual siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, menemukan sendiri aturan, siswa bebas berdiskusi
dengan temannya, siswa bebas bertanya kepada guru serta memungkinkan siswa lebih mudah mengingat urutan materi yang dipelajarinya. Akibatnya pemahaman siswa tentang suatu
konsep matematika akan lebih baik dibandingkan pemahaman konsep hasil informasi dari guru. Disamping itu, melalui pembelajaran yang mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-
hari siswa akan mendidik siswa untuk dapat menghubungkan antar konsep dalam matematika, menghubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari dan
menghubungkan konsep matematikia dengan ilmu lainnya. Bedasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran matematika adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi-materi atau konsep-konsep matematika yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
3. Hakikat Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan guru dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Pada pembelajaran konvensional, proses
belajar mengajar lebih sering diarahkan pada “aliran informasi” atau “transfer” pengetahuan dari guru ke siswa. Konsep yang diterima siswa hampir semuanya berasal dari “apa kata
guru”. Siswa terlatih seperti “burung beo” yang hanya pintar meniru tapi sulit sekali menciptakan sendiri. Dalam pembelajaran konvensional siswa terlatih berpikir konvergen
mencari satu jawaban benar dan kurang sekali dibina berpikir divergen mencari berbagai alternatif jawaban terhadap satu soal. Dominasi soal pilihan ganda dalam ulangan harian,
ulangan umum atau EBTANAS yang selama ini diterapkan di sekolah memperkuat cara gaya berpikir konvergen siswa http:www.pendidikan-damai.orgfilesPanduan. Siswa
hanya diarahkan untuk menjawab “benar” untuk setiap jawaban benar. Guru menganggap belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan
fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Proses pembelajaran cenderung hanya mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan untuk mengejar target
kurikulum, sehingga proses pembelajaran di kelas memiliki ciri-ciri 1 guru aktif, tetapi siswa pasif, 2 pembelajaran berpusat pada guru teacher oriented, 3 transfer pengetahuan dari
guru pada siswa dan 4 pembelajaran bersifat mekanistik. Akibat dari pembelajaran tersebut siswa menjadi terbiasa menerima apa saja yang
diberikan oleh guru tanpa mau berusaha menemukan sendiri konsep-konsep yang sedang dipelajari. Guru akan merasa bangga ketika anak didiknya mampu menyebutkan kemabali
secara lisan verbal sebagaian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diberikan oleh guru. Penekanan pembelajaran adalah diperolehnya kemampuan mengingat
memorizing dan bukan kemampuan memahami understanding. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih berpegang pada teori tingkah laku
behavioristik. Teori ini didasari asumsi bahwa peserta didik siswa adalah manusia pasif yang tugasnya hanya mendengarkan, mencatat dan menghafal, serta hanya melakukan respon
terhadap stimulus yang datang dari luar stimulus-response. Siswa akan belajar apabila dilakukan pembelajaran oleh guru secara sengaja, teratur dan berkelanjutan. Tanpa upaya
pembelajaran yang disengaja dan berkelanjutan maka siswa tidak mungkin melakukan kegiatan belajar Sudjana, 2005. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang muncul
sebagai respon individu terhadap stimulus yang datang dari luar lingkungan. Siswa di dalam belajar supaya disongsong dan dipersiapkan untuk dapat menerima bentukan dari luar. Semua
siswa dianggap individu yang sama, sehingga bila siswa diberikan stimulus maka respon yang diberikan akan sama.
Dalam pembelajaran konvensional, pola pembelajaran atau urutan sajian materi khususnya dalam pembelajaran matematika adalah 1 pembelajaran diawali penjelasan
singkat materi oleh guru, siswa diajarkan teori, defenisi, teorema yang harus dihafal, 2 pemberian contoh soal dan 3 diakhiri dengan latihan soal. Dalam fase latihan soal, siswa
diberi kesempatan untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase ini pula, guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya yang dipelajarinya ke dalam situasi kehidupan nyata. Dalam pembelajaran konvensional metode ceramah merupakan pilihan
utama sebagai metode pembelajaran. Dengan pola pembelajaran seperti di atas, guru akan mengontrol secara penuh materi
pelajaran serta metode penyampaiannya. Akibatnya, proses pembelajaran di kelas menjadi proses mengikuti langkah-langkah, aturan-aturan serta contoh-contoh yang diberikan oleh
guru. Di bidang penilaian, seorang siswa dinilai telah menguasai materi pelajaran jika mampu mengingat dan mengaplikasikan langkah-langkah, aturan-aturan serta contoh-contoh yang
telah diberikan oleh gurunya.
Berdasarkan hasil observasi proses belajar mengajar di SMP DHARMA LAKSANA, peneliti menyusun sintaks pembelajaran konvensional seperti disajikan pada Tabel 2.2 berikut
ini.
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Konvensional
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Menyampaikan pokok bahasan atau materi yang akan diberikan
Mendengarkan informasi yang disampaikan dan menerima materi
baru
Mendemontrasikan ketrampilan atau menyajikan materi tahap demi tahap
Memperhatikan penjelasan guru
Memberikan contoh soal yang relevan dengan materi yang diberikan
Mencatat contoh soal
Menyuruh siswa menyelesaikan soal- soal yang ada dalam LKS
Menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS
Memberikan pekerjaan rumah PR Mencatat pekerjaan rumah PR
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah suatu konsep belajar yang digunakan guru dalam membahas suatu
pokok bahasan yang telah biasa digunakan dalam pembelajaran matematika serta lebih diarahkan pada “aliran informasi” atau “transfer” pengetahuan dari guru ke siswa. Langkah-
langkah pembelajaran diawali dengan penjelasan singkat materi oleh guru, siswa diajarkan teori, defenisi, teorema yang harus dihafal, pemberian contoh soal dan diakhiri dengan latihan
soal.
4. Perbandingan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Konvensinal