35
Bagan 1. Proses Koreksi pada Perilaku Negatif
Ketiga, Membangun koreksi yang harmoni dalam keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter
secara bersama.
Penerapan pendidikan karakter di SMP Negeri 17 memiliki tujuan makna bahwa proses pendidikan karakter disekolah harus dihubungkan
dengan proses pendidikan di keluarga dengan harapan pendidikan karakter yang dibiasakan disekolah juga diterapkan di lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar.
2.5. Grand Desain Pendidikan Karakter
2.5.1. Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan
Dalam Grand Design Pendidikan Karakter Kemendiknas 2010 yang dirangkum dalam policy brief 2011:1-28, dinyatakan bahwa pendidikan
karakter merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik agar memiliki nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter yang dilakukan
melalui tri pusat pendidikan, yaitu: pendidikan di keluarga, pendidikan di sekolah dan pendidikan di masyarakat.
36
Sumber-sumber nilai karakter berasal dari agama, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan kearifan lokal. Sumber-sumber nilai karakter tersebut
diinternalisasikan pada para siswa melalui berbagai kegiatan di sekolah, di antaranya MOS, OSIS, tata krama dan tata tertib, kepramukaan, upacara
bendera, pendidikan berwawasan kebangsaan, kewirausahaan, UKS, PMR, serta upaya-upaya pencegahan penyalahgunaan NarkobaMiras, rokok, dan
penyimpangan seksual. Hasil yang diharapkan adalah agar para generasi muda ini dapat berkarakter innovatif, kreatif, sidiq, amanah, fathonah,
tabligh, disiplin, simpati, empati, jujur, percaya diri, kompetitif, kooperatif, leadership, imaginatif, bersih, sehat, peduli, adaptif, toleransi, dan suka
menolong.
37
P em
ba ng
u na
n K a
ra kter Ban
g sa
M el
a lu
i P endi
di k
a n
B aga
n 2. P rose
s P endidi
ka n Ka
ra kter
Ke mdi
kna s
2010
38
2.5.2. Pendidikan Karakter di Sekolah
Bagan 3. Proses Pendidikan Karakter di Sekolah Kemdiknas 2010 Keselarasan dan kesatuan holistis antara olah pikir, olah hati, olah
raga, dan olah rasakarsa merupakan aspek penting dari pendidikan karakter. Olah pikir dan olah hati yang mencakup proses intrapersonal merupakan
landasan untuk mewujudkan proses interpersonal berupa olah raga dan olah rasakarsa. Guru dapat mentransformasikan logika berpikir dan laku
spiritual kepada para murid dibarengi dengan pengawasan terhadap tingkah laku amanah dan jaringan sosial tabligh yang tengah dilakoni oleh
mereka.
Bagan 4. Komponen Pendidikan Karakter Policy Brief, 2011: 20 Secara rinci, ruang lingkup model pendidikan karakter tersebut di atas
mencakup: 1 olah pikir, untuk mengembangkan kecerdasan intelektual fathonah atau smart, 2 olah hati untuk mengasah kecerdasan spiritual,
sehingga membentuk karakter yang jujur siddiq, 3 olah raga untuk melatih kecerdasan sosial, dan kebiasaan hidup yang sehat serta bersih, dan
4 olah rasa untuk mengembangkan kecerdasan emosional, dan mengasah karakter.yang peduli care.
40
Bagan 5.Penjabaran Komponen Pendidikan Karakter Policy Brief, 2011: 20 Pengembangan pendidikan karakter dapat menggunakan kurikulum
berkarakter atau “Kurikulum Holistis Berbasis Karakter” Character-based Integrated Curriculum yang merupakan kurikulum terpadu dan menyentuh
semua aspek kebutuhan para siswa.Kurikulum ini memadukan semua aspek dari olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasakarsa.
Pembelajaran holistis berlandaskan pada pendekatan inquiry, dimana para siswa dilibatkan dalam merencanakan, bereksplorasi, dan berbagi
gagasan. Para siswa diarahkan untuk berkolaborasi bersama teman- temannya dan belajar dengan cara mereka sendiri. Para siswa diberdayakan
sebagai pembelajar dan diarahkan agar mampu mengejar kebutuhan belajar mereka melalui tema-tema yang telah dirancang.
41
Sebuah model pembelajaran holistis hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila pembelajaran yang dilakukan alami, natural, dekat dengan diri
para siswa, dan guru yang melaksanakannya memiliki pemahaman konsep pembelajaran terpadu dengan baik. Selain itu juga diperlukan kreativitas dan
sumber bahan yang kaya serta pengalaman guru dalam membuat model- model yang tematis juga sangat menentukan keberhasilan proses
pembelajaran.
2.6. Perilaku