Pendidikan Moral Budaya Jawa

25 akan dihadapi atas perbuatan yang telah dilakukan.

2.2.3. Pendidikan Moral Budaya Jawa

Pendidikan moral budaya Jawa tidak hanya diterapkan dalam sekolah, melainkan keluarga merupakan pranata utama yang mengajarkan budaya Jawa sebelum anak masuk dalam dunia pendidikan. Keluarga Jawa mengajarkan kebudayaan Jawa sejak seorang anak belum dilahirkan, karena orang tua berharap anaknya memiliki kepribadaian yang baik seperti: a. Sikap saling menghormati, ini terlihat pada bahasa keseharian orang jawa dimana di dalamnya ada undak-unduk basa tingkatan bahasa yang dilakukan antara orang muda dengan orang yang lebih tua. Dalam falsafah orang jawa sering dikenal dengan among saha miturut, sedulur tuwa iku dadi gegantining wong tuwa. b. Sikap dan watak jujur, para orang tua mengajarkan kepada anaknya untuk berperilaku jujur baik dalam ucapan maupun tindakan. c. Sikap adil, anak-anak harus mengetahui hak dan kewajiban masing- masing dan tahu bagaimana memperlakukan saudaranya dalam segala hal. Tidak boleh berbuat serakah, murka, ora narima ing pandum atau loba, tamak. d. Rukun agawe santosa, sikap saling tolong menolong, gotong royong, dan tanggungjawab harus ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya sejak dini supaya anak dalam menghadapi kehidupanya tidak berlomba-lomba untuk mencari kebahagiaan pribadi saja akan tetapi juga membawa 26 kebahagiaan bagi lingkungan sekitarnaya. Seperti dalam falsafah jawa rukun agawe santosa lan crah agawe bubrah http:najiamabrura.blogspot.com201301budaya-jawa-sebagai- sumber-pendidikan.html . 2.2.4. Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Bahasa dan Sastra Bahasa dan sastra Jawa sebagai sumber pendidikan karakter seperti yang dikutip dalam Error Hyperlink reference not valid. setidaknya harus dibawa pada tiga fungsi pokok bahasa, yaitu 1 alat komunikasi, 2 edukatif, dan 3 kultural.Fungsi alat komunikasi diarahkan agar siswa dapat menggunakan bahasa Jawa secara baik dan benar untuk keperluan alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat.Fungsi edukatif diarahkan agar siswa dapat memperoleh nilai-nilai budaya Jawa untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas bangsa.Fungsi kultural agar dapat digali dan ditanamkan kembali nilai-nilai budaya Jawa sebagai upaya untuk membangun identitas bangsa. Ketiga fungsi pokok itu jika dilihat dari substansi nilai, merupakan usaha pengembangan dan penanaman nilai-nilai moral. a. Bahasa sebagai alat komunikasi yang diarahkan agar siswa dapat berbahasa Jawa dengan baik dan benar, mengandung nilai hormat atau sopan santun. Seperti diketahui bahwa dalam bahasa Jawa berlaku penggunaan bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh, dan dalam unggah-ungguh itu terkandung nilai-nilai hormat di antara para 27 pembicara, yaitu orang yang berbicara, orang yang diajak berbicara , dan orang yang dibicarakan. Keadaan unggah-ungguh bahasa Jawa saat ini, tidak perlu ditakutkan bahwa bahasa Jawa bertingkat- tingkat. Dalam “Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa” 1991, unggah-ungguh bahasa Jawa sudah dibakukan, yaitu dibedakan atas dipakai tidaknya kosakata yang berkadar halus. Kosakata berkadar halus adalah kata yang secara tradisional diidentifikasi sebagai krama inggil.Atas dasar itu, unggah-ungguh bahasa Jawa dibedakan atas 1 ngoko, 2 ngoko alus, 3 krama, dan 4 krama alus. b. Fungsi edukatif diarahkan agar siswa dapat memperoleh nilai-nilai budaya Jawa untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas bangsa. Pengajaran unggah-ungguh bahasa Jawa seperti diuraikan di depan, selain untuk keperluan alat komunikasi juga dapat mengembangkan fungsi edukatif. Melalui unggah-ungguh basa, siswa dapat ditanamkan nilai-nilai sopan santun. Upaya yang lain adalah melalui berbagai karya sastra Jawa. Sastra wayang misalnya, selain berfungsi sebagai tontonan pertunjukan juga berfungsi sebagai tuntunan pendidikan.Melalui sastra wayang, para siswa dapat ditanamkan nilai- nilai etika, estetika, sekaligus logika.Ungkapan tradisonal Jawa juga banyak mengandung nilai-nilai lokal Jawa untuk kepentingan pendidikan. Semboyan pendidikan nasional ki ta “Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tutwuri Handayani ” juga berasal dari ungkapan tradisional Jawa. 28 c. Fungsi kultural diarahkan untuk menggali dan menanamkan kembali nilai-nilai budaya Jawa sebagai upaya untuk membangun identitas bangsa. Jika fungsi sebagai alat komunikasi dan edukatif telah terlaksana dengan baik, sebenarnya fungsi kultural akan tercapai, karena fungsi kultural sesungguhnya terkait langsung dengan kedua fungsi itu. Melalui fungsi alat komunikasi dan edukatif, diharapkan telah ditanamkan nilai- nilai kepribadian luhur sebagai bagian dari dari tata nilai dan budaya Jawa. Jika penanaman nilai-nilai budaya Jawa telah berhasil, maka akan terbangun kepribadian yang kuat, dan pada akhirnya akan membentuk karakter yang kuat pula.

2.3. Karakter

2.3.1. Pengertian Karakter

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”menandai dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan ataun tingkah laku.Adapun menurut Suyantodalam tulisannya yang bertajuk Urgensi Pendidikan Karakter menjelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkp keluarga, masyrakat, bangsa, dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang buat. Karakter adalah keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku atau perbuatan yang telah membentuk diri seseorang. Dengan