Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

74 Selain itu, untuk menguatkan peneliti dalam mengidentifikasi dan menganalisis fakta secara akurat serta menemukan isu hukum atas fakta tersebut, peneliti akan melakukan wawancara terhadap beberapa narasumber yang berkaitan dengan penelitian tersebut, yang dapat menjadi bahan hukum sekunder. Jadi, bahan hukum sekunder, terdiri atas: 1. Buku-buku hukum 2. Skripsi hukum 3. Tesis hukum 4. Disertasi hukum 5. Jurnal hukum 7. Komentar-komentar atas putusan pengadilan 8. Rancangan Undang-Undang

3.4.3 Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, kamus, dan lain-lain. 41

3.5 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan sumber-sumber penelitian dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka baik terhadap bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier. Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier dikumpulkan berdasarkan 41 Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm. 32. 75 topik permasalahan yang telah dirumuskan dan diklasifikasi menurut sumber- sumber dan hierarkinya untuk dikaji secara komprehensif. Berdasarkan penjelasan yang penulis uraikan diatas, maka teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah studi pustaka. Studi pustaka adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan cara menginventarisasi dan mempelajari bahan-bahan hukum tersebut di atas. Berdasarkan fungsi kepustakaan, dibedakan atas 2 dua macam, yaitu antara lain: 42 a. Acuan umum, yang berisi konsep-konsep, teori-teori, dan informasi- informasi lain yang bersifat umum, misalnya buku-buku, indeks, ensiklopedia, dan sebagainya. b. Acuan khusus, yang berisi hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang diteliti, misalnya jurnal, laporan penelitian, buletin, tesis, disertasi, brosur dan sebagainya. Metode pengumpulan bahan hukum menggunakan sistem kartu, dimana bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dipaparkan, disistematisasikan kemudian dianalisis guna mengintrepretasikan hukum yang berlaku. Bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang diperoleh kemudian diinventarisir dan diklasifikasikan menurut relevansinya terhadap permasalahan yang akan diteliti, kemudian dikaji, dibahas, dipaparkan dan disusun secara sistematis yang pada akhirnya dianalisis. Reaksi kritis penulis dapat berupa penambahan atau penjelasan dengan cara menarik simpulan, saran dan komentar yang bersifat pribadi. 42 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Gramedia, 2006 hlm. 113. 76 Selanjutnya, pembahasan dilakukan secara deskriptif analitis. Dekskriptif adalah pemaparan hasil penelitian dengan tujuan agar diperoleh suatu gambaran yang menyeluruh namun tetap sistematik tertutama mengenai fakta yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini. Analitis artinya ada gambaran yang diperoleh tersebut dilakukan analisis dengan cermat sehingga sehingga dapat diketahui tujuan dari penelitian dan membuktikan permasalahan sebagaimana telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Pengkajian deskriptif analitis dilakukan dengan memaparkan, menelaah, mensistematisasi, menginterpretasi dan mengevaluasi hukum positif yang berlaku bagi merek terkenal untuk tidak sejenis.

3.6 Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum