59 tercantum dalam Pasal 23 Rancangan Undang-Undang tentang
Merek. 5. Penambahan ketentuan mengenai perbaikan sertifikat yang dapat
dilakukan ketika pemohon melakukan permohonan pendaftaran merek, seperti yang tercantum dalam Pasal 27.
6. Penambahan ketentuan
terkait dengan
jangka waktu
perlindungan dan perpanjangan merek terdaftar sampai 6 enam bulan setelah berakhirnya jangka waktu pendaftaran merek,
seperti yang tercantum dalam Pasal 36. 7. Penambahan ketentuan terkait dengan pengalihan hak atas merek
yang dilakukan dengan cara wakaf, seperti yang tercantum dalam Pasal 41.
8. Penambahan ketentuan pidana yang mengatur mengenai pelanggaran yang mengancam kesehatan, lingkungan hidup dan
mengakibatkan kematian.
2.6.2 Isu-Isu Penting dalam Rancangan Undang-Undang Merek
Isu-isu penting yang terdapat dalam Rancangan Undang-Undang Merek, yaitu:
1. Masuknya wakaf menjadi salah satu alternatif pengalihan hak atas merek. Persoalan penting disini terkait dengan tata cara pengalihan
hak atas merek tersebut, apa syarat dan rukun wakafnya mengikuti
60 ajaran Islam, apa hanya orang Islam saja yang boleh menggunakan
wakaf. 2. Rancangan Undang-Undang Merek bertujuan melindungi merek
lokal, hal ini sangat penting mengingat Indonesia telah masuk dalam Masyarakat Ekonomi Asean MEA.
3. Rancangan Undang-Undang Merek berpihak kepada UMKM Rancangan Undang-Undang Merek memberikan kemudahan
kepada UMKM
untuk mendaftarkan
mereknya dengan
menggratiskan biaya notaris. Selain iru, dipercepatnya pengurusan pendaftaran merek bagi UMKM.
2.6.3 Urgensi Rancangan Undang-Undang Merek Menjadi Undang- Undang Merek Baru
Merek sebagai salah satu karya intelektual manusia yang erat hubungannya dengan kegiatan perdagangan barang dan jasa. Semakin
kuatnya arus globalisasi dalam bidang perdagangan barang dan jasa, maka semakin kuat tuntutan perubahan regulasi di bidang Kekayaan
Intelektual, khususnya merek. Hal ini terjadi karena merek harus senantiasa mampu memenuhi perkembangan yang ada.
Rancangan Undang-Undang merek merupakan suatu tuntutan kebutuhan dalam menciptakan kepastian dan perlindungan hukum
yang lebih memadai di masa mendatang. Tujuan dibentuknya Rancangan Undang-Undang tentang merek untuk memberikan
kepastian hukum bagi dunia industri, perdagangan dan investasi
61 dalam menghadapi perkembangan perekonomian di masa mendatang
serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Permasalahan-permasalahan dalam Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 telah diakomodir dalam Rancangan Undang-Undang Merek. Permasalahan-permasalahan yang telah diakomodir tersebut
sangat urgensi menjadi Undang-Undang Merek. Urgensi Rancangan Undang-Undang Merek menjadi Undang-Undang Merek sebagai
berikut: 1. Perluasan definisi merek;
Definisi merek menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, menyatakan bahwa:
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan
warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa.
Definisi merek menurut Pasal 1 ayat 1 Rancangan Undang-Undang Merek, menyatakan bahwa:
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis untuk membedakan barang danatau jasa yang dihasilkan
atau disediakan oleh orang ataubadan hukum dalam kegiatan perdagangan barang danatau jasa.
Selain itu, menurut Pasal 2 ayat 3 Rancangan Undang- Undang Merek, menyatakan bahwa:
Merek yang dilindungi terdiri atas tanda berupa gambar, logo, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, termasuk didalamnya bentuk 3 dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari dua atau lebih unsur-
unsur tersebut.
62 Berdasarkan perbedaan kedua definisi di atas, penulis
menarik kesimpulan bahwa di dalam Rancangan Undang-Undang merek terdapat perluasan lingkup perlindungan merek, yang
ditambahkan meliputi: bentuk 3 dimensi, suara dan hologram. 2. Pemohonan pendaftaran merek internasional berdasarkan Protokol
Madrid; Pelayanan pendaftaran merek di Indonesia diperluas dengan
fasilitas permohonan pendaftaran merek ke negara-negara lain berdasarkan Protokol Madrid. Pendaftaran merek internasional
berdasarkan Protokol Madrid Protocol Relating to the Madrid Agreement Concerning the International Registration of Marks
memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam mendaftarkan merek secara internasional di beberapa negara anggota Protokol
Madrid. Berdasarkan sistem ini, pendaftaran merek di beberapa negara yang juga anggota Protokol Madrid, dapat
dilakukan sekaligus dengan membuat satu permohonan. Dengan demikian, biaya pendaftaran merek akan menjadi lebih murah dan
efisien. 3. Dipercepatnya sistem pemeriksaan permohonan merek;
Proses permohonan merek yang semula diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, melalui proses
pemeriksaan permohonan setelah melewati tahap administrasi adalah tahap substansif dan publikasi. Pada tahap substantif,
63 permohonan yang dianggap tidak melanggar Pasal 4, 5, dan 6 akan
diteruskan pada tahap publikasi selama 3 bulan. Keberatan dari pihak ketiga, maka permohonan akan
diperiksa kembali.
Proses permohonan
merek tersebut
memakan waktu pemeriksaan dua kali, sehingga sangat tidak efektif dan memakan waktu lama. Oleh karena itu perlu
disederhanakan dengan perubahan terhadap alur prosesnya dalam Rancangan Undang-Undang tentang Merek menjadi lebih cepat,
dengan cara dilaksanakannya pengumuman terhadap permohonan sebelum dilakukannya pemeriksaan substantif. Sehingga, proses
pemeriksaan permohonan pendaftaran merek menjadi lebih singkat.
4. Diterapkan persyaratan minimum dalam permohonan pendaftaran merek;
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek tidak menerapkan
ketentuan tentang persyaratan minimum dalam permohonan pendaftaran. Sedangkan, dalam Rancangan
Undang-undang Merek mengarur persyaratan minimum yaitu permohonan pendaftaran merek dapat diajukan hanya dengan
mengisi formulir dan membayar biaya permohonan kelengkapan persyaratan lainnya dapat disusulkan.
5. Perubahan nama danatau alamat pemilik merekpengalihan hak merek dapat dilakukan pada saat proses permohonan merek;
64 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
mengatur tentang perubahan namaalamatpengalihan hak baru dapat dilakukan setelah permohonan pendaftaran merek yang
diajukan sudah terdaftar. Sedangkan, dalam Rancangan Undang- Undang Merek telah diatur bahwa karena Indonesia telah
meratifikasi Trademark Law Treaty TLT, maka perubahan namaalamatpengalihan hak dapat diajukan pada tahap proses
permohonan merek. 5. Diperbolehkannya permohonan perbaikan terhadap sertifikat
merek untuk perbaikan nama dan alamat pemilik merek yang disebabkan oleh kesalahan pemohon;
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 mengatur mengenai permohonan merek yang sudah diajukan tidak dapat
dilakukan perubahan atau koreksi, kecuali permohonan merek sudah terdaftar. Sedangkan, Rancangan Undang-Undang Merek
terdapat pengaturan mengenai perbaikan atau koreksi dapat dilakukan terhadap permohonan pendaftaran merek.
6. Permohonan jangka waktu perlindungan perpanjangan merek terdaftar;
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, mengenai permohonan perpanjangan jangka waktu perlindungan
merek dapat diajukan dalam batas waktu 12 bulan sebelum jangka waktu perlindungan berakhir. Sedangkan, Rancangan
65 Undang-Undang Merek terdapat ketentuan yang menyatakan
bahwa pemilik merek diberikan kesempatan tambahan untuk dapat melakukan perpanjangan mereknya
sampai 6
bulan setelah berakhirnya jangka waktu pendaftaran merek. Ketentuan
ini dimaksudkan agar pemilik merek terdaftar tidak dengan mudah kehilangan
hak atas
mereknya sebagai
akibat adanya
keterlambatan dalam mengajukan permohonan perpanjangan pendaftaran merek.
7. Diakomodasinya ketentuan mengenai pembatalan merek yang sama dengan indikasi geografis;
8. Diakomodasinya ketentuan mengenai merek generik; 9. Pengumuman permohonan merek dilakukan melalui sarana
elektronik danatau sarana lainnya; Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,
mengenai pengumuman permohonan merek hanya dilakukan dalam Berita Resmi Merek. Sedangkan, Rancangan Undang-
Undang Merek diatur bahwa sistem jaringan dokumentasi dan informasi merek melalui sarana elektronik danatau sarana lainnya
yang dapat diakses secara nasional dan internasional. 10. Diakomodasinya ketentuan tentang Tindak Pidana Merek yang
mengancam kesehatan danatau keselamatan jiwa manusia dan lingkungan hidup
66
2.7 Kerangka Berpikir