Penambahan dan Pengurangan Ketentuan dalam Rancangan Undang-Undang Merek

57 kesan bahwa produk palsu merupakan produk asli, tidak cukup hanya dengan adanya kemiripan ucapan. 3. Imitation of Labels and Packaging Imitasi Label dan Kemasan. Imitation of Labels and Packaging Imitasi Label dan Kemasan menurut WIPO Handbook adalah sebagai berikut: As in the case of counterfeiting, the label or packaging of the competing product is imitated, but in this case the imitation does not give the impression of being the genuine one. If one compares the genuine product and the imitation side by side, although consumers seldom proceed in this way, one can distinguish them and the imitation does not usually hide behind the manufacturer of the genuine product; he trades under his own name. Terjemahannya adalah: Dalam persoalan pemalsuan, label atau kemasan produk kompetitor diimitasikan, tapi dalam persoalan imitasi tidak memberikan kesan sebagai produk asli. Jika konsumen membandingkan produk asli dan produk imitasi secara berdampingan, meskipun konsumen jarang melakukan hal demikian, konsumen tersebut dapat membedakan keduanya dan pelaku imitasi biasanya tidak berlindung dibalik pabrikan produk asli, dia berdagang atas namanya sendiri. Berdasarkan pengertian Imitation of Labels and Packaging, maka perlu dilakukan perbandingan secara berdampingan antara produk asli dan produk imitasi karena penggunaan merek ini selalu menimbulkan kebingungan atau menyesatkan karena mirip dengan merek pesaingnya.

2.6 Rancangan Undang-Undang Merek

2.6.1 Penambahan dan Pengurangan Ketentuan dalam Rancangan Undang-Undang Merek

Penambahan dan pengurangan Ketentuan dalam Rancangan Undang-Undang Merek bertujuan untuk menyempurnakan regulasi 58 serta memberikan kepastian hukum di bidang merek. Penambahan dan pengurangan ketentuan tercantum seperti di bawah ini: 1. Perluasan definisi merek serta cakupannya Perluasan definisi merek menjadi tanda yang dapat ditampilkan secara grafis seperti yang diatur dalam Pasal 1 angka 1, serta penjelasan mengenai cakupan yang menjadi perlindungan dalam merek tercantum dalam pasal 2 ayat 3, diperluas cakupannya dengan masuknya merek non-tradisional seperti bentuk 3 dimensi, suara dan hologram. 2. Penambahan klausul pada Permohonan Pendaftaran Merek Penambahan pencantuman kelas barang danatau kelas jasa, serta uraian jenis barang danatau jenis jasa dalam permohonan pendaftaran merek, seperti yang tercantum dalam Pasal 4 ayat 2 huruf f serta pengajuan permohonan pendaftaran merek dapat dilakukan tidak hanya secara non-elektronik, namun dapat pula diajukan secara elektronik. 3. Perubahan terkait pengumuman permohonan dalam hal jangka waktu serta media yang digunakan, tidak hanya menggunakan Berita Resmi Merek namun diterbitkan pula melalui sarana elektronik. 4. Perubahan alur dalam rangka pendaftaran merek sebagai upaya menyederhanakan proses dan prosedur pendaftaran seperti yang 59 tercantum dalam Pasal 23 Rancangan Undang-Undang tentang Merek. 5. Penambahan ketentuan mengenai perbaikan sertifikat yang dapat dilakukan ketika pemohon melakukan permohonan pendaftaran merek, seperti yang tercantum dalam Pasal 27. 6. Penambahan ketentuan terkait dengan jangka waktu perlindungan dan perpanjangan merek terdaftar sampai 6 enam bulan setelah berakhirnya jangka waktu pendaftaran merek, seperti yang tercantum dalam Pasal 36. 7. Penambahan ketentuan terkait dengan pengalihan hak atas merek yang dilakukan dengan cara wakaf, seperti yang tercantum dalam Pasal 41. 8. Penambahan ketentuan pidana yang mengatur mengenai pelanggaran yang mengancam kesehatan, lingkungan hidup dan mengakibatkan kematian.

2.6.2 Isu-Isu Penting dalam Rancangan Undang-Undang Merek