9 berdasarkan sifat, cara pembuatan dan tujuan pemakaian tidak ada
persamaan antara barang yang diproduksi, berbeda kawasan pemasaran dan cara pemakaian serta berbeda pemeliharaan yang diperlukan konsumen
sehingga merek AUDEMARS PIGUET dan merek AP AUDEMARS PIGUET merupakan barang tidak sejenis.
Penggunaan merek IKEMA dan AP AUDEMARS PIGUET yang digunakan untuk barang tidak sejenis menimbulkan konsumen terkecoh dan
kesesatan bagi khalayak ramai, sehingga konsumen akan beranggapan bahwa barang itu berasal dari merek IKEA dan AUDEMARS PIGUET.
Ketiadaan Peraturan Pemerintah sebagai pelaksana Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 menimbulkan kerancuan dalam perlindungan hukumnya.
Ketiadaan Peraturan Pemerintah sesuai dengan yang dimandatkan Pasal 6 ayat 2 menyebabkan ketidakpastian perlindungan hukum merek terkenal
untuk barang tidak sejenis. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan penulisan dalam skripsi yang berjudul PERLINDUNGAN HUKUM MEREK TERKENAL UNTUK BARANG TIDAK SEJENIS
ANALISIS YURIDIS PASAL 16 AYAT 3 TRIPs AGREEMENT
DENGAN PASAL 6 AYAT 2 UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
10 1. Merek terkenal well-known marks memiliki kekuatan pancaran yang
memukau dan menarik karena reputasinya tinggi, sehingga jenis barang apapun yang berada dibawah merek terkenal menimbulkan keakraban
familiar attachment dan ikatan mitos mythical context kepada segala konsumen;
2. Keterkenalan merek terkenal menimbulkan konsekuensi peniruan merek yang dilakukan oleh pihak yang beritikad tidak baik untuk meniru merek
terkenal; 3. Peniruan merek terkenal digunakan untuk barang-barang yang bukan
hanya sejenis namun juga tidak sejenis; 4. Peniru merek terkenal untuk barang tidak sejenis akan menyebabkan
konsumen mengindikasikan adanya hubungan antara barang-barang tersebut dengan pemilik merek terkenal;
5. Perlindungan hukum merek terkenal untuk barang tidak sejenis diatur pada Pasal 16 ayat 3 TRIPs Agreement namun ketentuan dalam pasal tersebut
belum dapat diterapkan di Indonesia karena belum diterbitkannya Peraturan Pemerintah sebagaimana yang dimandatkan pada Pasal 6 ayat
2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001; 6. Belum dikeluarkannya Peraturan Pemerintah sebagaimana dimandatkan
oleh Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menyebabkan terjadinya ketidakjelasan pengaturan tentang merek terkenal
untuk barang tidak sejenis;
11 7. Ketidakjelasan pengaturan tentang merek terkenal untuk barang tidak
sejenis berdampak pada perlindungan hukumnya; 8. Perlindungan hukum merek terkenal untuk barang tidak sejenis meskipun
telah diatur dalam Pasal 16 Ayat 3 TRIPs Agreement namun belum dapat dimanifestasikan sepenuhnya dalam Pasal 6 Ayat 2 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 karena sampai saat ini Peraturan Pemerintah tersebut belum pernah ada.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis akan membatasi masalah agar tidak
menyimpang dari pembahasan. Masalah-masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Mengkaji dan melakukan analisa ketidakjelasan pengaturan merek terkenal untuk barang tidak sejenis yang disebabkan belum dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah sebagaimana dimandatkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001;
2. Mengkaji dan melakukan analisa terkait belum dikeluarkannya Peraturan Pemerintah sebagaimana dimandatkan oleh Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakjelasan pengaturan merek terkenal untuk barang tidak sejenis;
3. Mendeskripsikan ketidakjelasan pengaturan tentang merek terkenal untuk barang tidak sejenis berdampak pada perlindungan hukumnya;
12 4. Mengkaji dan melakukan analisa Pasal 16 ayat 3 TRIPs Agreement
dengan Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 terkait perlindungan hukum merek terkenal untuk barang tidak sejenis.
5. Mengkaji dan melakukan analisa terhadap perlindungan hukum merek terkenal untuk barang tidak sejenis, meskipun telah diatur dalam Pasal 16
Ayat 3 TRIPs Agreement namun belum dapat diimplementasikan sepenuhnya terkait dengan Pasal 6 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001.
1.4 Rumusan Masalah