Reglement Industriele Eigendom 1912 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan

26

1. Reglement Industriele Eigendom 1912

Reglement Industrile Eigendom merupakan suatu perundang- undangan merek pada masa kolonial Belanda yang dinyatakan terus berlaku sejak Indonesia merdeka melalui Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Undang-Undang merek yang tertua di Indonesia dan ditetapkan oleh Pemerintah jajahan melalui Reglement Industrieele Eigendom Kolonien 1912 Peraturan Hak Milik Industrial Kolonial 1912 13 . Dalam peraturan ini, perlindungan yang diberikan hanya untuk merek biasa bukan untuk merek terkenal.

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan

Undang-Undang ini tidak memberikan perlindungan hukum terhadap merek terkenal dengan sistem yang dianut sistem deklaratif, artinya siapa yang memakai pertama kali dari suatu merek, dialah yang berhak mendapatkan perlindungan hukum, dan hal ini sangat merugikan bagi merek terkenal yang telah dipakai mereknya oleh Warga Negara Indonesia WNI. Perlindungan hukum terhadap merek diatur dalam Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961. Pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa: Hak khusus untuk memakai merek guna memperbedakan barang-barang hasil perusahaan atau barang-barang perniagaan seseorang atau suatu badan dari barang-barang orang lain atau badan lain diberikan kepada barang siapa 13 Anne Gunawati, Perlindungan Merek Terkenal Barang dan Jasa Tidak Sejenis Terhadap Persaingan Usaha Tidak Sehat, 2015, Bandung, PT. Alumni, hlm. 140. 27 yang untuk pertama kali memakai merek itu untuk keperluan tersebut di Indonesia. Pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa: Jika merek yang didaftarkan menurut Pasal 7 pada keseluruhannya atau pada pokoknya sama dengan merek orang lain yang berdasarkan Pasal 2 mempunyai hak atas merek tersebut untuk barang-barang yang sejenis, atau jika merek yang didaftarkan itu mengandung nama atau nama perniagaan orang lain, maka orang tersebut tanpa mengurangi daya-daya hukum lain yang dapat dipergunakannya dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan suatu surat permohonan yang ditandatangani pemohon sendiri atau kuasanya, agar pendaftaran merek tersebut dinyatakan batal. Permohonan tersebut harus dilakukan oleh pemohon dalam waktu sembilan bulan setelah pengumuman yang ditentukan dalam Pasal 8. 3. Keputusan Menteri Republik Indonesia No. M.02-HC.01.01 Tahun 1987 tentang Penolakan Permohonan Pendaftaran Merek yang Mempunyai Persamaan dengan Merek Terkenal Milik Orang Lain Keputusan Menteri ini memberikan perlindungan hukum terhadap merek terkenal yang dibatasi untuk barang sejenis, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1 menyatakan bahwa: Merek terkenal sebagai merek dagang yang telah lama dikenal dan dipakai di wilayah Indonesia oleh seseorang atau badan untuk jenis barang tertentu. Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor M.02- HC.01.01 Tahun 1987 hanya memberikan batasan kriteria suatu merek dikatakan sebagai merek terkenal, yaitu pertama, merek terkenal merupakan merek yang telah lama dikenal; kedua, merek terkenal tersebut dipakai di wilayah Indonesia. 28 4. Keputusan Menteri Republik Indonesia No. M.03-HC.02.01 Tahun 1991 tentang Penolakan Permohonan Pendaftaran Merek Terkenal atau Merek yang Mirip Merek Terkenal Milik Orang Lain atau Milik Badan Lain Keputusan Menteri ini memberikan perlindungan terhadap merek terkenal yang tercantum dalam Pasal 2 ayat 1 dan ayat 2 yaitu: 1 Permohonan pendaftaran merek dalam daftar Umum ditolak, apabila merek yang didaftarkan adalah: a. merek terkenal miliki orang lain atau milik badan lain; b. merek yang mempunyai persamaan atau kemiripan baik pada pokoknya maupun pada keseluruhannya dengan merek terkenal milik orang lain atau badan lain. 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berlaku bagi barang yang sejenis dan yang tidak sejenis Berdasarkan Keputusan Menteri ini, maka Indonesia telah memberikan perluasan perlindungan terhadap merek terkenal yaitu untuk barang tidak sejenis. Perluasan perlindungan hukum yang mencakup barang tidak sejenis dilatarbelakangi bahwa pemakaian merek yang mirip dengan merek terkenal dapat menyesatkan konsumen terhadap asal usul kualitas barang yang memakai merek tersebut.

5. Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1486 KPdt1991