II. ANALISIS MASALAH
A. Prinsip Analisis
1. Tujuan Tujuan analisis adalah :
a. Mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap pola pembiayaan yang paling sesuai.
b. Mengkaji kendala-kendala dalam pemberian kredit modal kerja kepada UKM berprospek dan berorientasi ekspor.
c. Menentukan strategi alternative bagi BNI dalam meningkatkan pangsa pasar pinjaman dan menghadapi persaingan di industri perbankan.
2. Implementasi Praktis
Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia diluluhlantakkan dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang
memiliki skala makro yang ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar Amerika Serikat USD terhadap Rupiah IDR.
Industri Kecil dan Menengah IKM yang dinilai banyak pihak akan berguguran akibat skala usahanya yang terbatas, ternyata memiliki
kekebalanresistensi tinggi terhadap krisis yang terjadi. Bahkan IKM tetap bertahan bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap
lebih dari 35 juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang pertanian. Sampai dengan saat ini hampir 60 pendapatan domestik bruto
berasal dari IKM pertanian dan perdagangan.
Jika ditinjau dari pengertiannya, IKM adalah merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau badan, bertujuan untuk
memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, dengan nilai penjualan per tahun lebih besar dari Rp. 1 milyar, namun
kurang dari Rp. 50 milyar. Produk barang ataupun jasa yang diperniagakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Dalam Negeri, tetapi untuk
dipasarkan ke pasar luar negeri Depperindag, 2002
a
. IKM berorientasi ekspor merupakan industri yang telah memiliki
tingkat kompetitif yang cukup, sehingga produknya dapat dijual ke Luar Negeri, baik dilakukan sendiri maupun oleh mediator Depperindag, 2002
b
. IKM merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional
yang dapat mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan
masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa serta memperkokoh struktur industri nasional Hubeis, 2005
a
. Tabel 3. Perkembangan unit usaha industri kecil menengah pada tahun
2000-2004 unit
NO URAIAN 2000 2001 2002 2003 2004
1. 2.
3. 4.
5. IKM
Pangan IKM
Sandang IKM Kimia
IKM logam IKM
Kerajinan 897.629
213.497 548.278
59.634 1.005.632
950.325 303.767
536.760 57.733
1.037.235 978.834
312.880 552.863
61.853 995.024
1.008.199 322.267
569.449 63.730
1.024.874 1.038.445
331.935 586.533
65.669 1.055.621
Jumlah IKM 2.724.670
2885.820 2.901.454
2.988.519 3.078.202
Sumber : Depperindag, 2005.
Tabel 3 merupakan perkembangan jumlah unit usaha IKM secara umum sejak tahun 2000 yang mengalami peningkatan tajam. Hal tersebut
merupakan indikasi positif bahwa IKM melaju lebih cepat. Perkembangan tersebut juga harus diikuti dengan peningkatan pangsa pasar dan mutu hasil
produksinya, serta memiliki keunggulan baik komparatif maupun kompetitif yang erat kaitannya dengan spesialisasi industri yang dinamis dan
keberlanjutan pendapatan yang dapat meningkatkan Product Domestic Bruto PDB negara Hubeis, 2005
b
. IKM harus dapat berkembang, yang pada awalnya berupa unit usaha
kecil berkembang menjadi usaha menengah dan selanjutnya menjadi usaha besar. Seiring dengan perkembangan jumlah pengusaha IKM, jumlah tenaga
kerja yang terserap juga mengalami peningkatan, yaitu 20 per tahun terdiri dari industri kecil 15,9 per tahun dan industri menengah 4,1
Depperindag, 2002. Sampai dengan saat ini, pengusaha IKM masih menjadi tulang
punggung perekonomian Indonesia dan memiliki peran yang sangat penting, sehingga dapat dijadikan sebagai sokoguru perekonomian nasional dari
potensi yang dimilikinya Wiyono, 2003, yaitu : a. Populasi usaha kecil dan mikro bersifat massal dan terdistribusi dimana-
mana. b. Bergerak diberbagai sektor kegiatan ekonomi pertanian, peternakan,
industri, kerajinan dan jasa, baik di kota maupun di desa. c. Usaha mikro dan kecil sebagai mata pencaharian pokok, sehingga
sangat tekun dan ulet dalam menjalankan usahanya. d. Dapat dipercaya dan memiliki lalu lintas likuiditas usaha yang cukup
lancar
e. Pola pembiayaan usaha relatif sederhana dapat menjadikan tingkat keuntungan yang diperoleh cukup tinggi.
Perkembangan pengusaha tersebut tentunya tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan modal dari dalam, tetapi membutuhkan
bantuan tambahan modal dari bank berupa kredit. Pengertian kredit dimaksud adalah merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan Ikatan Akuntansi
Indonesia, 2000. Di dalam pengertian kredit tersebut termasuk pula kredit yang berasal dari garansi bank, LC Letter of Credit, atau fasilitas lainnya
yang tidak dapat diselesaikan wanprestasi dan dialihkan menjadi kredit, serta cerukan atau overdraft Bank Indonesia, 2001.
Dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan bakubahan mentah, bahan penolongbahan pembantu,
barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain diperlukan suatu fasilitas kredit modal kerja Rivai, 2006. Kegunaan dari
kredit modal kerja tersebut adalah untuk membiayai kegiatan pengusaha IKM berorientasi ekspor agar dapat berkembang, dalam hal ini untuk
membiayai kegiatan produksi atau pengumpulanpenyiapan barang untuk di ekspor, yaitu melalui pemberian fasilitas kredit modal kerja ekspor.
Persyaratan yang diperlukan agar pengusaha IKM dapat memperoleh fasilitas kredit ekspor tersebut sebagai berikut BNI, 2004 :
1. Pemohon memiliki izin usaha dan izin lainnya dan berpengalaman dalam kegiatan ekspor.
2. Adanya LC ekspor dari pembeli
3. Perjanjian jual beli atau bukti pesanan dari importir di luar negeri 4. Adanya rencana produksi atau pengumpulan barang untuk diekspor
yang didukung oleh pengalaman ekspor debitur 5. Jangka waktu paling lama satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai
dengan kebutuhan. Namun terdapat kendala yang dihadapi oleh pengusaha IKM,
diantaranya masalah pengalaman dalam kegiatan ekspor. Pada umumnya pengusaha IKM memiliki pengalaman ekspor yang sangat minim atau
bahkan belum berpengalaman sama sekali, terutama dalam hal pemenuhan kelengkapan dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam LC dan masalah
tingkat bunga pinjaman yang cukup tinggi 14,75-15,75 per tahun, sedangkan suku bunga diskonto wesel ekspor dalam mata uang asing
berkisar 4,385 per tahun Tabel 4. Tabel 4. Tarif suku bunga pinjaman BNI per tahun 2005
NO. SEGMEN PASAR
TARIF SUKU BUNGA
1. Usaha besarKorporasi wholesale
14,50 p.a sd 16,75 p.a 2.
Usaha menengah middle 14,75 p.a sd 16,75 p.a
3. Usaha kecil retail, dibagi berdasarkan jenis kreditnya sebagai
berikut : a. Kredit Kelayakan Usaha KKU
b. Kredit Usaha Kecil KUK c. Non KUK
15,75 p.a 15,75 p.a
15,50 p.a Sumber : BNI, 2005.
Keterangan : p.a = per annum
Selain pengalaman ekspor dan bunga pinjaman, bagi BNI masalah jaminan juga harus dipenuhi oleh pengusaha IKM untuk memenuhi aspek
prudent banking, mengingat risiko kredit yang akan timbul apabila pinjaman yang diberikan tersebut macet di kemudian hari dan tunduk kepada
peraturan Bank Indonesia BNI, 2005. Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh pengusaha IKM tersebut, diperlukan peran aktif dari
lembaga perbankan BNI dengan memberikan bantuan kemudahan berupa pembinaan kepada pengusaha IKM berprospek dan berorientasi ekspor,
memberikan bantuan permodalan dengan tingkat bunga rendah dan persyaratan pinjaman, terutama jaminan diperlunak.
Proses pemberian kredit kepada calon debitur di BNI, dimulai dari tahapan pengumpulan data, verifikasi, analisa kredit, persetujuan kredit,
pengikatan jaminan dan pemantauan kredit. Dalam proses analisa kredit, dilakukan analisa terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek
usaha nasabah, dikenal dengan istilah 5C’s + C, yaitu Character, Capacity, Capital, Condition of Economic,Collateral dan Constraint. Selain itu juga
dilakukan analisa terhadap manajemen perusahaan dan analisa laporan keuangan berdasarkan Laporan Neraca dan Laporan LabaRugi. Dari
analisa tersebut dapat disimpulkan apakah suatu permohonan kredit layak diberikan atau ditolak BNI, 2005.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan- pemasalahan pada kajian ini, yaitu :
1. Jenis pembiayaan apa yang paling sesuai dengan UKM ? 2. Kendala apa saja yang ditemukan dalam pemberian kredit modal kerja
kepada UKM di BNI ?
3. Strategi alternatif apa saja yang diperlukan BNI dalam meningkatkan pangsa pasar pinjaman dan menghadapi persaingan di industri
perbankan ?
B. Metode Analisis
1. Metode Untuk keperluan analisis dalam membahas permasalahan
pembiayaan IKM, akan dilakukan pencarian dan pengumpulan data yang relevan dengan tujuan penulisan dan studi kepustakaan yang menyangkut
teori-teori tentang pengembangan produk-produk perbankan, terutama mengenai produk-produk yang berkaitan dengan para pengusaha IKM. Data
yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama yang digunakan dalam kajian ini
berupa hasil kuesioner Lampiran 1 yang disebarkan kepada para debitur BNI di beberapa cabang BNI, yaitu di Jakarta, Bandung dan sekitarnya.
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi dengan
realibilitas dan validitas setinggi mungkin Singarimbun dan Effendi, 1987. Mengingat banyaknya debitur BNI yang tersebar diseluruh wilayah
Indonesia, maka dalam pengumpulan data primer ini yang dijadikan responden adalah sebanyak 100 responden di 6 cabang BNI. Selain data
hasil kuesioner, data primer diperoleh dengan metode wawancara dengan pegawai Divisi Usaha Kecil USK, Cabang dan nasabah.
Data sekunder merupakan data tambahan dan digunakan untuk menunjang analisis, yaitu data portofolio pembiayaan BNI berdasarkan jenis
pembiayaan yang sudah disalurkan, data mengenai perkembangan
perbankan dan pangsa pasarnya dalam perbankan nasional. Data lain secara kualitatif dapat diperoleh dari majalahsurat kabar, literatur-literatur
yang berkaitan dengan pola penyaluran kredit serta ulasan-ulasan para pakar ekonomi yang dipublikasikan dalam buletin, jurnal-jurnal ilmiah atau
melalui sarana internet. Data yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan metode
analisis sebagai berikut : a. Tabulasi
Silang Metode analisis lainnya yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode tabulasi silang yang merupakan analisis hubungan antara karakteristik dan perilaku dengan jumlah penyaluran
kredit modal kerja, penentuan penyaluran pembiayaan dan hambatan- hambatannya dengan peubah-peubah yang dianalisa.
b. Khi Kuadrat
χ²
Khi Kuadrat
χ²
, merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau
lebih klas, data berbentuk nominal dan contohnya besar. Yang dimaksud hipotesis deskriptif disini bisa merupakan estimasidugaan
terhadap ada tidaknya perbedaan frekuensi antara kategori satu dan kategori lain dalam sebuah contoh tentang sesuatu hal. Tes Khi Kuadrat
dapat digunakan untuk menguji perbedaan nyata antara banyak data yang diamati dan obyek atau jawaban yang masuk dalam masing-
masing kategori dengan banyak yang diharapkan berdasarkan hipotesis nol Sugiyono, 2002.
Rumus dasar Khi Kuadrat adalah :
k
χ ² =
Σ
Σ fo - fh ² fh
i = 1
Keteragan : χ² = Khi Kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan
c. Deskriptif Kualitatif
Metode yang akan digunakan untuk menganalisa kajian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan gabungan dari sumber data
primer dan data sekunder, sehingga data yang diperoleh lengkap dan aktual. Dalam hal ini digunakan analisa deskriptif kualitatif. Statistik
deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi Sugiyono, 2002. Metode
analisis deskriptif kualitatif ini dimaksudkan untuk memaparkan atau deskripsi statistik peubah-peubah ukuran analisis yang meliputi
karakteristik, perilaku dan sistem pembiayaan. Dalam hal ini digunakan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats SWOT
Muljono, 2001 yang meliputi : i. Kekuatan Strenghts dalam menerobos pasar. Hal ini dapat diukur
dari jumlah cabang sebagai sales force yang dimiliki, jumlah dana yang siap dipasarkan, nasabah-nasabah debitur maupun nasabah
giro yang telah dikuasai, dan sebagainya. ii. Kelemahan Weaknesses yang dilihat dari kekurangan administrasi
dan sistem prosedurnya, serta keterbatasan jenis kredit yang dimiliki.
iii. Peluang usaha Opportunities yang dimanfaatkan dalam rangka menerobos pasar dana kredit.
iv. Ancaman Threats yang ada, seperti besarnya market share dari pesaing.
Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan dan ancaman Rangkuti, 2006. Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal strenghts dan
weaknesses, serta lingkungan eksternal oportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis ini didahului dengan identifikasi posisi
perusahaaninstitusi melalui nilai faktor internal dan evaluasi nilai faktor eksternal Marimin, 2005.
Analisis SWOT Hubeis, 2005
b
adalah analisis faktor eksternal dan internal perusahaan yang menghasilkan faktor pendorong,
penghambat dan potensi Tabel 5. Masing-masing komponen penyusun SWOT diartikan : Kekuatan Strengths adalah sumber daya
atau kapasitas organisasi yang dapat digunakan secara efektif dalam mencapai tujuannya; Kelemahan Weaknesses adalah keterbatasan,
toleransi ataupun cacat dari organisasi yang dapat menghambat pencapaian tujuannya; Peluang Opportunities adalah situasi
mendukung dalam suatu organisasi yang digambarkan dari kecenderungan atau perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan
permintaan produkjasa; Ancaman Threats adalah situasi tidak
mendukung dalam lingkungan organisasi yang berpotensi untuk merusak strategi yang telah disusun, sehingga menimbulkan masalah.
Tabel 5. Matriks SWOT IFAS
EFAS
Strength S
Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan
internal
Weaknesses W
Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan
internal
Opportunities O
Tentukan 5-10 faktor peluang
eksternal
Strategi S – O
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
Strategi W – O
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threats T
Tentukan 5-10 faktor ancaman
eksternal
Strategi S – T
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi W – T
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2006. Keterangan :
IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary
EFAS : External Strategic Factors Analysis Summary Matriks SWOT dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif
strategi Rangkuti, 2006, yaitu : i. Strategi
SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
ii. Strategi ST Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang
dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. iii. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
iv. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.
Evaluasi faktor strategi eksternal menggunakan matriks faktor strategi eksternal Tabel 5 dan dilakukan dengan langkah-langkah
berikut Rangkuti, 2006 : i. Menyusun EFAS.
ii. Melakukan pembobotan terhadap EFAS dengan skala mulai 1,00 paling penting sampai 0,00 tidak penting berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategik perusahaan. iii. Melakukan rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 sebagai prioritas tertinggi sampai dengan 1 sebagai prioritas terendah berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi perusahaan bersangkutan. iv.
Melakukan penilaian dengan mengalikan bobot dengan rating. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
v. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total skor
pembobotan ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategik eksternal.
Tabel 6. Faktor strategik eksternal Opportunities dan Threats Faktor Strategis Eksternal
Bobot a
Rating b
Skor c = a x b
Opportunities 1.
2. 3.
Threats 1.
2. 3.
Jumlah 1,00
Sumber : Rangkuti, 2006. Evaluasi faktor strategik internal menggunakan matriks faktor
strategik internal Tabel 6 dan dilakukan dengan langkah-langkah Rangkuti, 2006 :
i. Menyusun IFAS.
ii. Melakukan pembobotan terhadap IFAS dengan skala mulai 1,00 paling penting sampai 0,00 tidak penting berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategik perusahaan. iii. Melakukan rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 sebagai prioritas tertinggi sampai dengan 1 sebagai prioritas terendah berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi perusahaan bersangkutan. iv. Melakukan penilaian dengan mengalikan bobot dengan rating.
Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor. v. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total skor pembobotan ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi
terhadap faktor-faktor strategik internal.
Tabel 7. Faktor strategik internal Strengths dan Weaknesses Faktor Strategis Internal
Bobot a
Rating b
Skor c = a x b
Strengths 1.
2.
3. Weaknesses
1. 2.
3.
Jumlah 1,00
Sumber : Rangkuti, 2006. Total skor faktor strategis eksternal dan internal menghasilkan
Matriks Internal-Eksternal IE yang mengindikasikan sembilan sel strategi Tabel 7, tetapi secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga
strategi utama Rangkuti, 2006, yaitu : i. Strategi Pertumbuhan Growth Strategy yang merupakan
pertumbuhan perusahaan itu sendiri sel 1, 2, dan 5 atau upaya diversifikasi sel 7 dan 8.
ii. Strategi Stabilitas Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan sel 4 dan 5.
iii. Strategi Penciutan Retrenchment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan
sel 3, 6, dan 9.
Tabel 8. Matriks IE
Sumber : Rangkuti, 2006. Selain analisa SWOT, juga digunakan strategi bauran pemasaran
marketing mix. Strategi ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari kegiatan yang terkendali sebatas kemampuan perusahaan untuk
mencapai objectives pemasaran yang sudah ditetapkan Sameto, 2004. Adapun pokok kebijakan dalam strategi ini dikenal dengan istilah 4P
Kotler and Amstrong, 1991, yaitu : i. Produk Product. Produk perkreditan di BNI harus sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pengusaha IKM. ii. Harga Price. Dalam hal ini tingkat suku bunga kredit yang berlaku
secara umum di BNI. iii. Tempat Place meliputi lokasi penyaluran kredit, kemudahan untuk
dijangkau oleh nasabah. iv. Promosi Promotion bertujuan agar para calon nasabah mengenal
dan memahami produk dan layanan yang dihasilkan BNI. 1
Growth 2
Growth 3
Retrenchment 4
Stability 5
Growth Stability
6 Retrenchment
7 Growth
8 Growth
9 Retrenchment
4,0 3,0
1,0
Total skor fa ktor strategik eksterna
l Total skor faktor strategik internal
3,0
2,0 2,0
Kuat Rata-rata
Lemah Tinggi
Menengah
Rendah 1,0
2. Kelebihankekurangan metode
a. Kelebihan metode
Kelebihan metode pengumpulan data adalah : 1 Mudah dan cepat, karena data yang berkaitan dengan masalah
penyaluran kredit kepada IKM tersedia di Kantor Besar Divisi Usaha Kecil USK, demikian pula para pakar pembiayaan BNI.
2 Hemat biaya, karena dengan menyebar kuesioner melalui Kantor Besar Divisi USK, maka tidak perlu mendatangi ke Cabang di
daerah-daerah yang debiturnya dijadikan sebagai responden, serta hasil kuesioner secara lengkap dapat diterima kembali dan telah
terisi. 3 Dengan analisis deskriptif kualitatif tidak ada uji nyata, tidak ada taraf
kesalahan, karena tidak dimaksudkan untuk generalisasi. b. Kekurangan
metode Kekurangan metode pengumpulan data adalah :
1 Banyaknya referensi mengenai pola penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh BNI kepada sektor UKM.
2 Khusus untuk kuesioner, mengingat penyebaran kuesioner kepada debitur dilakukan melalui cabang-cabang BNI, maka dapat
dipertanyakan mengenai tingkat distorsinya. 3 Lambatnya pengembalian isian hasil kuesioner dari debitur, sehingga
jangka waktu penelitian menjadi lebih lama.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN