Latar Belakang Parijs van Soematra

1 BAB I Pendahuluan “Di masa pemerintahan kolonial Belanda, kota Medan pernah dijuluki sebagai Parijs van Soematra. Ketika itu, kota Medan memang memiliki keindahan yang mirip seperti kota Paris di Perancis ” Gambar 1.1 Kesawan pada tahun 1920-an

I.1 Latar Belakang

“Parijs van Soematra” sebagai sebuah sebutan kebanggaan yang pernah ada bagi kota Medan kini hanya tinggal nama. Di masa pemerintahan kolonial Belanda, Kota Medan pernah dijuluki sebagai Parijs van Soematra. Ketika itu, kota Medan memang memiliki keindahan yang mirip seperti kota Paris di Perancis. Keindahan, ketertiban, kebersihan, ketentraman, dan tata kota teratur yang ada di Kota Paris, Perancis pernah melekat di Kota Medan. Suatu kenyataan bahwa kota terindah di Eropa tersebut pernah ada di Pulau Sumatera dalam bentuk jelmaan Kota Medan. Akses berupa trotoar lebar sepanjang jalan untuk pejalan kaki, Sungai Seine yang begitu bersih, pola arsitektur, dan kebersihan lingkungan kota yang ada di Kota Paris pernah begitu nyata hadir di kota Medan. Kesawan sebagai suatu kawasan yang pernah mendapat julukan ini memang pada zaman kolonial Belanda memiliki keidentikan dengan kota Paris. Bangunan-bangunan di sepanjang jalan Ahmad Yani Universitas Sumatera Utara 2 dulunya merupakan bangunan yang memiliki arcade yang banyak dilewati oleh pejalan kaki. Sungai Deli yang melintas di kawasan Kesawan menjadi suatu pemandangan yang menarik. Pola arsitektur, serta kebersihan lingkungan seperti halnya kota Paris pernah ada di kawasan ini. Namun itu dulu, gelar Parijs van Soematra tersebut sekarang hilang hanya tinggal kenangan. Sangat bertolak belakang bila kita membandingkan kondisi zaman dahulu dengan kondisi sekarang. Ketimpangan bangunan, jalanan, kebersihan lingkungan, dan kondisi tiga sungai besar selaku urat nadi yang ada di Kota Medan begitu memprihatinkan dan tidak bisa dibanggakan. Rasanya begitu berat membangkitkan ruh dan kharisma Kota Medan sebagai Parijs van Soematera tempo dulu di masa kini. Keberadaan warisan bersejarah peninggalan era kolonial Belanda hingga saat ini masih dapat dirasakan meskipun sudah terancam hilang. Warisan berupa arsitektur, kawasan, kebudayaan, serta sosial masyarakat masih dapat dirasakan oleh generasi kita. Namun, bukan tidak mungkin keberadaannya secara perlahan akan menghilang. Warisan bersejarah yang menjadi identitas kota Medan sedikit demi sedikit menghilang. Kondisi ini dibuktikan dengan semakin banyaknya bangunan tua peninggalan era kolonial Belanda yang tidak terawat dan diterlantarkan. Meskipun ada beberapa bangunan tua yang digunakan kembali dengan pengalihfungsian, tidak terlihat adanya kegiatan perawatan. Pengguna bangunan-bangunan tersebut hanya sekedar menempati, tidak merawatnya. Inilah yang kemudian mengakibatkan semakin banyaknya bangunan peninggalan era kolonial Belanda yang menjadi identitas kota hilang satu per satu. Selain bangunan, beberapa kawasan bersejarah khususnya di sekitar pusat kota Medan juga dibiarkan terbengkalai. Kawasan jalan Hindu dan jalan Ahmad Yani VII misalnya. Pada kawasan ini tidak terlihat adanya generator aktivitas yang jelas. Pada sore hingga malam hari, kawasan ini mulai sepi. Universitas Sumatera Utara 3 Kondisi seperti sangat memungkinkan terjadainya tindak kejahatan. Padahal, kawasan ini memiliki potensi yang sangat besar menarik masyarakat kota Medan untuk mengunjunginya. Adanya keberadaan bangunan peninggalan era kolonial Belanda yang megah seperti gedung bekas kantor Depnaker sekarang digunakan oleh organisasi AMPI, ruko-ruko bergaya khas Eropa, Melayu, dan China, serta keberadaan sungai Deli yang melintas tepat di sisi kawasan ini, seharusnya dapat menjadi suatu tempat yang menjadi magnet bagi masyarakat untuk melakukan aktivitasnya. Apabila kawasan ini telah kembali “hidup”, maka kekhawatiran akan masalah keamanan di kawasan ini dapat diatasi. Nostalgia masa lalu berupa tata Kota Medan nan mengagumkan bukanlah mimpi dan sekedar omong kosong belaka, namun memang benar-benar pernah ada dan nyata. Melihat kondisi terkini Kota Medan sepertinya mustahil jika Kota Medan dahulunya pernah dijuluki Parijs van Soematra. Untuk itu, julukan Parijs van Soematra perlu dideklarasikan kembali di tengah masyarakat kota Medan sebagai bentuk pelestarian terhadap warisan peninggalan bersejarah sebagai identitas kota Medan. Proyek Parijs van Soematra Revitalisasi kawasan bersejarah di jalan Ahmad Yani VII dan jalan Hindu, Medan kemudian diusulkan untuk menjadi solusi permasalahan yang ada. Perencanaan difokuskan pada kawasan jalan Hindu dan jalan Ahmad Yani VII yang memiliki potensi. Dengan merevitalisasi kawasan ini dengan penambahan fungsi-fungsi baru namun tetap mempertahankan keeksistensian bangunan- bangunan peninggalan sejarah, kawasan ini akan menjadi magnet baru bagi masyarakat kota Medan dan kembali “hidup” sebagai perwujudan Parijs van Soematra yang pernah populer pada era kolonia Belanda dahulu. Universitas Sumatera Utara 4

I.2 Maksud dan Tujuan