18
Pemerintah kolonial Belanda kemudian merencanakan wilayah Kota Medan dengan mengadopsi gaya Eropa dengan
mempergunakan aturan-aturan yang ada di dalamnya. Belanda kemudian membangun gedung-gedung bernuansa Eropa di seputar
kawasan Lapangan Merdeka dulu bernama Esplanade, Kesawan dan sekitarnya, yang kemudian dipadukan dengan perumahan elit
bangsa Belanda. Karena banyaknya perumahan Belanda yang dibangun, maka kawasan pusat kota Medan pernah mendapat
julukan “Garden City”. Keasrian dan keteraturan Kota Medan tempo dulu, juga diakui orang-orang Eropa pada zaman dahulu,
terbukti dengan hadirnya kota Medan dalam beberapa buku karangan penulis-penulis Eropa pada masa itu.
Istilah Parijs van Soematra kemudian hilang secara perlahan saat Belanda meninggalkan kota Medan. Kedatangan
bangsa Jepang pada masa itu membawa dampak dan perubahan yang signifikan pada perkembangan kota Medan yang sudah terlebih
dahulu dikembangkan oleh bangsa Belanda. Sejak itu, istilah Parijs van Soematra tidak pernah terdengar lagi di kalangan
masyarakat kota Medan hingga sekrang, yang tersisa hanya peninggalan-peninggalan bekas keindahan kota Medan pada era
kolonial Belanda yang dibiarkan terbengkalai.
II.2.3 Sejarah Kawasan
Kawasan yang menjadi objek pembahasan ini terletak pada Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat. Kawasan ini
merupakan salah satu kawasan yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi, karena pada masa kolonial Belanda dan
bahkan sebelumnya pun telah berkembang menjadi suatu kawasan yang telah banyak dipadati penduduk. Kelurahan ini secara
historisnya dibagi kedalam beberapa kawasan lingkungan yang mencakup beberapa segmen berdasarkan fungsi dari kawasan itu
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
19 Gambar II.1 Peta pembagian kawasan kelurahan Kesawan secara historis
Pembagian kawasan berdasarkan peta diatas meliputi: 1. Kawasan Putri Hijau BoolwegLaboeanweg merupakan kawasan
yang memiliki banyak bangunan untuk fasilitas kesehatan rumah sakit, laboratorium patologi, barak kuli dan
asilum. 2. Kawasan Tembakau Deli Deli MijlaanSerdangweg merupakan
kawasan tempat berdirinya kantor perusahaan perkebunan Deli Deli Maatschappij dan rumah manajernya, serta
lokasi perusahaan Deli Atjeh Maatschappij dan perusahaan percetakan N.V. De Deli Courant.
3. Kawasan Lapangan
Merdeka CremerwegSocieteitweg
StationwegNienhuijsweg merupakan kawasan sentral tempat didirikannya sarana publik balaikota, bank sentral,
kantor pos, stasiun kereta api, pusat perkumpulan, hotel, lapangan terbuka.
4. Kawasan Pasar
Lama Oude
MarktHuttenbachstraat Moskeestraat merupakan kawasan yang terbentuk oleh Pasar
LamaPasar Hindu serta mesjid tua. Kawasan ini sekarang banyak ditempati oleh penjual aksesoris sepeda motor dan
percetakan. 5. Kawasan
Kesawan KesawanNieuwemarktSpoorstraat
merupakan kawasan perdagangan yang didominasi oleh ruko serta pasar tradisional.
1
2 3
4 5
Universitas Sumatera Utara
20
Pasar Lama sendiri tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kesawan. Menurut sejarahwan Tengku Luckman Sinar, SH, kata
“Kesawan” berasal dari kata “Kesawahan” yang berarti pergi ke sawah, de naam spreekt van een landelijk verleden nama itu
berbicara mengenai pedesaan di masa lampau [“Gids voor de Oostkust van Sumatra”, 1940:28]. Penduduk pindah dari
Labuhan –kawasan yang lebih dahulu berkembang sebelum Medan,
terletak di sumbu Belawan-Medan pada pertengahannya yang termasuk kota tua sebelum akhirnya wilayahnya juga dimasukkan
ke administrasi Medan – pindah ke Kesawan dengan menaiki
kereta lembu karena jalan dipenuhi lumpur setinggi lutut. Selain menaiki kereta, tuan-tuan besar Belanda ditandu oleh
“orang-orang setrapan” orang yang dihukum melewati jalan raya ini dengan memakan waktu kurang lebih 5 jam.
Nienhuijs, sang
pionir pembentukan
perusahaan perkebunan Deli, mula-mula mendirikan kantor pusat Deli
Maatschappij di kampung Medan Putri untuk pindah dari Labuhan,
dengan alasan
letaknya agak
lebih tinggi dan tidak mudah terkena banjir pada saat musim
hujan serta
lokasinya yang
berada di
tengah pusat
perkebunannya Gambar
2.2. Karena pusat perkebunan berada
di situ, maka semakin ramai lah jumlah orang yang berdatangan
dan pada akhirnya menetap di kampung Kesawan.
Gambar 2.2 Peta lokasi perkebunan pertama Nienhuijs di Labuhan Deli
sumber: ”Tabak Maatschappij Ardensburg 1877-
1927”, A. Hoynck, 1927, p. 44
Universitas Sumatera Utara
21
Pasar Lama sendiri mengacu pada Pasar Hindu yang sudah lama terbentuk seiring dengan berkembangnya kawasan Kesawan
sebagai pasar yang menaungi kawasan sekitarnya sebelum pada akhirnya dibangun suatu pasar baru, yaitu Pasar Ikan Lama di
seputaran jalan Perniagaan sekarang. Pasar Lama dalam Bahasa Belanda disebut Oude Markt.
Etnis Tionghoa
sendiri juga
menyebutnya hingga
sekarang sebagai
杀 Hanyu Pinyin: Lǎo Bāshā; Hokkian Peh-
ōe-jī: Lāu Pa-sat, dikarenakan etnis Tionghoa pada tahun 1900-an umumnya menyebut nama suatu kawasan ataupun jalan
dengan sebutan yang digunakan sejak zaman kolonial Belanda. Beberapa penduduk di sana menyebutkan bahwa bangunan-
bangunan yang masih menghadap ke arah sisi jalan Ahmad Yani masih belum termasuk kawasan Pasar Lama walaupun persepsi
ini bukan menjadi patokan mutlak. Beberapa penandalandmark dari kawasan ini antara lain:
1. Masjid Lama Gang Bengkok, 2. Pasar Hindu,
3. Ruko bekas bengkel reparasi Ford sekarang percetakan Bin Harun,
4. Bioskop Deli sekarang menjadi ruko, 5. Yayasan Perguruan Kebudayaan,
6. Kedai Kopi Apek, 7. Restoran Delima,
8. Yoga Life, 9. Gedung bekas Royal Dutch ShellPT. Yuki Taxi sudah
diruntuhkan, 10. Gedung bekas Borsumij sudah diruntuhkan,
11. Gedung bekas Depnaker sekarang ditempati oleh organisasi AMPI,
12. Gedung Empire Bioscoop sudah diruntuhkan.
Universitas Sumatera Utara
22 Gambar 2.3 Suasana di jalan Hüttenbach sekarang jalan Ahmad Yani VII
sumber: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Kesawan sendiri pada awalnya merupakan kampung etnis Melayu, tetapi sejak 1873 orang-orang etnis Tionghoa yang
berdagang semakin banyak berdatangan dari seberang umumnya dari Malaka, Semenanjung Malaya dan dari China yang kemudian
membuat suasana
kawasan ini
menjadi seperti
daerah pecinanChinatown, terutama disebabkan oleh pihak perkebunan
memberikan kesempatan kepada mereka menjadi leveransir perkebunan sayur-sayuran, ternak babi, barang-barang kedai
sampah, dan lain-lain dengan terlebih dahulu menyetor persekot. Pada tahun 1889 sempat terjadi kebakaran besar yang
menghancurkan 67 rumah kayu dan toko-toko Naudin ten Cate, 1905:43.
Sejak saat itu, terjadi pertumbuhan pesat bangunan-
bangunan ruko dengan bahan batu
bata dengan
suatu “galeri” di bawahnya.
Gambar 2.3 Tjong A Fie dan Suasana Pasar Lama jalan Perdanasumber:
Koninklijk Instituut voor de Tropen
Universitas Sumatera Utara
23
Bangunan di kawasan ini pada umumnya berlantai dua, dengan papan nama toko bertuliskan nama toko dan apa-apa saja
yang mereka perdagangkan dengan aksara Mandarin. Hal ini berlangsung hingga tahun 1960 karena munculnya larangan
menggunakan aksara Mandarin karena alasan politik negara pada saat itu.
Seluruh pasar yang ada di Medan saat itu dioperasikan oleh Tjong Bersaudara Tjong Yong Hian dan Tjong A Fie. Pada
tahun 1886, Pasar Lama didirikan di jalan Mayjend Sutoyo Siswomihardjo dulu jalan Perdana, kemudian Pasar Ikan Lama
pada tahun 1888 di jalan Kereta Api, dan Pasar Baru pada tahun 1906 di jalan Perniagaan.
II.3 Tinjauan Kelayakan
II.3.1 Tinjauan Latar Belakang
Proyek Parijs van Soematra memiliki dasar pemikiran bahwa pada kelurahan Kesawan khususnya sekitar jalan Ahmad
Yani VII dan jalan Hindu sekarang seakan-akan mati suri. Kawasan ini memang masih dilewati kendaraan yang berasal dari
jalan Raden Saleh dan seputaran Lapangan Merdeka, namun sama sekali tidak menjadi suatu titik yang disinggahi, sehingga
kawasan ini tidak memiliki aktivitas yang membuatnya menjadi tempat yang vital. Kawasan ini memiliki potensi yang sangat
besar untuk menjadi tempat kunjungan pariwisata yang diandalkan kota Medan. Potensi yang paling nyata adalah
kandungan nilai historis yang tinggi pada kawasan ini. Bangunan peninggalan era kolonial Belanda yang masih asli
membuatnya menjadi suatu bukti kawasan yang pernah disebut sebagai kota Paris-nya Sumatra. Selain itu, kawasan ini juga
berbatasan langsung dengan aliran sungai Deli yang berpotensi untuk dijadikan sebuah pemandangan menarik bagi masyarakat
yang mengunjungi kawasan ini.
Universitas Sumatera Utara