tersebut. Selain itu, ketinggian gelombang berkaitan dengan bahaya pengenangan air laut dan transport sedimen di pantai Pendleton et al., 2005.
2.4. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh
Teknologi penginderaan jauh remote sensing sering diartikan sebagai teknologi untuk mengidentifikasi suatu objek di permukaan bumi tanpa melalui
kontak langsung dengan objek tersebut Noor, 2011. Saat ini teknologi penginderaan jauh berbasis satelit menjadi sangat populer dan digunakan untuk
berbagai tujuan kegiatan, salah satunya untuk mengidentifikasi potensi sumber daya wilayah pesisir dan lautan. Hal ini disebabkan teknologi ini memiliki
beberapa kelebihan, seperti: harganya yang relatif murah dan mudah didapat, adanya resolusi temporal perulangan sehingga dapat digunakan untuk keperluan
monitoring, cakupannya yang luas dan mampu menjangkau daerah yang terpencil, bentuk datanya digital sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan dan
ditampilkan sesuai keinginan Ekadinata et al., 2008. Pemanfaatan data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis SIG
telah banyak dilakukan dalam kaitannya dengan kebutuhan pengembangan wilayah pesisir dan lautan. Penelitian yang dilakukan mulai dari pengembangan
model parameter fisik perairan suhu permukaan laut, klorofil, muatan padat tersuspensi, kecerahan perairan dan lain-lain wilayah pesisir sampai dengan
kegiatan yang bersifat aplikasi seperti monitoring dan penentuan zona potensi pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir. Selain monitoring dan
penentuan zona potensi pengembangan wilayah pesisir, tekologi penginderaan
jauh dan SIG juga dapat menganalisis kerentanan dan identifikasi potensi bencana suatu wilayah terhadap fenomena yang terjadi.
Pemanfaatan penginderaan jauh dan SIG untuk menganalisis kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka laut telah banyak dilakukan. Adapun penelitian
tersebut antara lain: a.
Khrisnasari 2007 yang melakukan kajian kerentanan terhadap kenaikan muka laut di Jakarta Utara. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa pesisir
Teluk Jakarta merupakan pesisir yang sangat rentan terhadap kenaikan muka laut karena memiliki kenaikan muka laut relatif setiap tahunnya lebih dari 4
mm. b.
Basir et al. 2010 memanfaatkan data penginderaan jauh di Pulau Bengkalis untuk memodelkan kerentanan pantai terhadap kenaikan muka air laut.
Berdasarkan penelitiannya, terdapat dua desa yaitu Desa Temeran dan Desa Sekodi yang berada pada tingkat kerentanan rendah, sebelas desa pada tingkat
kerentanan sedang, dua desa dengan tingkat kerentanan tinggi dan satu desa yaitu Desa Prapat Tunggal dengan tingkat kerentanan sangat tinggi.
c. Miladan 2009 mengkaji tentang kerentanan wilayah pesisir Kota Semarang
terhadap perubahan iklim. Berdasarkan hasil studinya dapat disimpulkan bahwa tingkat kerentanan wilayah pesisir Kota Semarang termasuk kategori
kerentanan rendah hingga sedang.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai Januari 2012 yang bertempat di Pesisir Selatan Yogyakarta Gambar 2. Secara geografis
wilayah tersebut terletak pada 7°3’ - 8°12’ LS dan 110°00’ - 110°50’ BT. Batas administratif Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebelah utara, barat
dan timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Provinsi DI Yogyakarta terdiri dari lima
kabupatenkota yaitu Kulon Progo, Bantul, Gunungkidul, Sleman, dan Kota Yogyakarta.
Wilayah penelitian yang menjadi fokus penelitian mencakup pesisir Kabupaten Kulon Progo Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, dan Galur dan
Bantul Kecamatan Srandakan. Kabupaten Kulon Progo memiliki luas wilayah 586,27 km
2
yang terdiri dari 12 kecamatan. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan kecamatan pesisir dengan garis pantai mencapai 24,63 km. Kabupaten
Bantul memiliki luas 506,85 km
2
yang terdiri dari 17 kecamatan. Terdapat 3 kecamatan yang merupakan kecamatan pesisir dengan garis pantai sepanjang
15,59 km DPU, 2009a. Peta lokasi penelitian yang dilengkapi dengan batasan sel dapat dilihat pada Gambar 2.
Panjang garis pantai yang terdapat dalam wilayah kajian adalah ± 26 km dan jumlah sel sebanyak 26 buah kotak merah pada Gambar 2. Kotak merah
yang terdapat pada Gambar 2 merupakan sel-sel yang digunakan dalam menganalisis kerentanan pesisir. Setiap sel mempunyai jarak ke arah darat sejauh