Kenaikan muka laut Parameter Kerentanan Pesisir

mixed tides dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda mixed tide, prevailing semi diurnal dan tipe campuran dominasi tunggal mixed tide, prevailing diurnal. Tipe pasang surut yang yang terdapat di Selatan Jawa yaitu tipe pasut campuran dominasi ganda Wyrtki, 1961. Kisaran pasang surut rata-rata berkontribusi dalam bahaya penggenangan pantai dimana pasut menghasilkan perubahan permukaan secara rutin sepanjang pantai. Oleh karena itu, pasang surut mempunyai arti penting dalam kerentanan pantai. Konsentrasi dan posisi sedimen tersuspensi sangat tergantung pada variasi tinggi pasang surut dan debit sungai. Selain itu, pasang surut juga dapat menyebabkan intrusi air asin sampai ke daratan Triatmodjo, 1999. Rata-rata tunggang pasang surut lebih dari 6 meter macro tidal akan sangat berbahaya bagi wilayah pesisir karena semakin tinggi tungang pasut maka bahaya penggenangan pantai akan semakin besar pula. Rata-rata tunggang pasut kurang dari 1 meter micro tidal sangat tidak rentan terhadap penggenangan di pantai Gornitz, 1991.

2.3.6. Gelombang

Gelombang merupakan salah satu fenomena yang terdapat di laut yang dapat dilihat secara langsung. Menurut Pond dan Pickard 1983, gelombang adalah suatu fenomena naik turunnya pemukaan laut, dimana energinya bergerak dari suatu wilayah pembentukan gelombang ke arah pantai. Salah satu faktor yang dapat membangkitkan gelombang adalah angin. Philip 1957 dalam Holthuijsen 2007 menyebutkan bahwa saat permukaan air datar, maka keberadaan angin akan menyebabkan tekanan turbulen pada permukaan air. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangkitan gelombang adalah kecepatan angin, lamanya angin bertiup durasi pada satu arah dan fetch jarak tanpa rintangan yang ditempuh oleh angin tersebut selama bertiup dalam satu arah. Bentuk gelombang akan berubah dan akhirnya pecah ketika sampai di pantai. Hal ini disebabkan oleh adanya gesekan dari dasar laut di perairan dangkal sehingga bentuknya berubah dimana tinggi gelombang meningkat dan panjang gelombang menurun. Perubahan bentuk ini menjadi tidak stabil dan akhirnya pecah ketika sampai di pantai. Gelombang yang akan mendekati pantai akan mengalami pemusatan convergence apabila mendekati tanjung head land atau menyebar divergence apabila menemui teluk bay Stewart, 2006. Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju patai akan mengalami perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang. Kemiringan yang lebih tajam dari batas maksimum tersebut menyebabkan kecepatan partikel di puncak gelombang lebih besar dari kecepatan rambat gelombang, sehingga terjadi ketidak-stabilan dan pecah Farid, 2008. Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi. Besarnya tergantung dari besarnya energi yang dihempaskan oleh gelombang ke pantai. Besarnya energi gelombang ditentukan oleh tinggi gelombang sebelum pecah. Nilai tinggi gelombang dalam kerentanan pantai dapat mempengaruhi perubahan garis pantai dan kondisi geomorfologi daerah tersebut. Selain itu, ketinggian gelombang berkaitan dengan bahaya pengenangan air laut dan transport sedimen di pantai Pendleton et al., 2005.

2.4. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh

Teknologi penginderaan jauh remote sensing sering diartikan sebagai teknologi untuk mengidentifikasi suatu objek di permukaan bumi tanpa melalui kontak langsung dengan objek tersebut Noor, 2011. Saat ini teknologi penginderaan jauh berbasis satelit menjadi sangat populer dan digunakan untuk berbagai tujuan kegiatan, salah satunya untuk mengidentifikasi potensi sumber daya wilayah pesisir dan lautan. Hal ini disebabkan teknologi ini memiliki beberapa kelebihan, seperti: harganya yang relatif murah dan mudah didapat, adanya resolusi temporal perulangan sehingga dapat digunakan untuk keperluan monitoring, cakupannya yang luas dan mampu menjangkau daerah yang terpencil, bentuk datanya digital sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan dan ditampilkan sesuai keinginan Ekadinata et al., 2008. Pemanfaatan data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis SIG telah banyak dilakukan dalam kaitannya dengan kebutuhan pengembangan wilayah pesisir dan lautan. Penelitian yang dilakukan mulai dari pengembangan model parameter fisik perairan suhu permukaan laut, klorofil, muatan padat tersuspensi, kecerahan perairan dan lain-lain wilayah pesisir sampai dengan kegiatan yang bersifat aplikasi seperti monitoring dan penentuan zona potensi pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir. Selain monitoring dan penentuan zona potensi pengembangan wilayah pesisir, tekologi penginderaan jauh dan SIG juga dapat menganalisis kerentanan dan identifikasi potensi bencana suatu wilayah terhadap fenomena yang terjadi. Pemanfaatan penginderaan jauh dan SIG untuk menganalisis kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka laut telah banyak dilakukan. Adapun penelitian tersebut antara lain: a. Khrisnasari 2007 yang melakukan kajian kerentanan terhadap kenaikan muka laut di Jakarta Utara. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa pesisir Teluk Jakarta merupakan pesisir yang sangat rentan terhadap kenaikan muka laut karena memiliki kenaikan muka laut relatif setiap tahunnya lebih dari 4 mm. b. Basir et al. 2010 memanfaatkan data penginderaan jauh di Pulau Bengkalis untuk memodelkan kerentanan pantai terhadap kenaikan muka air laut. Berdasarkan penelitiannya, terdapat dua desa yaitu Desa Temeran dan Desa Sekodi yang berada pada tingkat kerentanan rendah, sebelas desa pada tingkat kerentanan sedang, dua desa dengan tingkat kerentanan tinggi dan satu desa yaitu Desa Prapat Tunggal dengan tingkat kerentanan sangat tinggi. c. Miladan 2009 mengkaji tentang kerentanan wilayah pesisir Kota Semarang terhadap perubahan iklim. Berdasarkan hasil studinya dapat disimpulkan bahwa tingkat kerentanan wilayah pesisir Kota Semarang termasuk kategori kerentanan rendah hingga sedang.