Perubahan Garis Pantai HASIL DAN PEMBAHASAN

Sel dengan kategori rentan memiliki luasan dataran aluvial sawah irigasi, sawah tadah hujan, tegalanladang dan kebunperkebunan yang lebih luas. Selain dataran aluvial, pesisir selatan Yogyakarta juga merupakan pantai berpasir. Hal ini menyebabkan wilayah pesisir tersebut akan lebih rentan terkena dampak genangan dan mudah mengalami abrasi. Pantai berpasir yang terdapat di pesisir selatan Yogyakarta merupakan gumuk pasir. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan DISLAUTKAN Provinsi DI Yogyakarta 2010 gumuk pasir ini tersebar merata disepanjang pantai Kabupaten Bantul sampai Kulon Progo. Volume dan luasan wilayah gumuk pasir terbesar dapat ditemui di Pantai Parangtritis, Parangkusumo, Depok, Samas, Pandansimo, Glagah Indah dan Congot. Gumuk pasir ini memiliki fungsi ekonomis dan ekologis penting, yakni sebagai kawasan wisata, areal penghijauan serta sebagai laboratorium riset di bidang geomorfologi. Fungsi lingkungan penting lain adalah sebagai barrier penahan ombak, gelombang, serta kenaikan massa air laut dan tsunami.

4.2. Perubahan Garis Pantai

Perubahan garis pantai yang sudah terjadi dan baru terjadi dapat diintrepetasikan dan dipetakan dari citra Landsat. Perubahan garis pantai yang terdapat di pantai selatan Yogyakarta selama kurun waktu 22 tahun 1989-2011 dapat dilihat pada Gambar 9. Garis yang berwarna hijau menunjukkan garis pantai pada tahun 1989, sedangkan garis berwarna merah merupakan garis pantai tahun 2011. Perubahan garis pantai yang terdapat di Kecamatan Temon, Wates, Galur dan Srandakan cenderung mengalami abrasi Tabel 3. Kabupaten Temon dan Wates termasuk dalam kelas kerentanan sedang dimana laju perubahan garis pantai masing-masing sebesar -0,870 mtahun dan -0,627 mtahun. Sedangkan Kabupaten Galur dan Srandakan termasuk kedalam kelas sangat rentan dengan laju perubahan garis pantai masing-masing adalah -10,534 mtahun dan -7,602 mtahun. Kecamatan Panjatan dengan laju perubahan garis pantai sebesar 4,720 mtahun termasuk ke dalam kelas sangat tidak rentan, karena cenderung mengalami sedimentasi. Sumber: Pengolahan Citra Landsat Gambar 9. Perubahan Garis Pantai di Pantai Selatan Yogyakarta Pada Tahun 1989-2011 Tabel 3. Perubahan Garis Pantai mthn Periode 1989-2011 di Pesisir Selatan Yogyakarta Kecamatan 1989-2011 Perubahan mtahun - + Temon -2,725 0,984 -0,870 Wates -1,254 0,000 -0,627 Panjatan -1,023 10,463 4,720 Galur -21,068 0,000 -10,534 Srandakan -15,204 0,000 -7,602 Keterangan : + = Akresi garis pantai maju : - = Abrasi garis pantai mundur Sumber : Pengolahan citra Landsat Secara morfologis, daerah penelitian termasuk kedalam tipe pantai berpasir, dimana aktivitas yang dominan adalah proses sedimentasi material gunung api yang terbawa oleh sungai Sungai Progo, Serang dan Bogowonto, maupun aktivitas pasang surut air laut. Umumnya perubahan garis pantai yang terjadi di pesisir selatan Yogyakarta berada pada daerah muara sungai. Gambar 10 memperlihatkan indeks kerentanan pesisir berdasarkan perubahan garis pantai tahun 1989-2011. Sel dengan indeks rentan di Kecamatan Temon merupakan sel yang dekat dengan muara Sungai Serang, sehingga kemungkinan untuk terjadinya perubahan garis pantai sangatlah besar. Hal ini juga terjadi dengan sel yang berada di Kecamatan Galur dan Srandakan. Terdapatnya Sungai Progo yang membatasi kedua kecamatan tersebut juga memberi pengaruh pada perubahan garis pantai. Perubahan garis pantai tiap selnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Gambar 10. Skor Indeks Kerentanan Pesisir Selatan Yogyakarta Berdasarkan Parameter Perubahan Garis Pantai Tahun 1989-2011 Skor indeks kerentanan pesisir selatan Yogyakarta berdasarkan parameter perubahan garis pantai Gambar 10 memperlihatkan bahwa seluruh sel yang terdapat di Kecamatan Temon dan Wates masuk kedalam kelas sedang, dimana perubahan garis pantainya cenderung stabil. Kecamatan Panjatan yang terdiri dari delapan sel memiliki kelas perubahan garis pantai yang relatif bervariasi, dimana terdapat tiga sel yang berwarna kuning kelas sedang, tiga sel berwarna hijau kelas tidak rentan dan dua sel berwarna biru kelas sangat tidak rentan. Kecamatan Galur terdiri dari lima sel termasuk kedalam kelas sangat rentan, dikarenakan sel tersebut mengalami abrasi yang perubahan garis pantainya lebih dari 2 mtahun. Tiga sel yang terdapat di Kecamatan Srandakan termasuk kedalam kelas sangat rentan dan satu sel termasuk kedalam kelas rentan. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik, dimana ekosistemnya terdiri dari komponen hayati dan fisik yang rentan terhadap perubahan. Hal ini disebabkan dataran pesisir merupakan kawasan transisi antara pengaruh daratan dan laut, menyebabkan dataran pesisir merupakan kawasan yang dinamis. Sebagai daerah transisi menyebabkan kawasan pesisir memiliki perubahan fisik yang cepat, karena adanya proses fluvial, marin dan eolian yang saling berinteraksi Suryoputro, 2007. Proses perubahan maju mundurnya garis pantai sangat ditentukan oleh proses tersebut, dimana perubahan maju akresi didominasi oleh proses fluvial, sedangkan perubahan mundur abrasi lebih ditentukan oleh proses marin yang kuat. Ongkosono 1982 dalam Kurniawan et al. 1994 membagi faktor-faktor penyebab perubahan pesisir menjadi dua macam, yaitu ; 1 faktor alami, seperti gelombang laut, arus, angin, sedimentasi, topografi pesisir dan pasut serta 2 faktor manusia, seperti penambangan pasir, reklamasi pantai, pengerusakan vegetasi pantai. Penyebab utama dari bertambahnya areal pantai di daerah studi diperkirakan karena adanya proses sedimentasi. Kecepatan sedimentasi daerah pantai tergantung dari banyaknya muara sungai yang ada di pantai. Salah satu sungai di Yogyakarta yang bermuara di pantai adalah Sungai Progo. Sungai Progo merupakan sungai yang dijadikan sebagai batas administratif antara Kecamatan Galur dan Srandakan. Sedimentasi yang disebabkan oleh adanya masukan material dari Sungai Progo di Kecamatan Galur dapat dilihat dari garis pantai tahun 1989 Gambar 9. Pengurangan areal pantai abrasi disebabkan oleh arus dan gelombang. Faktor utama yang menentukan abrasi terutama disebabkan oleh arah gelombang yang dominan serta arah arus pasang surut. Abrasi akan berlangsung dengan cepat pada daerah pantai yang menghadap langsung dengan arah datangnya arus dan gelombang, dibandingkan dengan pantai yang sejajar atau searah dengan datangnya gelombang Hermanto, 1986.

4.3. Elevasi