2.3. Parameter Kerentanan Pesisir
Kerentanan wilayah pesisir merupakan suatu kondisi dimana adanya peningkatan proses kerusakan di wilayah pesisir yang diakibatkan oleh berbagai
faktor seperti aktivitas manusia dan faktor dari alam. Berdasarkan penelitian Gornitz 1991 dan Thieler dan Hammar-Klose 2000 terdapat parameter-
parameter yang mempengaruhi kerentanan pesisir yaitu variabel geologi geomorfologi, perubahan garis pantai dan elevasi dan variabel proses fisik
kenaikan muka laut, tunggang pasang surut, dan tinggi gelombang. Selain enam parameter yang dikemukakan Gornitz 1991 dan Thieler dan Hammar-Klose
2000, terdapat pula parameter tambahan yang digunakan dalam penentuan kerentanan pesisir berdasarkan penelitian Basir et al. 2010 yaitu pengamatan
visual kerusakan, litologi atau material pembentuk struktur pantai, dan pengaruh angin. Selain parameter yang telah disebutkan, Krisnasari 2007 yang melakukan
kajian kerentanan terhadap kenaikan muka laut di Jakarta Utara menambahkan parameter penurunan muka tanah land subsidence sebagai faktor yang
mempengaruhi kerentanan pesisir. Pada penelitian ini, parameter kerentanan pesisir yang digunakan mengacu pada parameter yang dikemukakan oleh Gornitz
1991 dan Thieler dan Hammar-Klose 2000.
2.3.1. Geomorfologi
Geomorfologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya Noor,
2010. Pada dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentang alam atau bentuk lahan. Perkembangan teknologi penginderaan jauh baik pesawat maupun
dari satelit yang menghasilkan citra atau foto udara, dapat mempermudah untuk melihat dan menginterpretasikan kenampakan geomorfologi Noor, 2011.
Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat dinamis karena wilayah tersebut merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Oleh karena itu,
morfologi dan bentang alam wilayah pantai yang terbentuk merupakan hasil dari hempasan gelombang air laut dan aktivitas manusia. Geomorfologi pantai dapat
berupa dataran aluvial, bangunan pantai, estuari, lagoon, delta, hutan mangrove dan bangunan pantai Noor, 2010.
Geomorfologi yang merupakan salah satu parameter dari kerentanan pantai terhadap kenaikan muka laut berpengaruh terhadap tingkat erosi relatif
pada suatu bagian pantai. Menurut Gornitz 1991 pantai yang sangat rentan terhadap kenaikan muka laut adalah pantai dengan geomorfologi berupa
penghalang pantai, pantai berpasir, pantai berlumpur mudflats, dan delta. Sedangkan pantai dengan bentuk geomorfologi berupa tebing tinggi dan fjords
sangat tidak rentan terhadap kenaikan muka laut.
2.3.2. Perubahan garis pantai
Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dengan posisi tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut
dan erosi pantai yang terjadi Triatmodjo, 1999. Garis pantai dapat berubah oleh berbagai faktor, baik faktor alam maupun manusia. Perubahan garis pantai ini
banyak dilakukan oleh aktivitas manusia seperti pembukaan lahan, eksploitasi bahan galian di daratan pesisir yang dapat merubah keseimbangan garis pantai
melalui suplai muatan sedimen yang berlebihan Tarigan, 2007. Curah hujan
dengan intensitas tinggi juga dapat mempengaruhi perubahan garis pantai. Di sepanjang kawasan pantai terdapat segmen-segmen pantai yang mengalami erosi,
disamping ada bagian-bagian yang mengalami akresisedimentasi dan segmen yang stabil Dahuri et al., 2001. Perubahan garis pantai merupakan salah satu
parameter dari kerentanan pantai dimana garis pantai dapat dijadikan indikator sebagai dari peningkatan permukaan air laut.
Ongkosongo 2006 dalam Tarigan 2007 mengemukakan bahwa sekitar 70 pantai terutama pantai berpasir di dunia mengalami erosi pantai. Penyebab
utamanya adalah aneka ragam pengaruh manusia secara langsung maupun tak langsung yang menyebabkan berkurangnya jumlah ketersedian cadangan sedimen
yang ada di pantai. Beberapa bagian pantai di dunia, erosi pantai yang terjadi telah menimbulkan kerugian yang besar berupa rusaknya daerah pemukiman,
pertambakan, dan jalan raya. Perubahan garis pantai berupa abrasi lebih dari 2 mtahun memiliki nilai
kerentanan sangat tinggi, sedangkan perubahan garis pantai akibat akresi lebih dari 2 mtahun memiliki nilai kerentanan sangat rendah Gornitz, 1991. Akresi
akan menambah luasan dari daratan karena garis pantai yang semakin maju menuju ke arah laut sedangkan abrasi akan mengurangi luasan dari daratan.
2.3.3. Elevasi