daerah yang sangat ganas karena menimbulkan abrasi sepanjang tahun. Data angin yang dikorelasikan dengan bentuk garis pantai daerah menunjukkan bahwa
frekuensi angin yang paling berpengaruh adalah berasal dari arah tenggara, selatan, barat daya dan barat DISLAUTKAN Provinsi DI Yogyakarta, 2010.
4.7. Kerentanan Wilayah Pesisir Selatan Yogyakarta
Tingkat kerentanan pesisir selatan Yogyakarta berdasarkan parameter kerentanan terhadap kenaikan muka laut dapat dilihat pada Tabel 7. Pada tabel
tersebut terlihat bahwa terdapat tujuh sel yang termasuk dalam indeks tidak rentan, 15 sel termasuk dalam kelas sedang dan delapan sel yang termasuk dalam
kelas sedang. Indeks kerentanan dapat pula digunakan sebagai indikator tingkat
kerentanan. Tingkat kerentanan merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui karena dapat berpengaruh terhadap terjadinya bencana. Bencana baru
akan terjadi pada kondisi yang rentan. Pada tabel tersebut terlihat tingkat kerentanan yang dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas tidak rentan, sedang dan
rentan. Pembagian kelas atau tingkat kerentanan didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gornitz dan White 1992 dimana kelas tersebut dibagi
berdasarkan persen dengan range antar kelas adalah 33 persen. Nilai yang termasuk dalam persen kurang dari sama dengan 33 termasuk kedalam indeks
tidak rentan, yaitu CVI kurang dari 7,75. Nilai yang termasuk dalam persen antara 34 sampai 67 termasuk indeks sedang dengan CVI antara 7,75
– 8,66. Sedangkan nilai yang termasuk dalam persen lebih dari 67 termasuk indeks rentan
dengan CVI lebih dari 8,66.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Indeks Kerentanan Pesisir Selatan Yogyakarta
KABUPATEN KECAMATAN KODE SEL
CVI KELAS
Kulon Progo Temon
21104 12,25
Sedang 21105
12,25 Sedang
21106 12,25
Sedang 21107
12,25 Sedang
21108 12,25
Sedang 21109
12,25 Sedang
Wates 21110
12,25 Sedang
21111 12,25
Sedang 21112
12,25 Sedang
Panjatan 21113
12,25 Sedang
21114 10,00
Tidak Rentan 21115
8,94 Tidak Rentan
21216 6,32
Tidak Rentan 21217
8,94 Tidak Rentan
21218 6,32
Tidak Rentan 21219
10,95 Tidak Rentan
21220 10,95
Tidak Rentan
Galur 21221
14,14 Rentan
21222 14,14
Rentan 21223
14,14 Rentan
21224 14,14
Rentan 21225
14,14 Rentan
Bantul Srandakan
21226 15,81
Rentan 21227
14,14 Rentan
21228 14,14
Rentan 21229
12,65 Rentan
Nilai CVI pada Tabel 7 merupakan nilai yang dihasilkan dari pengolahan dan analisis skor parameter kerentanan pesisir. Parameter geomorfologi, kenaikan
muka laut relatif, tunggang pasang surut rata-rata dan tinggi gelombang memiliki skor yang sama pada tiap selnya, sehingga masing-masing dari parameter tersebut
memiliki pengaruh yang sama pula tiap sel. Dibandingan dengan parameter perubahan garis pantai dan elevasi memiliki skor yang berbeda, sehingga
memberi pengaruh yang berbeda pula pada masing-masing sel. Adanya
parameter dengan persamaan skor pada setiap selnya diduga karena wilayah lokasi studi yang sempit.
Gambar 16. Peta Indeks Kerentanan Pesisir Selatan Yogyakarta
Peta kerentanan skala lokal pesisir selatan Yogyakarta disajikan pada Gambar 16. Dari gambar tersebut terlihat bahwa di Kecamatan Temon dan Wates
termasuk kecamatan dengan tingkat kerentanan sedang terhadap kenaikan muka laut, dikarenakan semua sel yang terdapat di kecamatan tersebut termasuk
kedalam kategori tidak rentan dengan nilai CVI antara 12,25 sampai 12,52. Kecamatan Panjatan dengan 8 sel, dimana 7 sel termasuk daerah yang
tidak rentan, dan satu sel dengan kerentanan sedang terhadap kenaikan muka laut. Sel dengan kategori tidak rentan terhadap kenaikan muka laut memiliki nilai CVI
kurang dari 12,25. Kecamatan Galur dan Srandakan termasuk dalam kategori rentan terhadap kenaikan muka laut. Hal ini dikarenakan nilai CVI pada kedua
kecamatan tersebut lebih dari 12,52.
Gambar 17. Distribusi Tingkat Kerentanan Pesisir Selatan Yogyakarta
Distribusi dari tingkat kerentanan pesisir di wilayah pesisir selatan Yogyakarta disajikan pada Gambar 17. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa
panjang wilayah pesisir Yogyakarta yang dijadikan sebagai daerah penelitian secara keseluruhan memiliki kategori tidak rentan terhadap kenaikan muka laut
adalah sepanjang 7 km 26,92 dari total panjang garis pantai. Panjang wilayah pesisir dengan tingkat kerentanan sedang adalah sepanjang 10 km 38,46 dari
total panjang garis pantai. Panjang wilayah pesisir yang termasuk kategori rentan adalah sepanjang 9 km 34,62 dari total panjang garis pantai.
Berdasarkan hasil studi dapat diketahui bahwa parameter yang sangat berpengaruh terhadap kerentanan wilayah pesisir di selatan Yogyakarta adalah
perubahan garis pantai. Perubahan garis pantai akan memberikan pengaruh negatif terhadap daerah pesisir apabila perubahannya tersebut berupa pengurangan
luas daratan abrasi. Kecepatan perubahan garis pantai juga dipengaruhi oleh
faktor geomorfologi. Geomorfologi pesisir selatan Yogyakarta yang berupa gumuk pasir memberikan pengaruh terhadap kecepatan perubahan garis pantai.
Pantai selatan Jawa, khususnya selatan Yogyakarta memiliki karateristik pantai yang sangat unik dibandingkan dengan pantai utara Jawa. Salah satu
karakteristik pantai selatan Yogyakarta adalah gumuk pasir. Hal ini berbeda dengan pantai utara Jawa yang bertopografi hampir datar. Selain itu, pantai utara
Jawa juga merupakan daerah potensial yang dijadikan kawasan pemukiman, industri dan rekreasi, sehingga pantai utara Jawa merupakan daerah yang rentan
untuk terkena dampak dari kenaikan muka laut. Kenaikan muka laut merupakan suatu ancaman bagi pesisir dan pulau-
pulau kecil yang ada di dunia, termasuk di pesisir selatan Yogyakarta. Selain ancaman muka laut, pesisir selatan Yogyakarta juga termasuk daerah yang rentan
terhadap bencana alam baik abrasi, banjir, longsor, gempa bumi, maupun tsunami DISLAUTKAN Provinsi DI Yogyakarta, 2010. Oleh karena itu, perlu adanya
pengembangan kawasan yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana alam perlu disertai dengan konsep mitigasi bencana, sehingga dampak
terjadinya bencana alam dapat diminimalisasi.
5. KESIMPULAN DAN SARAN