Survei lapang Analisis data

kedalaman karena arah gelombang datang tidak selalu tegak lurus dengan garis pantai. Penentuan besar sudut datang gelombang di perairan dalam disesuaikan dengan sudut datang angin. Oleh karena itu, tinggi gelombang pecah dihitung dengan menggunakan persamaan Komar dan Gaughan, 1973 dalam U. S. Army Corps of Engineering, 2002: H b =H mo K s K r …………………………………………………. 19 dimana K s adalah koefisien shoaling dan K r adalah koefisien refraksi yang dihitung dengan persamaan: …………………………………………………….. 20 dimana …………………………………………………….. 21 d i d d ……………………….. 22 α α - i α - i α ………………………………………... 23 dimana α o = sudut gelombang di laut dalam, α 1 = sudut gelombang pada kedalaman 1, dan C 1 = kecepatan gelombang pada kedalaman 1.

3.2.2.3. Survei lapang

Survei lapang dilaksanakan pada bulan Desember 2011. Survei lapang ini bertujuan untuk melihat kondisi dan lokasi di wilayah pesisir yang rentan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan wilayah pesisir. Penggunaan GPS membantu dalam mentukan posisi geografis wilayah yang akan diamati. Pada kegiatan ini, dilakukan pendokumentasian dan validasi kondisi wilayah yang dikaji. Selain itu dilakukan juga wawancara dengan penduduk sekitar untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi wilayah di pesisir selatan Yogyakarta. Hasil dari kegiatan survei lapang dapat dilihat pada Lampiran 5.

3.2.2.4. Analisis data

Pada penelitian ini analisis data yang dilakukan pada dasarnya menampilkan hubungan antar informasi yang akan dijadikan dasar penelitian. Kriteria dan tolak ukurnya berupa parameter-parameter fisik ditentukan berdasarkan kajian dari Gornitz 1991, dan Pendleton et al. 2005. Dalam artikel tersebut dijelaskan mengenai pengelompokan indeks kerentanan pesisir ke dalam lima kelompok yaitu sangat tidak rentan very low, tidak rentan low, sedang moderate, rentan high, dan sangat rentan very high. Pembobotan dari parameter yang fisik berdasarkan kajian dari Gornitz 1991 dapat dilihat dari Tabel 2. Tabel 2. Pembobotan Variabel Fisik Pantai Terhadap Kenaikan Muka Laut NO. PARAMETER SKOR Sangat Tidak Rentan Tidak Rentan Sedang Rentan Sangat Rentan 1 2 3 4 5 a. Geomorfologi Rocky, cliffed coasts, fiords, fiards Medium cliffs, indented coasts Low cliffs, glacial drift, salt marsh, coral reefs, mangrove Beaches pebbles, estuary, lagoon, alluvial plains Barrier beaches, beaches sand, mudflats, deltas b. Perubahan garis pantai mthn 2,0 Akresi 1,0 – 2,0 akresi +1,0 – -1,0 stabil -1 – -2 Abrasi -2,0 abrasi c. Elevasi m 30,0 20,1-30,0 10,1-20,0 5,1-10,0 0,0-5,0 d. Kenaikan muka laut relatif mmthn -1,0 -1,0 – 0,99 1,0 - 2,0 2,1 - 4,0 4,0 e. Kisaran pasut rata-rata m 1,0 microtidal 1,0 - 1,9 2,0 - 4,0 4,1 - 6,0 6,0 macrotidal f. Tinggi gelombang m – 2,9 3,0 – 4,9 5,0 – 5,9 6,0 – 6,9 ≥7,0 Sumber : Gornitz 1991 Pengelompokan indeks kerentanan pesisir ini didasarkan atas enam parameter yaitu geomorfologi, perubahan garis pantai, elevasi, kenaikan muka laut, tunggang pasut dan tinggi gelombang. Penilaian secara kuantitatif terhadap kerentanan pesisir dilakukan melalui scoring. Pemberian scoring ini dimaksudkan untuk member kisaran nilai pada setiap parameter sesuai dengan kriterianya. Pemberian scoring sesuai dengan kriteria dapat dilihat pada Tabel 2. Penilaian indeks kerentanan pesisir didasarkan pada 6 parameter yang telah memiliki skor. Masing-masing dari parameter yang telah memiliki skor, selanjutnya dihitung tingkat kerentanannya. Penentuan tingkat kerentanan dilakukan dengan mengadopsi dan memodifikasi dari persamaan umum mengenai indeks kerentanan pesisir Coastal Vulnerability Index. Dalam penelitian ini indeks kerentanan pesisir dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Gornitz dan White 1992 yaitu sebagai berikut: ……………………………… 24 Dimana : a = geomorfologi; b = perubahan garis pantai; c = elevasi; d = kenaikan muka laut relatif; e = kisaran pasut rata-rata; f = tinggi gelombang; Persamaan CVI menggambarkan seberapa besar tingkat kerentanan terhadap parameter fisik di laut. Nilai CVI yang didapat selanjutnya dikelompokkan tingkat kerentanannya menjadi 3 wilayah yaitu tidak rentan, sedang, dan rentan. Pembagian tingkat kerentanan ini sesuai dengan pembagian Digitasi peta Citra Landsat 1989 dan 2011 Data GDEM ASTER Peta Rupa Bumi Indonesia Digitasi garis pantai Analisis data di ArcGIS 9.3 Data perubahan garis pantai Data elevasi Data geomorfologi Sel pantai selatan Yogyakarta Integrasi data parameter kerentanan CVI Data kenaikan muka laut Data tinggi gelombang Data pasang surut Peta zona kerentanan pesisir selatan Yogyakarta indeks yang dilakukan oleh Gornitz dan White 1992 yaitu membagianya berdasarkan persen dengan kisaran antar kelas adalah 33 persen. Nilai yang kisarannya kurang dari 33 persen termasuk kedalam indeks tidak rentan dengan warna indikator hijau. Nilai yang berada pada kisaran 34 sampai 66 persen termasuk kedalam indeks sedang dengan warna indikator kuning. Nilai yang kisarannya lebih dari 33 persen termasuk kedalam indeks sangat rentan dengan warna indikator merah. Klasifikasi wilayah kerentanan tersebut selanjutnya dapat dibuat peta tematik mengenai tingkat kerentanan pesisir di pesisir selatan Yogyakarta. Keseluruhan proses penelitian dapat dilihat pada diagram alir metode penelitian Gambar 6. Gambar 6. Diagram Alir Metode Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN