2.1.2. Pembiayaan
Antonio, 2001 pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu :
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi. 2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan : a peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi,
maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan b untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari
suatu barang. 2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
capital goods serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan barang
konsumsi sebagai berikut : 1. Al-Bai’bitsaman ajil salah satu bentuk murabahah atau jual beli dengan
angsuran. 2. Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik atau sewa beli.
3. Al-Musyarakah mutanaqhishah atau decreasing participation, dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya.
4. Ar-Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
2.1.3. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil
Pola sistem perbankan konvensional dalam penanganan krisis, khususnya dalam pola penyaluran dan pembayaran kredit oleh sebab sistem bunga yang
digunakan. Ditinjau dari sudut syariah Islam, sistem bunga itu sendiri akan menjadi salah satu faktor penghambat dalam peningkatan kesejahteraan ummat.
Hal ini sebagai pelajaran yang sangat berharga, untuk menunjukkan bahwa prinsip perbankan konvensional kurang dapat meningkatkan kesatuan unit-unit ekonomi
dibandingkan dengan prinsip risk sharing atau profit loss sharing bagi hasil yang berlaku dalam perbankan syariah. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbedaan antara bunga dan bagi hasil Bunga
Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu
untung. Penentuan besarnya rasio atau nisbah
bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi. Besarnya persentase berdasarkan pada
jumlah uang modal yang dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang
diperoleh. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”.
pendapatan.
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah
proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan.
Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah
pihak. Eksistensi bunga diragukan kalau
tidak dikecam oleh semua agama, termasuk Islam.
Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
Sumber : Antonio, M.S. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Gema Insani Press. Jakarta.
2.1.4. Regresi Logistik