berbagai segi yang diantaranya adalah dengan melakukan analisis Non Performing Financing, likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas.
4.4.1.1. Analisis Non Performing Financing
NPF merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga
semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar, maka
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Bank Indonesia menetapkan batas aman NPF dibawah lima persen.
= × 100
4.4.1.2. Analisis Likuiditas
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau
kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain adalah sebagai berikut:
1. Cash Ratio Muljono, 1995. Cash Ratio CR adalah rasio antara alat likuid likuid assets terhadap
dana pihak ketiga yang dihimpun bank dan kewajiban short term borrowing yang harus segera dibayar Semakin tinggi ratio ini maka, semakin tinggi pula
kemampuan likuiditas bank tersebut. Cash Ratio minimum suatu bank adalah dua persen.
= × 100
2. Financing to Deposit Ratio Dendawijaya, 2000. FDR adalah rasio antara seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank. Financing to Deposit Ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio FDR, semakin rendah kemampuan
likuiditas suatu bank. Batas aman FDR suatu bank adalah di bawah 110 persen.
= × 100
4.4.1.3. Analisis Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
tersebut. Analisis rasio rentabilitas antara lain, yaitu: 1. Return on Asset Dendawijaya, 2000.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset. Menurut Bank
Indonesia nilai ideal untuk ROA adalah di atas atau sama dengan dua persen.
= × 100
2. Return on Equity Dendawijaya, 2000. ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri.
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan manajemen di dalam pengelolaan modal yang tersedia, dengan tujuan mendapatkan pendapatan bersih. Rasio ROE
merupakan indikator yang penting bagi para pemegang saham dan calon investor, untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba.
= × 100
3. Income to Cost Operating Ratio Dendawijaya, 2000. ICR adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola kekayaannya, untuk memperoleh keuntungan khususnya kemampuan
bank dalam mendapatkan pendapatan nasional.
= × 100
4.4.1.4. Analisis Solvabilitas