Tinjauan Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian, hal yang harus dilakukan adalah mengetahui hasil penelitian sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang sudah diteliti oleh peneliti sebelumnya, agar hasil penelitian yang akan kita kerjakan lebih baik dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, baik pada kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan bank maupun kredit melalui koperasi. Penelitian yang mengkaji pengembalian kredit pada umumnya hanya menggunakan sampel untuk mengkaji pengembalian kredit apakah lancar atau tidak lancar. Penelitian ini menggunakan seluruh nasabah atau populasi sebagai sumber data. Kusafarida, 2003 dalam penelitiannya yang berjudul “Perbandingan Analisis Kinerja Keuangan Dan Efektivitas Penyaluran Kredit” dengan studi kasus salah satu BPR di Kecamatan Ciawi dan BPRS di Kabupaten Bogor. Dari penelitian yang telah dilakukan untuk melihat kinerja keuangan dan efektivitas penyaluran kredit pada BPR dengan sistem konvensional dan syariah di BPR Bali Dayaupaya Mandiri dan BPRS Amanah Ummah. BPR dengan sistem syariah memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menjalankan dan mengembangkan kegiatan usahanya. Hal ini terlihat dari perkembangan jumlah dana masyarakat yang dihimpun; perkembangan jumlah modal yang dimiliki; dan besar jumlah Pinjaman Yang Diberikan PYD. Sebagian besar PYD tersebut disalurkan pada pembiayaan yang bersifat produktif. Sedangkan kegiatan usaha BPR Bali Dayaupaya Mandiri cenderung menyalurkan kreditnya bersifat konsumtif. Dengan begitu BPRS Amanah Ummah memiliki peran yang lebih besar dalam membantu permodalan bagi usaha kecil. Mengenai hasil kinerja keuangan, BPR konvensional memiliki kinerja yang relatif labil, hal itu dikarenakan kondisi perekonomian dalam negeri di tahun 1997-1998 yang mengalami krisis mengakibatkan BPR dengan sistem konvensional ini membatasi penyaluran kredit karena tingkat pengembalian yang kurang kondusif, sehingga menyebabkan tingkat likuiditas dan solvabilitas yang tinggi namun memiliki tingkat rentabilitas yang rendah. Namun di tahun berikutnya 2000-2001 BPR konvensional mampu menstabilkan tingkat likuiditas dan solvabilitasnya yang diikuti oleh peningkatan rentabilitasnya. Di tahun 2002 tingkat likuiditas BPR Bali Dayaupaya Mandiri relatif rendah, namun tidak disertai dengan peningkatan tingkat rentabilitas. Hal ini dikarenakan tingkat kolektibilitas non lancarnya NPL meningkat. Sedangkan pada BPRS Amanah, jika dilihat berdasarkan analisis likuiditas, rentabilitas maupun solvabilitas menunjukkan kinerja yang relatif stabil. Dengan begitu BPR dengan sistem syariah ini memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mempertahankan kinerja keuangannya atau dengan kata lain BPR ini dapat mempertahankan tingkat kesehatannya. Alamsyah, 2007 melakukan penelitian tentang pengembalian tunggakan Kupedes di BRI unit Ciomas, Kantor Cabang Bogor. Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet Pada Kredit Umum Pedesaan Kupedes Sektor Agribisnis”. Penelitian Alamsyah bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik debitur Kupedes pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetan atau penunggakan. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian Kupedes sektor agribisnis yang menunggak. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian Kupedes pada sektor agribisnis yang menunggak terdiri dari sembilan variabel. Kesembilan variabel tersebut adalah usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, frekuensi pembinaan, pengalaman usaha, jangka waktu kredit, beban bunga, jarak tempat tinggal nasabah, dan omzet usaha. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes pada sektor agribisnis yang menunggak adalah variabel jumlah tanggungan, jarak tempat tinggal, dan omzet usaha. Jumlah tanggungan keluarga dan jarak tempat tinggal berpengaruh negatif terhadap pengembalian Kupedes. Omzet usaha berpengaruh positif terhadap pengembalian Kupedes pada sektor agribisnis yang menunggak. Hermawan, 2007 melakukan penelitian tentang pengembalian tunggakan Kupedes di BRI unit Leuwiliang, Kantor Cabang Bogor. Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengembalian Kredit Umum Pedesaan Kupedes Untuk Sektor Mikro, Kecil, Dan Menengah”. Penelitian Hermawan bertujuan untuk mendeskripsikan penyaluran Kupedes untuk sektor UMKM. Tujuan selanjutnya, adalah untuk menganalisis karakteristik pengembalian Kupedes untuk sektor UMKM. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian Kupedes untuk UMKM. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian Kupedes untuk sektor UMKM yang menunggak terdiri dari delapan variabel. Kedelapan variabel tersebut adalah usia, jarak tempat tinggal, pengalaman usaha, omzet, pengalaman mengambil kredit, jangka waktu pinjaman, plafond pinjaman, dan nilai agunan. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap keberhasilan pengembalian Kupedes pada sektor UMKM yang menunggak adalah variabel omzet, pengalaman mengambil kredit, dan jangka waktu pinjaman. Penelitian yang akan dilakukan penulis, berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari data seluruh nasabah yang mengambil pembiayaan usaha produktif di BPRS Al- Salaam Amal Salman Cinere Depok. Data yang digunakan berupa laporan kesehatan Bank dan perkembangan pengembalian pembiayaan untuk sektor usaha produktif. Penelitian ini membagi pola pengembalian pembiayaan dalam dua kelompok, yaitu nasabah dengan pengembalian lancar dan nasabah dengan pengembalian tidak lancar. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada alat analisis kuantitatif. Penelitian ini menggunakan regresi logistik biner guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian pembiayaan.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Analisis Kinerja Keuangan Bank Suatu pengukuran tingkat kesehatan bank dalam kemampuan kerja dan produktifitasnya adalah dengan menilai tingkat kinerja atau keragaan dari lembaga yang bersangkutan. Untuk menilai tingkat kesehatan tersebut dapat dilakukan dari berbagai segi yang diantaranya adalah dengan melakukan analisis Non Performing Financing, analisis rasio likuiditas, analisis rasio rentabilitas, dan analisis rasio solvabilitas.

3.1.1.1. Non Performing Financing

NPF merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola penbiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Pembiayaan dalam hal ini adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain. Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank Indonesia menetapkan batas aman NPF dibawah lima persen.

3.1.1.2. Analisis Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau