ingin mereka bayarkan karena mereka tidak ingin mengikuti program pemerintah untuk membenahi masalah kemacetan Nursusandhari dalam Agustya, 2011.
2.1.4 Regresi Logistik
Regresi Logistik atau yang lebih dikenal dengan metode logit merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengaji hubungan pengaruh peubah-
peubah penjelas X terhadap peubah respon Y melalui model persamaan matematis tertentu. Secara umum, apabila peubah respon dalam analisis regresi
adalah peubah kategorik, maka analisis regresi yang dapat digunakan antara lain analisis regresi logistik. Analisis regresi logistik dapat dibagi menjadi regresi
logistik biner, regresi logistik nominal dan regresi logistik ordinal. Secara umum, analisis regresi logistik menggunakan peubah penjelasnya,
yang dapat berupa peubah kategorik ataupun peubah numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon. Dalam analisis
regresi logistik, pemodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi dari regresi linier ke logit. Formulasi transformasi
logit tersebut adalah: Logitpi = log
ϱ
�
�� −��
� .......................................................................................2.1
P
i
adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk orang ke-i dan log
ϱ
adalah logaritma dengan basis bilangan �
.
Kategori sukses secara umum menjadi perhatian dalam penelitian.
Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah odd ratio. Nilai odd ratio yang didapat dapat mengindikasikan
seberapa lebih mungkin dalam kaitannya dengan odd ratio munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya.
2.1.5 Analisis Crosstabs – Chi Square
Menurut Trihendradi 2009, analisis crosstabs merupakan analisis dasar untuk hubungan antar variabel kategori nominal-ordinal. Penambahan variabel
kontrol untuk mempertajam analisis sangat mungkin terjadi. Crosstabs data digunakan untuk mengetahui hubungan atau distribusi respons antara variabel
data dalam bentuk baris dan kolom. Sedangkan analisis crosstabs – chi square adalah suatu analisis hubungan antar variabel data nominal Yamin, 2009.
2.1.6 Metode Regresi Linier Berganda
Analisis regresi merupakan suatu alat analisis untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas yang dinyatakan dalam koefisien
regresi. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya dapat ditentukan dan bersifat menerangkan variabel tak bebas yang nilainya tergantung kepada variabel bebas.
Menurut Gujarati 2006, dalam analisis regresi diketahui dua bentuk model yaitu model persamaan tunggal dan model persamaan simultan. Pada model persamaan
tunggal ada satu variabel tak bebas Y yang diterangkan oleh satu atau beberapa variabel X. Sementara dalam persamaan simultan, suatu variabel Y tidak hanya
ditentukan oleh variabel X tetapi beberapa variabel X juga ditentukan oleh variabel Y atau ada dua variabel Y
1
dan Y
2
yang dipengaruhi secara bersama- sama oleh suatu variabel x. Adapun penelitian ini menggunakan analisis regresi
dengan model persamaan tunggal yaitu analisis regresi linier berganda. Ordinary Least Square OLS merupakan salah satu metode yang sering
digunakan karena kemudahannya dalam mengolah data. Gujarati 1993 menyebutkan bahwa ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam model ini,
antara lain: a. Semua penaksir tak bias linier atau penaksir OLS memiliki varians
minimum. b. Varians tiap unsur disturbance e
1
tergantung conditional pada nilai yang dipilih dari variabel yang menjelaskan adalah suatu angka konstan yang
sama dengan σ
2
yang merupakan asumsi homoskedastisitas yaitu varians yang sama.
c. Tidak ada autokorelasi artinya tidak ada korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau seperti dalam
data cross sectional. d. Variabel yang menjelaskan adalah non stokastik yaitu terdiri dari angka-
angka yang tetap dan e1 didistribusikan secara normal. e. Tidak ada multikolinearitas antara variabel yang menjelaskan X.
2.2 Konsep dan Definisi
2.2.1 Kenaikan Harga BBM dan Subsidi BBM
Bahan Bakar Minyak BBM merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, pengolahan dan penyalurannya dikuasai oleh negara. Hal
ini sesuai dengan pasal 33 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara. BBM adalah sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui, yang berasal
dari endapan sisa-sisa jasad hidup yang halus dan mengandung minyak. BBM merupakan energi sekunder yang dihasilkan dari proses transformasi minyak
bumi. Menurut pasal 3 Undang-Undang No.4 tahun 1960, bahan galian minyak dan gas bumi adalah kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara, sementara
usaha pertambangan dilaksanakan oleh perusahaan negara. Pasal tersebut menjelaskan bahwa pengolahan minyak mentah dan BBM dikuasai sepenuhnya
oleh negara yang penguasaannya diwakili oleh pemerintah. Menurut Undang- Undang No.22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi dinyatakan bahwa migas
merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara dan pemerintah yang ditetapkan sebagai pemegang kuasa pertambangan.
Menurut naskah RAPBN dan Nota Keuangan setiap tahun, subsidi BBM adalah pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia kepada PT.
Pertamina pemegang monopoli pendistribusian BBM di Indonesia dalam situasi di mana pendapatan yang diperoleh PT. Pertamina dari kewajiban untuk
menyediakan BBM di tanah air adalah lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan BBM tersebut.
Subsidi BBM merupakan salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk meringankan beban konsumen, terutama untuk masyarakat menengah ke bawah.
Tujuan pemberian subsidi BBM untuk membantu masyarakat menengah ke bawah ternyata kurang tepat sasaran. Pada kenyataannya penikmat terbesar
subsidi BBM yang diberikan pemerintah adalah kelompok orang mampu karena pemberian subsidi BBM tidak membeda-bedakan golongan masyarakat. Alasan
keadilan terhadap masyarakat miskin dan defisit anggaran membuat pemerintah mulai mengurangi anggaran untuk subsidi BBM dan mengalokasikannya untuk