Analisis Nilai WTP Pengendara Mobil Pribadi terhadap Satu Liter BBM Jenis Premium Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian

3.4 Metode Analisis

3.4.1 Analisis Nilai WTP Pengendara Mobil Pribadi terhadap Satu Liter BBM Jenis Premium

Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan WTP ini meliputi Hanley dan Spash, 1993: 1. Membangun Pasar Hipotesis Pasa hipotetis dibentuk atas dasar tingginya pengeluaran pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai subsidi BBM jenis premium. Dengan harga jual BBM jenis premium yang relatif rendah, terjadi peningkatan konsumsi BBM jenis premium dan masalah-masalah baru muncul sebagai akibatnya, seperti kemacetan, polusi udara yang makin tinggi, dll. Selanjutnya pasar hipotetis dibentuk dalam skenario sebagai berikut: “Jika pemerintah Indonesia memberlakukan harga jual baru terhadap satu liter BBM jenis premium untuk menekan pengeluaran pemerintah dan untuk meningkatkan efektivitas mobilitas dengan mengurangi frekuensi penggunaan mobil pribadi dan meningkatkan frekuensi penggunaan kendaraan umum massal.” Pertanyaan yang menyangkut skenario adalah: “ Setujukah bapakibusaudarasaudari dengan kebijakan rencana kenaikan harga BBM jenis premium? Berapa besarnya biaya yang mampu bapakibusaudarasaudari untuk satu liter BBM jenis premium? 2. WTP i dapat diduga dengan nilai tengah dari kelas atau interval WTP responden ke-i. Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui WTP yang benar adalah berada di antara jawaban yang dipilih batas bawah kelas WTP dengan WTP berikutnya batas atas kelas WTP. Perhitungan dari dugaan nilai WTP pengendara mobil pribadi ditentukan dengan rumus: WTP = ∑ �= � W i , Pf i ....................................................................................... 3.1 Di mana: WTP = dugaan WTP Rp W i = batas bawah WTP pada kelas ke-i Pf i = frekuensi relatif kelas ke-i n = jumlah kelas i = sampel 1,2,3,...,n

3.4.2 Model Regresi Logistik

Metode analisis data yang digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi persepsi individu adalah logistic regression model. Regresi logistik merupakan analisis yang mengkaji hubungan pengaruh peubah-peubah penjelas X terhadap peubah respon Y melalui model persamaan matematis tertentu. Analisis regresi logistik merupakan suatu teknik untuk menerangkan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon Firdaus, 2008. Model regresi logistik ini dianggap sebagai alat yang tepat untuk menganalisis data dalam penelitian ini karena variabel dependen dalam penelitian ini yaitu respon terhadap kenaikan harga BBM jenis premium yang bersifat dikotomi. Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi logistik dengan dua pilihan binnary logistic regression yaitu regresi logistik dengan dua kategori atau binomial pada variabel dependennya “1” jika setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium, “0” jika tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium Kelebihan model regresi logistik adalah lebih fleksibel dibanding teknik lainnya, antara lain Ghozali, 2006: a. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model. Artinya variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal linier maupun memiliki varian yang sama setiap grup. b. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa merupakan campuran dari variabel kontinyu, diskrit dan dikotomis. Regresi logistik digunakan apabila distribusi respon atas variabel terikat diharapkan non linier dengan satu atau lebih variabel bebas.

3.4.2.1 Spesifikasi Model Logit untuk Respon terhadap Rencana Kenaikan Harga BBM Jenis Premium

Perumusan model secara lengkap dapat dinotasikan dalam persamaan matematis sebagai berikut: = Y = β + β 1 JK+ β 2 U + β 3 JT + β 4 P + β 5 I + β 6 IL + β 7 W+ β 8 H+ β 9 KP+ β 10 CC+µi..........3.2 di mana: Y = respon terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium JK = jenis kelamin U = usia tahun JT = jumlah tanggungan responden orang P = tingkat pendidikan I = tingkat pendapatan responden juta rupiah IL = tingkat pendapatan anggota keluarga lain juta rupiah W = kesediaan membayar terhadap satu liter BBM jenis premium rupiah H = perilaku menghemat jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium KP = konsumsi BBM jenis premium per bulan ratus ribu rupiah CC = CC mobil β = parameter µ = error terms

3.4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian

Variabel tak bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium PP, sementara variabel bebas yang digunakan adalah jenis kelamin JK, usia U, tingkat pendidikan P, jumlah tanggungan respondenJT, tingkat pendapatan responden I, tingkat pendapatan anggota keluarga lain IL, kesediaan membayar terhadap satu liter BBM jenis premium W, perilaku menghemat jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium H, tingkat konsumsi BBM jenis premium per bulan KP, CC mobil CC. Variabel-variabel ini didapat dari hasil data primer dengan menggunakan kuisioner. Berikut adalah definisi operasional pada penelitian ini: a. Respon terhadap Rencana Kenaikan Harga BBM Jenis Premium Y Variabel ini adalah respon yang dipilih oleh responden tentang kenaikan harga BBM jenis premium. Pengukuran variabel ini menggunakan ukuran nominal, di mana: • 1 = jika responden setuju terhadap kenaikan BBM jenis premium • 0 = jika responden tidak setuju terhadap kenaikan BBM jenis premium b. Jenis Kelamin JK Variabel ini mencerminkan jenis kelamin responden. Variabel ini terdiri dari dua kategori, yaitu jenis kelamin pria dan jenis kelamin perempuan. Pengukuran variabel ini menggunakan ukuran nomial, di mana: • 1 = pria • 0 = wanita c. Usia U Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan usia responden. Variabel ini berupa data metrik dan diukur dengan ukuran rasio dengan satuan tahun. d. Jumlah Tanggungan Responden JT Variabel ini mencerminkan jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh responden. Variabel ini diukur dengan menggunakan ukuran rasio dengan satuan orang. e. Tingkat Pendidikan P Variabel ini merepresentasikan latar belakang pendidikan responden. Variabel ini berupa variabel politom yang terdiri dari empat kategori. Variabel ini diukur dengan menggunakan ukuran ordinal, di mana: • 1 = Sekolah Dasar SD • 2 = Sekolah Menengah Pertama SMP • 3 = Sekolah Menengah Atas SMA • 4 = Perguruan Tinggi Diploma, S1, S2, S3 f. Tingkat Pendapatan Responden I Variabel ini mencerminkan pendapatan yang diterima responden. Variabel ini diukur dengan menggunakan ukuran rasio dengan satuan juta rupiah. g. Tingkat Pendapatan Anggota Keluarga Lain IL Variabel ini mencerminkan pendapatan yang diterima oleh anggota keluarga lain dari masing-masing responden. Variabel ini diukur dengan menggunakan ukuran rasio dengan satuan juta rupiah. h. Kesediaan Membayar terhadap Satu Liter BBM Jenis Premium W Kesediaan Membayar WTP yang diberikan oleh responden menggunakan ukuran rasio dengan satuan rupiah. i. Perilaku Menghemat Jika Terjadi Kenaikan Harga BBM Jenis Premium H Variabel ini merupakan pilihan yang diberikan kepada konsumen apabila terjadi kenaikan harga BBM jenis premium. Variabel ini menggunakan ukuran ordinal di mana: • 1 = menghemat konsumsi BBM jenis premium jika terjadi kenaikan harga • 0 = tidak menghemat konsumsi BBM jenis premium jika terjadi kenaikan harga j. Tingkat Konsumsi BBM Jenis Premium per Bulan KP Variabel ini mencerminkan jumlah premium yang dikonsumsi oleh responden tiap bulan. Variabel ini diukur dengan menggunakan ukuran rasio dengan satuan ribu rupiah. k. CC Mobil CC Variabel ini merupakan CC mobil yang dimiliki oleh responden dan menggunakan ukuran nominal.

3.4.4 Model Analisis Regresi Linier Berganda