Penanganan Kasus Demonstrasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Oleh Anggota Markas Komando Brigade Mobil Resimen Ii Pelopor (Analisis Uu No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia).

(1)

Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Pratiwi Wulandari Meiliana NIM : 1111048000063

K O N S E N T R A S I H U K U M K E L E M B A G A A N N E G A R A P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

F A K U L T A S S Y A R I A H D A N H U K U M U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I

S Y A R I F H I D A Y A T U L L A H J A K A R T A


(2)

(3)

(4)

(5)

BAKAR MINYAK OLEH ANGGOTA MARKAS KOMANDO BRIGADE MOBIL RESIMEN II PELOPOR (Analisis UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437H/2016M.

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan penemuan sebuah kasus penanganan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh anggota Markas Komando Brigade Mobil Satuan II Pelopor merujuk kepada pasal 2 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bagaimana implementasi sebuah fungsi kepolisian yang digambarkan oleh Negara dengan kejadian nyata di masyarakat. Penelitian ini penting untuk melihat bagaimana bentuk pelayanan oleh Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam penanganan kasus demonstrasi, mekanisme pengamanan demonstrasi yang dilakukan oleh anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dan faktor yang mempengaruhi anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam melakukan penanganan demonstrasi.

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris normatif dengan menerapkan pendekatan perundang-undangan (statute approachi), pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan perbandingan (comparative approach) menggunakan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh Markas Komando Brigade Mobil Resimen II Pelopor untuk membuktikan bentuk pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan fungsi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia sendiri.

Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pelayanan yang dilakukan anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam melakukan penanganan


(6)

pengamanan kepada Kapolda setelah melakukan pengamanan. Mekanisme penanganan demonstrasi dimulai pada persiapan apel penunjukan personel yang akan ditugaskan untuk melakukan pengamanan sampai pada persiapan di tempat dilakukannya demonstrasi, kemudian tindakan yang dilakukan dalam menghadapi demonstran yang mulai melakukan tindakan yang berstatus Ancaman Gangguan sampai dengan berstatus anarkis sampai pada tahap akhir dimana kondisi sudah kondusif dan penyerahan tanggung jawab pemeliharaan situasi kamtibmas kembali kepada satuan kewilayahan.

Kemudian Faktor yang mempengaruhi pengamanan demonstrasi harga bahan bakar minyak yang dilakukan oleh anggota Satuan II Pelopor Mako Brimob terbagi menjadi 2 faktor yaitu Faktor Internal, dimana sikap mental berupa ketidaksiapan dan pengendalian diri atau emosi yang berlebihan dari masyarakat dalam menerima perubahan situasi menyebabkan masyarakat cenderung menimbulkan aksi anarkis. Faktor Eksternal, yaitu Kesigapan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melayani masyarakat sebagai salah satu bentuk perwujudan dari salah satu fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia terlebih lagi bentuk pendidikan yang diberikan kepada Anggota Brimob yang tergolong keras dan dituntut untuk menguasai berbagai bidang salah satunya dalam hal menembak lawan dalam keadaan diam maupun didalam kendaraan bergerak sampai pada keahlian penjinakan bom. Hal ini dilakukan karena tugas yang diemban tergolong cukup berat apabila disetarakan dengan fungsi satuan polisi Dalmas.

Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MH Daftar Pustaka : dari tahun 1981 s.d tahun 2009


(7)

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat, nikmat serta anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PELAYANAN MARKAS KOMANDO BRIGADE MOBIL RESIMEN II PELOPOR DALAM PENANGANAN DEMONSTRASI KASUS KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2014”. Sholawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan alam semesta Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH dan Drs. Abu Thamrin, SH., M.Hum selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan arahan serta masukan atas penyusunan skripsi ini.


(8)

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Bapak Nur Habibi, SH.I., MH dan Bapak Nur Rohim Yunus, LL.M yang telah memberikan banyak bantuan dan ilmu dengan tulus dan ikhlas.

5. Staff pegawai Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dengan kesungguhan hati.

6. Staff dan pegawai perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada Ibunda Elida Suprini dan Ayahanda Tohari yang terkasih dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Terima kasih atas segalanya yang telah diberikan, tiada kata yang dapat menggambarkan perjuangan Ibunda dan Ayahanda untukku.

8. Kepada Adikku Dinda Septiarini, terima kasih telah memberi semangat agar menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Bapak Tan Siang Surya, Bapak Slamet Haryadi, Bapak Hengky Marindo, terima kasih atas kesediaannya mengizinkan saya bekerja sambil kuliah.


(9)

11. Kepada teman – teman KKN Al-Fatih, Sunan Parera, S.Kom , Rahmat Juniawan, S.Kom , Dennis, Ahmad Subhan, Andhika, Raka Bella Rifky, Nur Aslihah, Khridmadanty Angelita, Siti Sarah Anggraini, Utami Nur Kholifah, Eni Rahayu, Ningrum Lestary terima kasih atas perkenalan indah dan semangat yang tiada henti dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Kepada sahabat karib, Ade Citra Armeed dan Ika Rachmawati, terima

kasih atas dukungan moril yang diberikan untuk penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada teman – teman Team Support Royal Agency of Universe, Mba Sri Tari, Jeanneth Arttia Absal, Mba Aan Arafah, Ari Irawan, Mba Dwi Octorianie, Bapak Usmajaji, terima kasih atas nasihat yang membangun sehingga penulis tetap optimis dalam menyelesaikan skripsi ini

14. Kepada Kakak Zulpan, terima kasih telah mengajar dan membimbing saya dalam belajar Bahasa Arab.

15. Kepada kekasihku Egi Suwardiyanto, terima kasih telah memberikan saran dalam pembuatan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca. Sekian dan terima kasih.

Jakarta, 25 Juli 2016 Pratiwi Wulandari Meilian


(10)

PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 12

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ... 16

F. Metode Penelitian ... 19

G. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II. PELAYANAN PRIMA LEMBAGA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA A. Pengertian Pelayanan Prima ... 24

B. Ruang Lingkup Pelayanan Prima ... 30

C. Perihal Tugas Pokok Kepolisian... 36

D. Pengertian Pelayanan Demonstrasi... 40


(11)

Indonesia... 51 B. Visi, Misi, Tugas, Wewenang dan Struktur Kepolisian Negara

Republik Indonesia ... 60 C. Kedudukan Brimob di Dalam Lingkup Kepolisian Negara Republik

Indonesia ... 64

BAB IV. PENGAMANAN DEMONSTRASI DALAM KASUS KENAIKAN

HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARKAS

KOMANDO BRIGADE MOBIL RESIMEN II PELOPOR

A. Bentuk Pelayanan Dalam Pengamanan Kasus Demonstrasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Oleh Satuan Brigade Mobile Resimen II Pelopor... 67 B. Mekanisme Pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar

minyak oleh anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor …… 85 C. Faktor Yang Mempengaruhi Pengamanan Demonstrasi Kenaikan

Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Tahun

2014... 90

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 94 B. Saran ... 96


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi sebagaimana dicantumkan didalam pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.1 Secara eksplisit Indonesia telah memiliki prinsip dalam bernegara yaitu memberikan kekuasaan penuh kepada rakyat terutama untuk memilih kepala negara beserta jajaran dibawahnya yang nantinya dapat menjalankan pemerintahan sesuai dengan keinginan rakyat.

Namun dalam sistem demokrasi memiliki 2 macam bentuk, yaitu :2

1. Demokrasi Langsung, yaitu semua warga negara secara langsung memilih serta ikut memikirkan jalannya pemerintahan, bahkan semua orang ikut memerintah. 2. Demokrasi Perwakilan, yaitu tidak semua orang warga negaranya diikutsertakan

secara langsung dalam pemerintahan, tetapi mereka itu memilih perwakilan diantara mereka yang duduk didalam badan-badan perwakilan atau parlemen. Apabila berpedoman dari pengertian diatas tentang bentuk demokrasi, Indonesia masuk kedalam kategori sistem demokrasi perwakilan dimana rakyat diberikan kuasa

1

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2 Titik Triwulan Tutik,

Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), cet. Ke 1, h.93


(13)

untuk memilih beberapa perwakilannya, diantaranya dijelaskan pada Pasal 22E ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden, Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.”.

Rakyat hanya dapat memilih perwakilan anggota DPR, DPD, Presiden, Wakil Presiden dan anggota DPRD, sedangkan badan perwakilan lainnya dipilih tidak secara langsung oleh rakyat, beberapa diantaranya adalah Ketua dan Wakil ketua Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dipilih oleh Hakim Agung, Hakim Agung dipilih atas persetujuan Komisi Yudisial dan anggota Komisi Yudisial dipilih oleh presiden dengan persetujuan DPR.3

Didalam pembagian kekuasaan negara pada mulanya yaitu semasa pra konstitusi kekuasaan negara umumnya dipegang oleh satu tangan, yaitu Raja. Lambat laun dengan adanya perkembangan kehidupan kenegaraan kekuasaan yang terdapat dalam tangan raja, secara perlahan diserahkan kepada badan kenegaraan lain.4 Dapat dikatakan pula dalam hal ini pemikiran setiap manusia yang dinamis dari masa ke masa tak terkecuali dalam sistem pembagian kekuasaan, dimana pada awalnya kekuasaan penuh berada di tangan Raja, kemudian berproses menjadi lebih baik yaitu

3

Pasal 24A ayat (4) dan Pasal 24B ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4


(14)

dengan memberikan pemisahan kekuasaan yang diserahkan kepada badan kenegaraan lain.

Dalam pembagian kekuasaan negara, beberapa nama yang memiliki andil dalam memberikan teori ini yaitu John Locke dan Montesquieu. Dimana dalam terori pembagian kekuasaan John Lock membaginya menjadi 3 kekuasaan masing-masing yaitu kekuasaan legislatif (kekuasaan membuat undang-undan), yudikatif (pelaksana undang-undang) dan kekuasaan federatif (kekuasaan meliputi perang dan damai, membuat perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan semua orang dan badan-badan diluar negeri.

Namun pemikiran John Locke ini kemudian dikembangkan oleh Montesquieu. Menurut Montesquieu, kekuasaan negara itu dibagi kedalam tiga kekuasaan dan masing-masing kekuasaan dipegang oleh satu badan kenegaraan yang terpisah antara satu dengan lainnya. Ketiga kekuasaan tersebut adalah kekuasaan legislatif (kekuasaan membuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang) dan kekuasaan yudikatif (pengawas pelaksanaan undang-undang). Teori Montesquieu juga dikenal dengan “Pemisahan Kekuasaan” (Separation of Power).5

Namun didalam sistem pemerintahan Indonesia dilihat dari pembagian kekuasaannya, pada dasarnya tidak menganut sistem pemisahaan kekuasaan (Trias Politika) sebagaimana diajarkan oleh Montesquieu, melainkan menganut sistem pembagian kekuasaannya, karena :

5


(15)

1. UUD 1945 tidak membatasi secara tajam, bahwa setiap kekuasaan itu harus dilakukan oleh satu organ/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan; 2. UUD 1945 tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas tiga bagian saja dan juga

tidak membatasi pembagian kekuasaan dilakukan oleh tiga orang/badan saja; 3. UUD 1945 tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan oleh MPR,

Pasal 1 ayat 2, kepada lembaga negara lainnya6

Oleh karena itu penerapan kekuasaan negara di Indonesia tidak sepenuhnya mengikuti ajaran Montesquieu, tetapi lebih dikembangkan lagi dari segi pengertian dan pembagiannya. Dapat dikatakan pula teori Montesquieu ini merupakan asal muasal penerapan kekuasaan negara di Indonesia.

Dalam perjalanannya, sistem ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar sejak adanya amandemen UUD 1945 yang dilakukan oleh MPR pada tahun 1999 hingga 2002. Perubahan tersebut dilatarbelakangi adanya kehendak untuk membangun pemerintahan yang demokratis dengan Check and Balances yang setara dan seimbang diantara cabang – cabang kekuasaan, mewujudkan supremasi hukum dan keadilan, serta menjamin dan melindungi hak asasi manusia.7

6

Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Ngara,(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), Cet. Ke I, h. 106-107

7 Mahkamah Konstitusi,

Cetak Biru: Membangun Mahkamah Konstitusi sebagai Institusi Peradilan Konstitusi yang Modern dan Terpercaya,(Jakarta: Mahkamah Konstitusi, 2004), h.3


(16)

Berkaitan dengan kelembagaan negara, perubahan pertama UUD 1945 memuat pengendalian kekuasaan presiden, tugas serta wewenang DPR dan Presiden dalam hal pembentukan undang-undang. Perubahan kedua, UUD 1945 menata ulang keanggotaan, fungsi, hak, maupun cara pengisiannya. Perubahan ketiga, membahas ulang kedudukan dan kekuasaan MPR, jabatan presiden yang berkaitan dengan tata cara pemilihan dan pemilihan secara langsung, pembentukan lembaga negara baru meliputi Mahkamah Konstitusi, Dewan Perwakilan Daerah, dan Komisi Yudisial serta Pengaturan tambahan BPK. Perubahan keempat UUD 1945, meliputi keanggotaan MPR, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahap kedua dan kemungkinan Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap serta kewenangan presiden.8

Secara lengkap hasil perubahan kelembagaan negara diperlihatkan dalam bagan berikut :

Struktur Kelembagaan Negara Sebelum Amandemen UUD 1945 MPR

UUD 1945

8

Tutik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, h. 123-124 DPR Kekuasaan Legislatif BPK Kekuasaan Eksaminatif (Inspektif) Presiden Wapres Kekuasaan Pem. Neg (Kekuasaan Eksekutif) DPA Kekuasaan Konsultatif MA Kekuasaan Kehakiman (Kekuasaan Yudikatif)


(17)

Strukur Kelembagaan Negara Setelah Perubahan UUD 19459 UUD 1945

Berdasarkan bagan diatas, terlihat bahwa UUD 1945 setelah dilakukan amandemen menetapkan 4 kekuasaan dan 7 lembaga negara. Berikut hasil pemahaman penulis mengenai 4 bentuk kekuasaan tersebut :

1. Kekuasaan Eksaminatif

Merupakan kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Pengertian ini didasari pada pasal 23E, 23F dan 23G UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang mengatur tentang hal ini. Pada pasal 23E UUD NRI 1945 menyatakan bahwa :

Ayat (1) : “Untuk memeriksa pengelolaan tanggung jawab tentang kekuasaan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Peraturannya ditetapka oleh undang-undang.

9

Titik Triwulan Tutik, h.125 BPK

Kekuasaan Eksaminatif

MPR DPD DPR

Kekuasaan Legislatif Presiden Wapres Kekuasaan Pem. Neg (Kekuasaan Eksekutif) Kekuasaan Kehakiman (Kekuasaan Yudikatif MK MA KY


(18)

Ayat (2) : “Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan rakyat, Dewan Perwakilan daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai kewwenangannya.

Ayat (3) : “Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.”

2. Kekuasaan Legislatif

Merupakan kekuasaan yang memiliki fungsi untuk membuat atau menciptakan produk undang-undang. Oleh karena itu terciptalah lembaga negara yang masuk kedalam kategori legislatif ini, antara lain Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Diatur didalam pasal 2, pasal 3, pasal 19, pasal 20, pasal 22C, dan 22D UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Kekuasaan Eksekutif10

Merupakan lembaga negara yang berfungsi sebagai pelaksana undang-undang. Dimana lembaga negara yang menjadi kedalam kategori ekskutif ini adalah Presiden, Wakil Presiden serta jajaran cabinet dalam pemerintahan. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 4 UUD 1945 ;

Ayat (1) : “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang dasar.

Ayat (2) : “Dalam melaksanakan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.”

10


(19)

4. Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan ini memiliki peran untuk mengawal serta memantau jalannya perundang-undangan atau penegakkan hukum di Indonesia. Diatur didalam BAB IX UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimana lembaga yang masuk dalam kategori yudikatif adalah Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial (KY).

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah kepolisian nasional yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan tugas tugas lainnya, Polri harus berhubungan baik dengan pihak-pihak luar, baik di tingkat nasional maupun daerah. Hubungan kerja Polri dalam ruang lingkup administrasi negara (termasuk DPR dan BPK) dalam sistem peradilan pidana (Kejaksaan dan peradilan) dan pertahanan (TNI) memerlukan keserasian. Disamping itu hubungan dengan partai politik dan organisasi kemasyarakatan lainnya juga perlu diperhatikan tak terkecuali dengan media massa.11

Polri merupakan institusi yang tergabung kedalam kekuasaan eksekutif dimana dalam hal tugas pokok yang dijalankannya dijelaskan secara rinci oleh UUD NRI 1945 dan UU dibawahnya. UUD yang mengatur tentang Polri ini pada pasal 30 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi, “Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat

11 Awaloedin Djamin,

Sistem Administrasi Kepolisian: Kepolisian Negara Republik Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2011), cet. Ke I, h. 50


(20)

bertugas mempertahankan, melindungi mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum.

Jika diperhatikan pada tugasnya dalam hal menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta melayani dan mengayomi masyarakat, tentunya Polri langsung bersentuhan dengan masyarakat. Disnilah peran Polri terlihat dari beberapa kasus demonstrasi yang dilakukan oleh oknum masyarakat yang memiliki kepentingan lain, sejauh mana sikap Polri dalam hal ini.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan ini, maka permasalahan penelitian ini akan dibatasi. Pelayanan publik disini memiliki lingkup yang sangat luas, oleh karena itu disini difokuskan kepada bentuk pelayanan prima oleh Anggota Markas Komando (Mako) Brigade Mobile (Brimob) Resimen II Pelopor dalam penanganan demonstrasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tahun 2014. Dimana lokasi dari Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob) Resimen II Pelopor berada di Kedunghalang Bogor, Jawa Barat.

2. Rumusan Masalah

Menurut peraturan perundang-undangan dari terbentuknya Kepolisian, dimana salah satu tugas dan fungsi kepolisian adalah memberikan pelayanan dalam bidang hukum kepada masyarakat. Disinilah dalam prakteknya dapat diketahui bagaimana bentuk pelayanan prima yang diberikan oleh anggota Mako Brimob


(21)

Polri kepada masyarakat. Rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk pelayanan yang dilakukan oleh Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ?

b. Bagaimana Mekanisme pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh anggota Mako Brimon Resimen II Pelopor ?

c. Apa faktor yang mempengaruhi anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam melakukan penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:

a. Memberikan informasi perihal bentuk pelayanan yang dilakukan oleh anggota Mako Brimob Resimen II pelopor dalam penanganan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

b. Memberikan informasi perihal mekanisme penanganan yang dilakukan anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam kasus demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).


(22)

c. Memberikan informasi tentang apa saja faktor yang mempengaruhi anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam menangani kasus demonstrasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Secara teoritis, penelitian ini memberikan penjelasan tentang Bentuk Pelayanan Prima di Lingkungan Markas Komando Brigade Mobile Resimen II Pelopor.

b. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada para peminat hukum tata negara dan praktisi ketatanegaraan dalam melihatseperti apa bentuk pelayanan yang dilakukan oleh anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dan faktor apa saja yang mempengaruhi dalam penanganan kasusdemonstrasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun 2014.

c. Secara akademis, penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.


(23)

D.Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Dimulai dengan mengutip alinea ketiga dari pembukaan UUD NRI Tahun 1945 bahwa, “...untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia...”. Dilanjutkan pada pasal 18A ayat (2) dijelaskan “Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.”

disini dapat dilihat bahwa Negara menginginkan warga negaranya terlindungi dan salah satu bentuk perlindungannya dengan memberikan pelayanan kepada setiap individunya

Kemudian didalam Undang – Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik difokuskan kembali pada standar pelayanan dalam memberikan sebuah pelayanan, terdapat pada pasal 20 ayat (1), (2), (3), (4) dan pasal 21. Disini sebuah lembaga negara diberikan kemudahan untuk memberikan pelayanan prima yaitu dengan adanya standarisasi pelayanan, agar tujuan dari pelayanan terhadap masyarakat ini tepat sasaran dan segera terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat.

Hasil dari kolaborasi kedua pedoman diatas maka terciptalah tugas dan wewenang dari Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Undang – Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu pada pasal 13, 14, 15, 16, 17, 18 dan 19.


(24)

2. Kerangka Konseptual

Pada bagian ini akan dikemukakan konsep dasar yang digunakan sebagai dasar operasional dalam penelitian ini, antara lain adalah pelayanan prima, kepolisian Republik Indonesia, Kedudukan Brimob dalam struktur Kepolisian.

a. Pelayanan Prima

Pelayanan prima merupakan terjemahan istilah ”excellent service” yang

secara harfiah berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi pemberi pelayanan. Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Agenda perilaku pelayanan sektor publik menyatakan bahwa pelayanan prima adalah:

a) Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan atau pengguna jasa.

b) Pelayanan prima ada bila ada standar pelayanan.

c) Pelayanan prima bila melebihi standar atau sama dengan standar.

Pelayanan prima pun tidak luput dari bagian Pelayanan publik, Seperti dijelaskan di dalam pasal 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dimana yang dimaksud pelayanan publik adalah Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundag-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk


(25)

atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Selanjutnya pada pasal 2 pun lebih dispesifikasikan penyelenggara pelayanan publik ini merupakan institusi penyelenggaraan negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

b. Kepolisian Negara Republik Indonesia

Pelayanan prima bisa dalam hal apa saja seiring dengan keinginan dan pemikiran masyarakat yang semakin bervariasi, salah satu pembahasan pelayanan prima disini adalah pelayanan dalam bentuk hukum yang dilakukan oleh salah satu bagian dari lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu Brigade Mobile (Brimob).

Pelayanan yang harus diemban oleh anggota Polri ini secara legal diperjelas didalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dimana pada pasal 2 dijelaskan secara umum fungsi kepolisian adalah sebagai fungsi pemerintahan negara dalam bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat , penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat diikuti dengan beberapa peraturan perundang-undangan dan peraturan Kapolri yang dapat


(26)

mendukung tugas polri untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat demi keamanan dan ketertiban dapat ditegakkan.

c. Brimob Polri Sebagai Bagian Dari Institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia

Tugas dan Wewenang Brimob diatur dalam Lampiran “I” Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/10/IX/1996 tanggal 16 September 1996 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Korp Brimob Polri pasal 1, yang menyebutkan bahwa Korp Brimob Kepolisian Negara Indonesia disingkat Korbrimob adalah badan pelaksana pada tingkatMarkas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berkedudukan dibawah Kapolri.

Pada pasal 2 dijelaskan bahwa Korbrimob bertugas membina kemampuan dan mengerahkan kekuatan Brimob guna menanggulangi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat berkadar tinggi, terutama pada kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau bahan peledak dan bersama-sama dengan unsur pelaksana operasional kepolisian lainnya mewujudkan tertib hukum dan ketentraman masyarakat.12

d. Lembaga Negara

Lembaga Negara adalah lembaga pemerintahan atau "Civilizated Organization" dimana lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan

12 Veri Triyanto dalam Skripsinya yang berjudul, “

Hubungan Motif Afiliasi Dengan Sikap

Anggota Polri Dalam Memberikan Pelayanan Kepolisian”,(Jakarta : Universitas Indonesia, 2003),hal.25


(27)

untuk negara dimana bertujuan untuk membangun negara itu sendiri. Lembaga negara terbagi dalam beberapa macam dan mempunyai tugas masing-masing.

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

No. Aspek Perbandingan Studi Terdahulu

1. a. Judul Skripsi

b. Fokus

Hubungan Motif Afiliasi Dengan Sikap

Anggota Polri Dalam Memberikan

Pelayanan Kepolisian .

Apakah ada perbedaan motif afiliasi yang signifikan antara anggota Yanmas dengan anggota Brimob, Apakah ada perbedaan sikap dalam memberikan pelayanan kepolisian yang signifikan antara anggota Yanmas dengan anggota Brimob, Apakah motif afiliasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan anggota Polri dalam memberikan pelayanan kepolisian.


(28)

c. Waktu/Tempat Universitas Indonesia, Depok 2003 2. a. Judul Skripsi

b. Fokus

c. Waktu/Tempat

Upaya Humas Polri Dalam Membangun Kepercayaan Masyarakat

Sejauh mana tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri, Upaya – upaya apa saja yang dilakukan Humas Polri dalam membangun kepercayaan masyarakat

Universitas Indonesia, Depok 2005 3. a. Judul Skripsi

b. Fokus

Perbandingan Persepsi Antara Polisi dan Mahasiswa Terhadap Perilaku Agresif Dalam Aksi Demonstrasi

Apakah ada perbedaan persepsi antara Polisi dan Mahasiswa terhadap perilaku agresif yang terjadi dalam aksi demonstrasi, Bagaimana persepsi Polisi dan Mahasiswa terhadap terjadinya perilaku agresif selama


(29)

c. Waktu/Tempat

aksi demonstrasi berlangsung.

Universitas Indonesia, Depok 2003

Dari ketiga studi terdahulu yang penulis paparkan, terdapat persamaan dan perbedaan dengan penulisan skripsi yang penulis buat. Dimulai pada studi pertama, dalam penulisannya objek yang dibahas memiliki kemiripan yaitu mengambil objek anggota kepolisian Republik Indonesia, namun yang membedakan adalah objek yang penulis paparkan lebih spesifik dan satu jenis saja, yaitu Anggota Mako Brimob Polri Resimen II Pelopor. Didalam tulisan ini penulis lebih memfokuskan pembahasan kepada bentuk penanganan demonstrasi sebagai upaya pelayanan prima yang diberikan oleh Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor.

Pada studi kedua, yang difokuskan untuk dibahas adalah upaya humas Polri dalam membangun kepercayaan masyarakat. Dimana kemiripannya hanya terdapat pada objek yang dibahas saja, dari segi pembahasan isi sangatlah berbeda, dimana pada studi kedua pembahasan tertuju kepada upaya humas Polri dalam membangun kepercayaan masyarakat sedangkan skripsi yang penulis buat pembahasan tertuju pada upaya yang dilakukan oleh Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam penanganan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014.


(30)

Masuk kepada studi ketiga, kemiripan terlihat pada pembahasan demonstrasinya saja. Dimana pada studi ketiga pembahasan difokuskan pada perbandingan persepsi antara polisi dan mahasiswa terhadap perilaku demonstrasi, tidak dispesifikasikan demonstrasi dalam bentuk apa, sedangkan skripsi yang penulis buat difokuskan kepada bentuk penanganan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak yang dilakukan anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor pada tahun 2014 sebagai upaya pelayanan prima Anggota Brimob.

Pada intinya skripsi ini memfokuskan kepada bentuk pelayanan dalam penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dan faktor apa saja yang mempengaruhi Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam penanganan kasus demonstrasi sebagai upaya pemberian pelayanan prima kepada masyarakat.

F. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Penelitian jenis ini hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.13Penelitian

13 Amirudin dan Zainal Asikin,

Pengantar Metode Penelitian Hukum, cet.I,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.118 .


(31)

ini berlandaskan norma-norma hukum yang berlaku yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

2. Pendekatan Masalah

Dalam penelitian hukum normatif terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan ini, Penulis akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang akan dibahas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum normatif yaitu:14 pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus, pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan pendekatan konseptual. Dalam penelitian ini pendekatan yang Penulis gunakan adalah pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus dan pendekatan konseptual.

3. Bahan Hukum

b. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum bersifat otoritatif.Artinya sumber-sumber hukum yang dibentuk oleh pihak yang berwenang.Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan resmi dalam pembuatan perundang-undangan.15 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

14

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, cet.VI,(Jakarta: Kencana,2010),h.93. 15

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cet.IV,(Malang: Bayumedia Publishing, 2008), h.141.


(32)

Negara Republik Indonesia, Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2009 tentang Sistem Operasional Kepolisian Negara Republik Indonesia, Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan Huru Hara, Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009

tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian,

PROTAP/1/X/2010 tentang Penanggulangan Anarki.

c. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.16 Terdiri dari buku-buku teks, jurnal hukum, kamus hukum, hasil penelitian yang berkaitan dengan Pelayanan publik terlebih pelayanan dalam bidang hukum oleh bagian dari lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu Brimob.

4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum primermaupun bahan hukum sekunder diklasifikasikan sesuai isu hukum yang akan dibahas. Kemudian bahan hukum tersebut diuraikan untuk mendapatkan penjelasan yang sistematis.Pengolahan bahan hukum bersifat deduktif yaitu menarik kesimpulan yang menggambarkan permasalahan secara umum ke permasalahan yang khusus atau lebih konkret.

16

Asmirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, Cet. Kesatu),h.119.


(33)

Setelah bahan hukum itu diolah dan diuraikan kemudian Penulis menganalisisnya (melakukan penalaran ilmiah) untuk menjawab isu hukum yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

5. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet. 1. 2012.”

G.Sistematika Penulisan

Pada bagian ini, penulis akan mensistematisasi persoalan-persoalan yang akan dibahas dengan membagi ke dalam beberapa bab sebagai langkah sistematisasi. Pada setiap bab terdiri dari sub-sub bab akan membuat tulisan lebih terarah, saling mendukung dan menjadi satu kesatuan yang utuh, sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritis dan konseptual, tinjauan (review), metode penelitian, pedoman penulisan skripsi dan sistematika penulisan.


(34)

BAB II Pelayanan Prima Lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia

Terdiri dari pengertian dan ruang lingkup dari pelayanan prima secara keseluruhan dari berbagai aspek maupun spesifikasi terhadap pelayanan prima Polri serta perihal tugas pokok Kepolisian.

BAB III Brimob sebagai bagian dari Kepolisian Negara Republik Indonesia

Terdiri dari Struktur Organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kedudukan Brimob di dalam lingkup Kepolisian Negara Republik Indonesia dilengkapi pula dengan tinjauan terhadap Undang – Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

BAB IV Pengamanan Demonstrasi Dalam Kasus Kenaikan Harga Bahan Bahar Minyak (BBM) Markas Komando Brigade Mobil Resimen II Pelopor

Terdiri dari bentuk penanganan, mekanisme penanganan dan faktor yang mempengaruhi pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor.

BAB V Penutup

Berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian. Dilengkapi juga dengan saran saran yang dapat membantu untuk dapat menjadikan pelayanan prima di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia menjadi lebih baik.


(35)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS MENGENAI PELAYANAN PRIMA LEMBAGA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Pengertian Pelayanan Prima

Perkembangan kehidupan masyarakat dewasa ini cenderung semakin kompleks. Hal ini ditandai dengan semakin beragam dan meningkatnya harapan masyarakat atas terpenuhinya kebutuhan pokok. Namun seringkali upaya pemenuhan harapan masyarakat tersebut dihadapkan dengan semakin terbatasnya sumber-sumber daya yang ada.

Pemenuhan harapan masyarakat ini pun dapat dikatakan sebagai bentuk sebuah pelayanan terhadap masyarakat tersebut agar tercapainya sebuah kepuasan dalam interaksi sosial. Standarisasi sebuah pelayanan yang baik adalah pelayanan yang memberikan kepuasan terhadap masyarakat sebagai tujuan pelayanan tersebut dibentuk dan meminimalisir kesalahan yang dibuat oleh si pemberi pelayanan. Semakin banyak respon kepuasan yang diberikan, maka dapat dikatakan pelayanan tersebut berhasil diterapkan dan untuk mencapai hal tersebut maka pelayanan yang diberikan harus bersifat maksimal atau dengan kata lain disebut dengan pelayanan prima.1

1

Sinambela, Sigit, Rusman, Akhmad, Didit, Djohan, Syaifudin,Reformasi Pelayanan Publik : Teori, Kebijakan, dan Implementasi,(Jakarta: Bumi Aksara,2006), h. 3.


(36)

Sebelum masuk kedalam pengertian pelayanan prima, terlebih dahulu menelaah pengertian dari sebuah pelayanan itu sendiri. Apa sebenarnya arti dari sebuah pelayanan ? maka jawabannya akan beraneka ragam dari banyak sumber, dan disini penulis akan menelaah sedikit demi sedikit pengertian yang beraneka ragam tersebut dan merangkumnya dalam sebuah kesimpulan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti pelayanan adalah :2(1) Perihal atau cara melayani, (2) Usaha melayani kebutuhan orang lain, (3) Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Kemudian pengertian lain dari pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik3.

Pengertian pelayanan pun dapat dikaitkan dengan istilah S.E.R.V.I.C.E :

1.Istilah pertama,

a. Self awarness : Menanamkan kesadaran diri, menanamkan

pelayanan dengan benar

b. Enthusiasm : Pelayanan dengan penuh gairah c. Reform : Memperbaiki kinerja pelayanan

d. Value : Pelayanan dengan nilai tambah

2

Kbbi.web.id, diunduh pada tanggal 10 November 2015 pukul 22.12 wib

3

Sinambela, Sigit, Rusman, Akhmad, Didit, Djohan, Syaifudin,Reformasi Pelayanan Publik : Teori, Kebijakan, dan Implementasi, h. 5.


(37)

e. Impressive : Penampilan menarik

f. Evaluation : Mengevaluasi layanan 2. Istilah kedua,

a. Self Esteem : Nilai pada diri sendiri

b. Exceed Expectation : Melampaui harapan pelanggan c. Recover : Merebut kembali

d. Vision : Visi

e. Improve : Peningkatan

f. Care : Perhatian

3. Istilah ketiga,

a. Self Awareness & Self Esteem : Kesadaran dalam tugas dan menjaga

martabat diri dan pelanggan

b. Emphaty & Enthusiasm : Empati dan gairah

c. Vision & Victory : Visi dan kemenangan semua pihak

d. Initiative & Impressive : Inisiatif dan mengesankan

e. Care & Cooperative : Pengertian dan kerjasama yang baik

f. Empowerment & Evaluation : Pemberdayaan diri dan evaluasi4

Dalam suatu pelayanan, tentulah kualitas pelayanan merupakan hal yang penting untuk dipertahankan. Kualitas pelayanan berhubungan erat

4

Nina Rahmayanty, Manajemen Pelayanan Prima, (Bandung : Graha Ilmu, 2010), cet. ke 1, hal. 15-16.


(38)

dengan pelayanan yang sistematis dan komprehensif yang lebih dikenal dengan konsep pelayanan prima.Pelayanan primaadalah5 pelayanan yang diberikan kepada pelanggan (masyarakat) minimal sesuai denganstandar pelayanan (cepat, tepat, akurat, murah, ramah).

Adapun beberapa pendapat para ahli dalam mengemukakan pengertian dari pelayanan prima sendiri, diantaranya:

1) Menurut Philip Kottler6, “ Pelayanan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang bermanfaat atau yang diberikan oleh satu atau beberapa pihak kepada pihak lain untuk dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan yang pada dasarnya bersifat berwujud dan tidak akan menimbulkan kepemilikan apapun kepada yang menerimanya.

2) Menurut AS. Moenir7, “ Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung diterima. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan tindakan yang dilakukan orang lain agar masing-masing memperoleh keuntungan yang diharapkan dan mendapat kepuasan

5

Sedarmayanti,Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan (mewujudkan pelayanan prima dan kepemerintahan yang baik,(Bandung : Refika Aditama, 2009),h. 248

6

Philip Kottler, Marketing Management : Analisis Planning, Implementation and Control, Eight Edition, New Jersey,(Prentice Hall, 1994), h. 446

7

AS. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesa, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. Ke-4, h.17


(39)

3) Sedangkan menurut H.N. Casson8, mendefinisikan pelayanan sebagai tindakan yang dinyatakan atau dikerjakan untuk menyenangkan, mencari petunjuk atau memberi keuntungan kepada pembeli dengan tujuan menciptakan good will atau nama baik serta peningkatan penjualan serta pendapatan

4) Pelayanan menurut Atep Adya Brata9 adalah segala usaha penyediaan fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan para calon pembeli atau pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya transaksi

5) Definisi pelayanan menurut Ivancevich, Corenzi, Skinner dan Erosby (1997 : 448)10“ Pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata 6) Sedangkan definisi pelayanan yang lebih rinci diberikan Gronross11 adalah

“ Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.

8

Herbert N. Casson, Petunjuk Praktis Dalam Berusaha, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h.13

9

Atep Adya Brata, Bisnis dan Hukum Perdata dagas SMK,(Bandung: Armico, 1999), h. 93

10

Ratminto & Atik Septi Winarsih, Manajemen Pengembangan: Model Konseptual,Penerapan Citizens Character & Standar Pelayanan Minimal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet. Ke-1, h.2

11

Ratminto , Manajemen Pengembangan,Model Konseptual,Penerapan Citizens Character & Standar Pelayanan Minimal, h. 3


(40)

Adapun pendapat lain yang mendefinisikan bahwa pelayanan prima merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi atau instansi dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, dimana diharapkan masyarakat dapat puas terhadap layanan yang diberikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan prima dapat ditandai dengan adanya pengabdian kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat.12

Hal yang melekat dalam pelayanan prima yaitu diantaranya: Keramahan

a. Kredibilitas b. Akses

c. Penampilan Fasilitas

d. Kemampuan Dalam Menyajikan Pelayanan.

Pelayanan prima dilakukan tidak lain untuk memberikan kepuasan bagi pengguna jasa, karena itu penyelenggaraannya membutuhkan asas-asas pelayanan. Dimana pelayanan prima pun berpedoman kepada asas-asas pelayanan publik menurut KEPMENPAN Nomor 63 Tahun 2003 sebagai berikut:

a. Transparansi.

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membu-tuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

12

Putri Diati Yanuarsasi, Heru Ribawanto, Stefanus Pani Rengu, Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol.2No. 1,Universitas Brawijaya,h. 183


(41)

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan per-undang-undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masya-rakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebu-tuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.13

B. Ruang Lingkup Pelayanan Prima

Sebuah pelayanan prima masih masuk kedalam lingkup pelayanan publik, hanya saja pelayanan prima lebih ditingkatkan kepada bentuk pelayanan publik dengan memfokuskan kepada kinerja yang maksimal. Ruang lingkup pelayanan prima pun dapat dilihat pada pasal 5 Undang – Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dimana ruang lingkup pelayanan

13

Sedarmayanti,Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan (mewujudkan pelayanan prima dan kepemerintahan yang baik,h. 248


(42)

publik terdiri dari pelayanan barang publik, pelayanan jasa dan pelayanan administratif. Untuk mengetahui lebih lanjut masing-masing penjelasan dari pelayanan barang publik, pelayanan jasa dan pelayanan administratif dapat dilihat sebagai berikut :14

1. Pelayanan Barang Publik :

a. Meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata dan sektor strategis lainnya

b. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah

c. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan

d. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan

14


(43)

negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi kesediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan15

2. Pelayanan Jasa Publik :

a. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah

b. Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan

c. Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan16

3.Pelayanan Administratif :

a. Tindakan administrasi pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan

15

Pasal 5 ayat (1), (2), (3), Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

16


(44)

perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara

b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan17

Apabila ditelaah lebih dalam ruang lingkup pelayanan publik menurut Undang-Undang Pelayanan Publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam ruang lingkup tsb, termasuk pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya.

Dari ketiga kategori ruang lingkup pelayanan publik diatas, ruang lingkup pelayanan prima masuk kedalam golongan pelayanan jasa publik dan pelayanan administrasi. Dimana penyedia dalam pelayanan jasa bisa dari instansi pemerintah ataupun badan usaha yang modal pendirian sebagian ataupun seluruhnya bersumber dari kekayaan negara atau kekayaan daerah yang kekayaannya terpisah dari kekayaan negara.

Dalam melaksanakan pelayanan, pemerintah membentuk Organisasi Penyelenggara. Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara,

17


(45)

korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undangundang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan. Penyelenggara dan seluruh bagian organisasis penyelenggara bertanggung jawab atas ketidakmampuan, pelanggaran, dan kegagalan penyelenggaraan pelayanan.

Selanjutnya secara lebih rinci Lembaga Administrasi Negara menyebutkan bahwa sebagai suatu disiplin dan sistem, ruang lingkup pelayanan publik yang bersifat prima meliputi hal-hal berikut :18

1. Tata Nilai

Menyangkut nilai kultural, spiritual, etika, falsafah hidup yang menjadi dasar dan tujuan serta acuan prilaku dari sistem dan proses adminstrasi pubik.

2. Organisasi Pemerintahan Negara

Terdiri dari organisasi lembaga eksekutif (pemerintah), legislatif (badan perwakilan rakyat), yudikatif (badan peradilan),dan lembaga-lembaga negara lainnya yang diperlukan serta saling berhubungan dalam rangka penyelenggaraan negara, termasuk organisasi kesekretariatan lembaga-lembaga tersebut.

18

Wirman Syafri, Studi Tentang Administrasi Publik, (Jatinangor : Erlangga, 2012), cet.ke 1, hal. 114 - 115


(46)

3. Manajemen Pemerintahan Negara

Meliputi kegiatan pengelolaan pelaksanaan tugas pemerintahan umum dan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan dan wilayah pemerintahan, merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pemerintahan, seperti pengelolaan kebijakan, perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, pengendalian, pelayanan, pengawasan, dan pertanggungjawaban hasil-hasilnya dari setiap atau keseluruhan organisasi pemerintahan negara.

4. Sumber Daya Aparatur

Sumber daya manusia sebagai unsur dominan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan negara, pengelolaan dan pembinaannya mendapat perhatian dalam keseluruhan aspek dan dimensinya, mulai dari recruitmen, pengembangan kompetensi, pengembangan karier, dan kesejahteraan serta pemensiunannya.

5. Sistem dan Proses Kebijakan Negara19

Sistem dan Proses Kebijakan negara, peran administrasi publik terutama dalam fungsi dan proses: (a) perumusan kebijakan, (b) penetapan kebijakan, (c) pelaksanaan kebijakan, (d) pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan, (e) penilaian hasil (evaluasi kinerja) pelaksanaan berbagai kebijakan dalam berbagai aspek

19


(47)

kehidupan masyarakat (sosial, ekonomi, politik, hukum, agama, lingkungan hidup, dan lain sebagainya

6. Posisi, Kondisi, dan Peran Masyarakat Bangsa Dalam Bernegara

Negara didirikan oleh rakyat bangsa untuk mencapai tujuan bersama sehingga rakyatlah pemilik kedaulatan. Dengan demikian, organisasi dan manajemen pemerintah tidak dapat mengabaikan aspirasi dan peran masyarakat atau rakyat dalam penyelenggaraan pemerintah negara.

7. Hukum Administrasi Publik

Menyangkut dimensi hukum yang bertalian dengan pengaturan sistem dan proses penyelenggaraan negara, termasuk mengenai eksistensi, tugas, fungsi lembaga – lembaga pemerintahan negara, saling berhubungan satu sama lain dimaksudkan agar kelembagaan negara tersusun dan terselenggara secara efisien, proporsional, efektif dan legitimate.20

C. Tugas Pokok Kepolisian

Tugas pokok kepolisian negara Republik Indonesia telah jelas dicantumkan didalam pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada amandemen ketiga yang berbunyi, “ Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan

20


(48)

ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakan hukum.” Kemudian lebih dispesifikasikan kembali tugas kepolisian didalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Tugas pokok Kepolisian seperti tercantum pada pasal 13 Undang-Undang Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan pada masyarakat. Kemudian dijelaskan lebih rinci mengenai tugas pokok Kepolisian, dimana Kepolisian bertugas :21

1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

2. Menyelenggarakan segala kegiatan dan menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas dijalan.

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

6. Melakukan kordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil,dan bentuk – bentuk pengamanan swakarsa.

21


(49)

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik, dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian.

9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

10.Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.

11.Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian.

12.Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lebih dalam lagi kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menyelenggarakan tugasnya, diantaranya :22

1. Menerima laporan dan/atau pengaduan

2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum

22 Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


(50)

3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat

4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa

5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian

6. Melaksanakan pemeriksaan khsusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan

7. Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian

8. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya saat memotret seseorang 9. Mencari keterangan dan barang bukti

10.Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional

11.Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat

12.Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat

13.Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu23

Dari pemaparan tugas Kepolisian sendiri dapat dilihat bahwa keseluruhan tugas yang dicantumkan adalah untuk kepentingan masyarakat demi tercapainya keamanan dan ketertiban masyarakat. Dan secara nyata pun dapat terlihat bahwa fungsi kepolisian yang tertulis didalam Undang-Undang Kepolisian telah sesuai

23 Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


(51)

dengan keinginan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

D. Pengertian Pelayanan Demonstrasi

Sebelum masuk kepada pengertian atau maksud dari pelayanan demonstrasi, terlebih dahulu akan dipaparkan pengertyian dari pelayanan dan demonstrasi itu sendiri. Di awal pembahasan skripsi ini, penulis telah memberikan beberapa pengertian tentang 91pelayanan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pelayanan adalah : (1) Perihal atau cara melayani, (2) Usaha melayani kebutuhan oranglain, (3) Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang dan jasa. Kemudian pengertian lain dari pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Masuk kedalam pengertian dari Demonstrasi atau Unjuk Rasa yang terdapat pada Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, yaitu “Unjuk Rasa atau Demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran.24

Selain itu pengertian lain dari Unjuk Rasa atau Demonstrasi adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang didepan umum. Biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau menentang

24 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan


(52)

kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.25

Dapat disimpulkan bahwa sebuah pelayanan demonstrasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekumpulan orang didepan umum untuk menyatakan pendapat sebagai upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.

Pada 17 November 2014, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM. Premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500, sedangkan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter. Menurut pemerintah, pengurangan subsidi BBM akan memberikan ruang fiskal hingga Rp 100 triliun. Menurut menteri keuangan Bambang Brodjonegoro, pemerintah akan memberikan kompensasi berpa bantuan langsung senilai Rp 200 ribu per bulan yang akan disalurkan kepada 15,5 juta keluarga. Kenaikan ini terjadi beriringan dengan turunnya harga minyak dunia secara drastis sejak Juni 2014.26

E. Satuan II Pelopor dari Masa ke Masa

1. Awal Berdirinya Satuan Brimob (Korps Baret Biru)

Pasukan semi militer dan militer serta polisi tugas khusus awal mulanya dibentuk oleh Jepang yang bertujuan untuk memenuhi kekurangan tenaga manusia untuk mendukung kepentingan perangnya. Kekurangan tenaga

25

https://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasa , diunduh pada tanggal 24 April 2016 Pukul 22.56 WIB.

26

https://id.wikipedia.org/wiki/Harga_bahan_bakar_minyak_di_Indonesia , yang diunduh pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 9.45 WIB


(53)

ini disebabkan karena kekalahan pada perang sejak awal tahun 1943 dalam pertempuran laut di sekitar Midway dan laut karang. Jatuhnya kepulauan Saipan ke tangan Ameria menimbulkan keresahan masyarakat Jepang serta hilangnya kapal-kapal angkut dan kapal perang Jepang seiring dengan terpukul mundurnya mereka dari Paua Nugini, Kepulauan Salomon dan Kepulauan Marshall.27

Atas dasar kekalahan tersebutlah pada awal Maret 1943 akhirnya diresmikan berdirinya Seinendan atau Barisan Pemuda, Gakutotai atau Barisan Pelajar, Keibodan atau Barisan Bantu Polisi, Pembantu Prajurit Jepang (Heiho) dan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (Peta). Pada zaman pendudukan Jepang ini, Kepolisian (Keisatsutai) mempunyai pasukan polisi dengan tugas-tugas khusus, yang dinamakan Tokubetsu Keisatsu Tai (Polisi Istimewa) dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berubah nama menjadi Polisi Istimewa (PI) atau Pasukan Polisi Perjuangan (P-3) yang dibentuk di tiap-tiap Karesidenan.

Polisi istimewa ini merupakan satu-satunya badan kepolisian bentukan Jepang yang tetap dipertahankan untuk memegang senjata, memainkan peranannya memperkuat Barisan Perjuangan Rakyat menentang penjajahan dan menjadi cikal bakal terbentuknya Mobrig atau yang dikenal dengan Brigade Mobil Polri (Brimob). Pada tanggal 14 November 1946 Perdana

27 Hari Supriyadi,

Satuan II Pelopor : Pengawal Setia yang Tangguh dan Dapat Diandalkan, (Bogor: Satuan II Pelopor, 2010) cet.ke I, h. 17- 18


(54)

Menteri Sutan Sjahrir membentuk Mobile Brigade (Mobrig) sebagai ganti pasukan Polisi Istimewa dan tanggal ini pula ditetapkan sebagai hari jadi Korps Baret Biru.28

Dalam kapasitasnya ini Mobrig telah banyak menghadapi berbagai gejolak didalam negeri, diantaranya menumpas pelaku Peristiwa Madiun di Madiun dan Blitar Selatan dakam Operasi Trisula, Penumpasan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo dan di Sulawesi Selatan dan Aceh dipimpin oleh Kahar Muzakar dan Daud Beureh, APRA ditahun 1950, Penumpasan Andi Azis ditahun 1950, PRRI ditahun 1953 dan Operasi Mena pada 11 Maret 1958.29

2. Perubahan Mobile Brigade menjadi Brigade Mobil Polri

Sesuai dengan perkembangan keadaan saat peringatan HUT Mobrig tangal 14 November 1961 saat itu, sebutan Korps Mobile Brigade telah diganti sendiri oleh Presiden Soekarno selaku Kepala Negara dengan sebutan Korps Brigade Mobil (berdasar kepada Ejaan Bahasa Indonesia yang baku ). Dan pada saat itu pula Korps Brimob Polri mendapat Penghargaan “Nugraha Sakanti Jana Utama” berdasar kepada sikap bakti dan berdama guna kepentingan tugas kepolisian selama 15 tahun sejak didirikannya sehingga sebagai kesatuan yang terpercaya patut menjadi tauladan yang dapat

28

Hari Supriyadi, Satuan II Pelopor : Pengawal Setia yang Tangguh dan Dapat Diandalkan, h. 40-41

29


(55)

memajukan sifat-sifat Kepolisian Sejati (Surat Keputusan Presiden RI no. 591 Tahun 1961). Dengan penghargaan ini Korps Brimob adalah satu-satunya kesatuan yang pertama mendapatkan penghargaan dari pemerintah.30

Peristiwa penting yang telah dilewati Brimob adalah Peristiwa Trikora Brimob mempersiapkan sejumlah Resimen Tim Pertempuran (RTP) di pulau-pulau Provinsi Maluku yang terdekat dengan Irian Barat sebagai respon atas perintah Presiden Soekarno untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda.31

3. Brimob di Wilayah Kedunghalang Bogor

Keberadaan Mobrig di wilayah Kedunghalang Bogor Jawa barat berawal dari peristiwa pemberontakan APRA yang dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling. Peristiwa kudeta APRA merupakan peristiwa yang terjadi pada 23 Januari 1950 dimana segerombolan orang bersenjata dibawah Kapten KNIL Raymond Westerling yang juga mantan komandan pasukan khusus (Korps Speciaale Troepen), masuk menyerbu kota Bandung dan membunuh semua orang berseragam TNI yang mereka temui.32

Aksi gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda. Sebanyak 94 anggota TNI tewas dalam pembantaian tersebut

30

Hari Supriyadi, h. 52

31 Hari Supriyadi, h. 53 32


(56)

termasuk Letnan Kolonen Lembong, sedangkan di pihak APRA tidak ada korban yang jatuh.33

Dalam penumpasan APRA ini sebanyak 3 kompi Mobrig dari Jawa Timur dibawah pimpinan Aiptu Isman dengan jumlah personel 1 kompi 260 personel kemudian bergabung dengan Kompi 501 Mobrig dari Jawa Barat dibawah pimpinan Aiptu. Muharam. Kompi 2 dibawah pimpinan Aiptu. Surati dengan kekuatan 250 personel dicadangkan di Kemayoran Jakarta sedangkan kompi 3 dibawah pimpinan Aiptu. Daud dengan kekuatan 260 personel juga dicadangkan di Ibukota Jakarta.34

Setelah peristiwa APRA di Bandung, 3 kompi pasukan Mobrig kembali ke Ibukota Jakarta sedangkan yang 1 kompi dibawah Pimpinan Aiptu Isman kembali ke satuan asal di Jawa Timur sedangkan 2 kompi Mobrig dari Jawa Timur dipecah menjadi 1 kompi baru 519/LABA yang bermarkas di Kedunghalang Bogor yang juga merupakan markas kompi Mobrig 501 yang seterusnyadisebut Kompi Bs. Brimob Langlangbuana Jawa Barat.35 Dalam pertumbuhannya kompi 519/Laba divalidasi menjadi Batalyon 1129 Mobrig yang membawahi bagian dalam Resimen IV Cakra Birawa dengan tugas pokok sebagai Pengawal kehormatan Presiden RI Ir. Soekarno.

33

Hari Supriyadi, h. 55

34 Hari Supriyadi, h. 56 35


(57)

4. Batalyon IV Brimob Resimen Cakra Birawa

Pada tahun 1964 dibentuk Resimen Cakrabirawa yang merupakan resimen gabungan dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas khusus menjaga kemanan Presiden RI pada zaman pemerintahan Soekarno. Komandan Resimen Cakrabirawa pada saat itu adalah Brigadir Jenderal Moh. Sabur.36

Resimen IV Resimen Cakra Birawa yang merupakan validasi dari Yon 1129 yang personelnya diambil dari seleksi seluruh Mobrig di Indonesia. Markas Komando Resimen Cakra Birawa pertama berada di Ksatrian Kala Hitam Petamburan Jakartadan pada awal tahun 1965 markas komando Batalyon Cakra Birawa dipindahkan ke Sukasari Bogor. Satuan Mobrig terdiri dari satu batalyon dibawah pimpinan Komandan Batalyon Kolonel M. Satoto dengan tugas pokok penjaga Istana Kepresidenan baik yang berada di Bali, Jakarta, dan Cipanas serta dua Detasemen khusus kawal pribadi dan kawal kehormatan dengan tugas pokok sebagai pengawal pribadi dan keluarga Presiden dibawah pimpinan Kapten Sadiman dan Kapten Sumiran.37

Keberadaan Resimen Cakra Birawa ini hanya bertahan selama 2 tahun, sekitar akhir tahun 1965 Resimen Cakra Birawa di likuidasi dikarenakan terjadinya peristiwa G 30 S/PKI pada bulan September 1965. Dan dikarenakan adanya keterlibatan dari beberapa oknum Angkatan yang berada

36 Hari Supriyadi, h. 58-59 37


(58)

dibawah Resimen Cakra Birawa dikembalikan pada kesatuan induk masing-masing tak terkecuali mobrig pada saat itu.38

5.Batalyon C / 32 Pasa Satama Brimob (Tahun 1966 – 1985)

Dengan dibubarkannya Resimen Cakra Birawa maka Batalyon IV Cakra Birawa berganti nama menjadi Batalyon Cadangan 32 / Para Satama Brimob dibawah pimpinan Kolonel M. Satoto yang kemudian beralih kepada Letnan Kolonel Peter Sambo, Letnan Kolonel Mandaki dan yang terakhir satuan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Yono Saputro.39

Satuan ini bertugas sebagai satuan tempur pelaksana utama brimob dikarenakan kemampuan terjun personel yang mumpuni dan satuan yang dilengkapi dengan persenjataan cukup lengkap maka satuan ini bertugas menangani keamanan dalam negeri seperti operasi penumpasan PKI dibeberapa daerah di pulau Jawa. Selain itu juga satuan ini menjadi pusat latihan spesialisasi terjun dan Para Komando, Pelatihan SAR Nasional.

Markas Komando Batalyon C/32 Para berada di pangkalan Brimob Sukasaro Bogor dan Kompi A,B,C berada di Kedunghalang. Dalam perjalanan sejarahnya batalyon C/32 Para Satama Polri ini pun telah mengalami beberapa kali perubahan status nama kesatuan. Dan pada tahun 1981 kesatuan ini kembali dilikuidasi menjadi beberapa kompi diantaranya kompi mantap 519, kompi 5136,

38 Hari Supriyadi, h. 61 39


(59)

kompi 5141dan kompi 5147 dan kompi 5379 dibawah kendali Komapta (Komando Samapta) Polri yang selanjutnta disebut Ditsamapta Polri.40

6.Satuan BRIMOB Pusat / SATBRIMOBPUS (Tahun 1982 – 1996)

Akibat dari kondisi politik pada akhir tahun 1982 kompi-kompi dijajarkan komapta Polri dikumpulkan dalam wadah dengan nama Brimob Pusat. Brimob Pusat Polri sebagai satuan yang semula bernama Satuan Brimob Pusat disingkat Satbrimobpus yang berkedudukan di Kesatrian Amji Atak Kelapadua didirikan pada tanggal 16 Oktober 1985, membawahi 5 kompi yang terdiri dari kompi 519, kompi 5141 dan kompi 5379 yang berkedudukan di Kesatrian Ks. Tubun Kedunghalang Bogor, Kompi 5136 berkedudukan di Kesatrian ABRI Sukasari Bogor dan Kompi 5147 di Blok A Pasar Minggu dan kemudian pindah ke Kedaung Ciputat Tangerang.41

7.Era Masa Resimen I Brimob (Tahun 1996 - 2002)

Pada tahun 1996 dengan Keputusan Kapolri No.Pol. : Kep/10/IX/1996 tanggal 16 September 1996 tentang Validasi Korps Brimob Polri, Satbrimobpus berubah namanya menjadi Resimen I Brimob membawahi 4 Batalyon terdiri dari Batalyon A,B,C,D dan masing-masing Batalyon membawahi 4 Kompi Pasukan 1 Kompi Bantuan. Resimen I Brimob disingkat menjadi Men I Brimob adalah

40 Hari Supriyadi, h. 63 41


(60)

satuan pelaksana pada Korbrimob, yang bertugas membina dan mengerahkan kekuatan satuan untuk melaksanakan tugas Korbrimob, utamanya untuk menanggulangi kerusuhan massa.

Dan berdasarkan surat perintah Dankorbrimob No.Pol :Sprin/12/II/1997 tangal 19 Februari 1997 tentang Pengukuhan Resimen I Brimob. Resimen I Brimob bermarkas di Kedunghalang Bogor dengan kekuatan personel pada saat itu berjumlah 2.939 orang.42

8.Era Satuan II/ Pelopor Korbrimob (Tahun 2002 - Sekarang)

Di masa Reformasi masyarakat Indonesia menuntut organisasi Polri dipisahkan dari ABRI, masyarakat berpendapat bahwa Polri selama ini masih sebagai alat kekuasaan dari pemerintah atau pejabat yang berkuasa. Reformasi pada organisasi Polri telah dilakukan sejak tahun 1999 yang lebih dikenal dengan Reformasi Polri yang terdiri dari Reformasi reformasi pada Aspek Instrumental, Aspek Struktural dan Aspek Kultural.43

Keberhasilan utama dari program tersebut adalah dikeluarkannya Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mengatur tugas pokok, fungsi dan peranan Polri dan menetapkan bahwa organisasi Polri tidak lagi menyatu dengan ABRI.Struktur Organisasi Resimen I Brimob yang lebih identik dengan struktur organisasi di tubuh ABRI berdasarkan

42 Hari Supriyadi, h. 64 43


(61)

Keputusan Kapolri No Pol. : Kep/53/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 berubah namanya menjadi Satuan II / Pelopor, membawahi 4 Detasemen terdiri dari Detasemen A,B,C,D dan masing-masing Detasemen membawahi 5 Kompi.

Sejak terbentuknya Resimen I Brimob sampai dengan berubah namanya menjadi Satuan II/ Pelopor, keberhasilan tugas yang telah dicapai dalam turu menjaga stabilitas keamanan dalam negeri dari gangguan kelompok Sparatis yang ingin menjatuhkan keribawaan pemerintahan utamanya di daerah konflik seperti Aceh, Ambon dan Papua serta pertentangan etnis di Kalbar, Kalteng dan Poso, penanggulangan unjuk rasa/kerusuhan massa di Jakarta dan sekitarnya menjadi jaminan pimpinan Polri khususnya Korps Brimob untuk mempercayakan setiap tugas mengatasi gangguan Kamtibmas yang berintensitas tinggi kepada Satuan II/ Pelopor.44

44


(62)

BAB III

BRIMOB SEBAGAI BAGIAN DARI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Sejarah Keanggotaan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Sesuai dengan Kamus Umum Bahasa Indonesia bahwa Polisi diartikan sebagai berikut:1

1. Sebagai badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (seperti menangkap orang yang melanggar undang-undang dsb.)

2. Anggota dari badan pemerintah tersebut diatas (pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan dsb.).

Berdasarkan pengertian dari Kamus Umum Bahasa Indonesia tersebut ditegaskan, bahwa kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. Namun apabila mencoba melihat kebelakang, historis keberada Kepolisian di negara Republik Indonesia sendiri memiliki perjuangan tersendiri.

Untuk mengenal dan memahami Kepolisian Negara Republik Indonesia, terlebih dahulu harus mengenali dan memahami sejarahnya2.

1

Sadjijono,Seri Hukum Kepolisian Polri dan Good Governance,(Surabaya: Laksbang Mediatama, 2008),h. 52

2

Awaloedin Djamir,Sistem Administrasi Kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia,(Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2011),h.53-74


(63)

a. Masa Prakemerdekaan – Masa Kemerdekaan

Dimulai pada zaman kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan lainnya di Nusantara menunjukan bahwa fungsi pemolisian sudah berdiri dengan adanya “kin police” yang sering dirangkap oleh pengawal raja dan terkenal dalam sebutan pasukan bhayangkara yang dipimpin langsung oleh Gajah Mada. Dilanjutkan pada masa penjajahan Belanda dimulai dari VOC (1602) hingga pemerintah Hindia Belanda 1800-1942. Peran kepolisian pada masa ini mengikuti kebijakan pemerintah kolonial dengan indirect rule system, dimana sistem ini membedakan jabatan bagi bangsa Eropa dan pribumi, serta membagi wewenang antara Hoofd van den Dienst der Algemene Politie yang berkantor di Departemen Dalam Negeri, recht politie pada Procureur Generaal pada

Hooggerechtshof (Mahkamah Agung Hindia Belanda), dan Resident/ Assistant Resident yang memiliki wewenang operasional agar lebih mudah untuk meminta bantuan KNIL untuk menumpas kerusuhan dan lain-lain di daerah.3

Berlanjut pada periode Jepang (1942-1945), kedudukan kepolisian disesuaikan dengan kepentingan pendudukan militer dan membagi kepolisian kedalam empat wilayah, yaitu :

a) Jawa dan Madura, dengan pusat Jakarta dibawah Rikugun (Angkatan Darat)

3 Awaloedin Djamir,

Sistem Administrasi Kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia, h.53


(64)

b) Sumatera, dengan pusat Bukittinggi dibawah Rikugun

c) Timur Besar (Sulawesi, Maluku, Irian Barat) dengan pusat Makasar dibawah Kaigun (Angkatan Laut)

d) Kalimantan dengan pusat Banjarmasin dibawah Kaigun

Setelah runtuhnya kekuasaan jepang dan diikrarkannya proklamasi kemerdekaan pada 17 Agutus 1945, Jepang mulai membubarkan organisasi PETA, Gyu-Yun dan Heiho. Sesuai dengan Konvensi Jenewa, secara spontan kepolisian di daerah menyatakan dirinya menjadi Kepolisian RI. Dimulai dengan proklamasi yang dinyatakan oleh Inspektur Polisi Kelas I M. Jasin di Surabaya (21 Agustus 1045), mengambil alih kantor polisi dari tangan Jepang oleh Inspektur Polisi kelas II R. Bambang Suprapto di Semarang (19 Agustus 1945) di Medan, Inspektur Polisi Ori Sastroatmojo (22 September 1945), Inspektur Polisi Kelas I Domopranoto di Surakarta, Rustam Effendi (Akhir Agustus 1945) di Medan. Demikian pula di Aceh, Tapanuli, Padang, Komisaris Polisi Sulaiman Effendi (26 Agustus 1945) menyatakan Kepolisian adalah Kepolisian RI.4

Sesaat setelah proklamasi, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 19 Agustus 1945, sesuai dengan zaman Hindia Belanda menempatkan organisasi kepolisian dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri. Organisasi kepolisian dibawah Departemen Dalam Negeri dalam

4 Awaloedin Djamir,

Sistem Administrasi Kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia, h.54


(65)

kenyataannya tidak pernah terlaksana, pada tanggal 29 September 1945 berdasarkan Maklumat Pemerintah, Raden Said Soekanto diangkat menjadi Kepala Kepolisian Pusat. Pada tanggal 1 Juli 1946, dengan penetapan Pemerintah No. 11/SO dibentuk Jawatan Kepolisian Negara yang dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara dan bertanggungjawab kepada Perdana Menteri.5

Dengan adanya penetapan itu, secara resmi lahirlah Kepolisian Nasional Indonesia (Indonesian National Police) yang melaksanakan seluruh tugas kepolisian dan mencakup seluruh wilayah RI. Sejak tanggal 1 Juli 1946, Polri yang mandiri telah mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam mempertahankan kemerdekaan dan sekaligus melaksanakan tugas kepolisian.

b. Masa Berlaku UUD RIS - Berlakunya UUDS

Berakhirnya revolusi fisik dengan pengakuan kedaulatan sebagai hasil Konferensi Meja Bundar di Negeri Belanda 27 Desember 1949, dibentuklah Republik Indonesia Serikat. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta kembali ke Jakarta dengan pengawalan ketat oleh Pasukan Pengawal Presiden dan Wakil Presiden yang dipimpin oleh AIP Mangil. AIP Mangil juga dipercaya membawa bendera pusaka dari Yogyakarta ke Jakarta dengan anggot 16 orang anggota Polri.6

5

Awaloedin Djamir,Sistem Administrasi Kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia, h.55

6


(66)

RS Soekanto menjabat sebagai Kepala Kepolisian RIS selama 7 bulan, pada 17 Agustus 1950 Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, tetapi tidak dengan konstitusi UUD 1945 tetapi UUD Sementara 1950. Sistem pemerintahan berubah dari sistem presidensil menjadi sistem demokrasi parlementer. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta adalah Kepala dan Wakil Kepala Negara, sedangkan Kepala pemerintahan Negara berada pada Perdana Menteri.

Dalam masa 7 bulan RIS, RS Soekanto yang menjabat sebagai Kepala Polisi RIS menyatukan anggota-anggota polisi yang sebelumnya bermusuhan dan satu persatu kepolisian negara bagfian bergabung dengan Kepolisian Negara RI.7

Pada Periode Demokrasi Parlementer, Kepolisian Negara kembali menunjukan kemandiriannya, RS Soekanto yang masih nenjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara kembali membawah pada perdana menteri dan bertanggungjawab atas kepolisian di seluruh tanah air dengan organisasi yang utuh dari pusat sampai daerah.

Kepala Kepolisian Negara RS Soekanto mengkonsolidasi Kepolisian Negara dan membangunnya secara sistematis menjadi kepolisian yang modern dan profesional. Hal ini terlihat pada tindakannya mengirim ratusan perwira muda keluar negeri untuk belajar. Polri pada masa ini mandiri, baik di bidang operasional dan pembinaan, sebab tanpa kemandirian tersebut tidak mungkin

7


(67)

Kepala Kepolisian RS Soekanto berhasil dalam melaksanakan tugas serta fungsi-fungsi represif dan preventif (Direct and Indirect Prevention).8

Kasus-kasus kriminalitas yang telah ditangani oleh kepolisian adalah kasus spionase Juengsanger dan Schmidt, terorisme seperti peristiwa cikini, usaha pembunuhan presiden Soekarno, dan lain-lain. Kasus-kasus ini berhasil ditangani sendiri oleh kepolisian tanpa campur tangan instansi lain. Berdasarkan Keputusan Perdana Menteri tanggal 5 Oktober 1954, Kepala Kepolisian Negara ditunjuk sebagai Kepala Central National Bureau, mewakili Pemerintah RI dalam International Criminal Police Comission (Interpol).

Kedudukan Polri yang mulanya setara dengan pegawai negeri sipil, diubah dengan peraturan dengan Gaji Polisi (PG-Pol). Dalam perioden Demokrasi Terpimpin tahun 1959 Polri diterapkan sebagai bagian dari Angkatan bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dalam TAP MPRS, tahun 1960 dan UU No. 13, tahun 1961 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, kedudukan kepegawaian anggota Polri disamakan dengan angkatan perang.9

c. Masa Berlakunya Demokrasi Terpimpin

Berdasarkan SK Presiden No.1/MPR/RI/1959 sebutan Kepala Kepolisian Negara berubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang memimpin Departemen Kepolisian. Kemudian tanggal 17 Desember 1959, RS Soekanto

8

Awaloedin Djamir, h.58

9


(68)

diganti oleh Kombes Pol. I. Soekarno Djojonegoro setelah menjabat selama 14 tahun sejak 29 September 1945.

Pada tahun 1961, UU Kepolisian No. 13/1961 memperkokoh Departemen Kepolisian yang dipimpin Menteri/Kepala Kepolisian Negara RI yang tentunya bertanggungjawab langsung pada presiden. Dengan UU No. 13/1961 ini pula dinyatakan Polri adalah bagian dari ABRI. Gagasan menjadikan Polri bagian dari ABRI pernah disampaikan dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya.10

Kedudukan Polri telah menjadi pembahasan sejak tahun 1953, Menteri Kehakiman Mr. Djodi Gondokusumo mengusulkan agar Polri dimasukkan kedalam Departemen Kehakiman. Usul tersebut secara sah ditolak oleh pemerintah dan juga berdasarkan reaksi dari Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI). Setelah itu Presiden membentuk sebuah Panitia Negara dengan SK No. 75 tahun 1954 yang diketuai Mr. Wongsonegoro dan sebagai anggota ahli adalah Prof. Mr. Djoko Soetono. Panitia ini meneliti bagaimana sebaiknya kedudukan kepolisian.

Setelah bekerja keras yang cukup lama pada akhirnya memutuskan agar kepolisian memiliki Kementerian sendiri yang bertanggungjawab langsung kepada Perdana Menteri (Sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959). Atas keputusan tersebut kemudian diberlakukan UU No. 13 Tahun 1961 tentang Pokok Kepolisian Negara yang telah disetujui DPR-GR, Undang-undang Pokok

10


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)