untuk membayar konsumsi BBM jenis premium yang ia lakukan pun semakin besar. Jika kesediaan membayarnya besar, kecenderungannya untuk setuju
terhadap kenaikan harga BBM jenis premium juga tinggi. Dengan melakukan analisis regresi logit, diperoleh bahwa variabel ini nyata pada selang kepercayaan
sebesar 95 persen karena memiliki p-value sebesar
0,011
. Nilai koefisien dari variabel ini adalah 2,482. Artinya, kesediaan membayar terhadap satu liter BBM
jenis premium memiliki hubungan yang positif dengan respon terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium. Variabel ini nyata dengan nilai odd ratio
11,963. Artinya, setiap kenaikan kesediaan membayar sebesar Rp 1.000 maka peluangnya untuk setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium adalah
11,963 kalinya dibandingkan peluangnya untuk tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium. Dengan kata lain kecenderungan orang yang lebih
tinggi kesediaan membayarnya lebih setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium.
4.3.8 Perilaku Menghemat
Jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium, seseorang bisa melakukan penghematan dalam konsumsi BBM jenis premium, bisa juga tidak
menghemat dan mencari alternatif lain. Mayoritas dari responden tidak akan menghemat jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium. Hal ini bisa
dipengaruhi oleh berbagai hal yang subjektif. Dengan menggunakan regresi logit, diperoleh bahwa variabel ini tidak nyata pada selang kepercayaan sebesar 95
persen karena memiliki p-value sebesar
0,623
. Berarti perilaku menghemat responden jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium tidak memengaruhi
responnya terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium.
4.3.9 Tingkat Konsumsi BBM Jenis Premium per Bulan
Tinggi atau rendahnya konsumsi BBM jenis premium seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam hal. Hal-hal tersebut juga memengaruhi respon
mereka terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium. Dengan menggunakan metode regresi logit, diperoleh bahwa variabel ini nyata pada
selang kepercayaan sebesar 95 persen karena memiliki p-value sebesar
0,049
. Nilai koefisien dari variabel ini adalah 0,197. Artinya, tingkat konsumsi BBM
jenis premium per bulan memiliki hubungan yang positif dengan respon
pengendara mobil pribadi terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium. Variabel ini memiliki nilai odd ratio sebesar 1,218. Artinya, jika tingkat konsumsi
seseorang Rp 100.000 lebih tinggi maka peluangnya untuk setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium adalah 1,218 kalinya dibandingkan
peluangnya untuk tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium.
4.3.10 CC Mobil
CC mobil berhubungan dengan kapasitas mesein mobil dan jumlah bahan bakar yang diperlukan untuk menempuh jarak tertentu. Semakin besar CC mobil,
semakin besar pula bahan bakar yang diperlukan untuk mendukung kinerja mesin mobilnya. Berdasarkan regresi logit, diperoleh bahwa variabel ini tidak nyata pada
selang kepercayaan 95 persen karena memiliki p-value sebesar 0,654. Artinya, CC mobil tidak memengaruhi respon pengendara mobil pribadi terhadap kenaikan
harga BBM jenis premium. Model akhir:
Y= – 11,247 – 1,508 JK – 0,061 U – 0,909 JT – 0,459 P + 0,231 I – 0,043IL
+ 2,482 W + 0,579 H + 0,197 KP + 0,001 CC
Dan dari hasil regresi logit diperoleh nilai overall percentage sebesar 76,7 persen yang berarti 76,7 persen respon pengendara mobil pribadi terhadap rencana
kenaikan harga BBM jenis premium dapat dideskripsikan oleh variabel-variabel penjelas dalam model.
4.4 Rekomendasi untuk Kebijakan Subsidi BBM Jenis Premium di