12
Kerangka kerja akuntansi sumberdaya alam umumnya mencatat stock dan flow dari sumberdaya dan laju pemanenan. Untuk sumberdaya biologis, ektraksi
yang melebihi laju penggantian alami diklasifikasikan sebagai deplesi. Dalam struktur akuntansi yang memusatkan pada integrasi akun sumberdaya dengan
SNA, nilai deplesi tersebut dapat diestimasi dengan menggunakan sejumlah metode dan koreksi terhadap akun pendapatan dapat dilakukan sebagai contoh,
Peskin 1989.Untuk sumberdaya alam tidak pulih, semua bentuk ektraksi atau pengambilan merupakan deplesi meskipun cadangan ekonomis dapat meningkat
melalui penambahan atau penemuan dan penyesuaian harga.
2.6 Green Accounting Sebagai Penyesuaian Ukuran Agregat Makroekonomi
Produk Domestik Bruto PDB Hijau atau yang sering juga disebut dengan Green NDP
atau Eco Domestic Product merupakan agregasi makroekonomi yang disesuaikan adjusted macroeconomic aggregate yang
paling popular di bawah kerangka kerja akuntansi hijau green accounting. PDB hijau sebenarnya merupakan PDB konvensional yang dikurangi dengan semua
bentuk depresiasi kapital kapital buatan, kapital alami dan kapital insani. Dengan menggunakan standar kerangka kerja SEEA System of Environmental
and Economic yang dikembangkan oleh PBB, Eco Domestic Product didefinisikan sebagai PDB dikurangi dengan depresiasi kapital depresiasi dari
aset tetap dan biaya lingkungan Alisjahbana dan Yusuf 2004. Sebagaimana halnya PDB konvensional dan pertumbuhannya yang menjadi sangat populer
sebagai indikator untuk mengukur kinerja makroekonomi, PDB hijau juga merupakan indikator yang populer sebagai ukuran agregat makroekonomi hijau.
PDB hijau telah dikaitkan dengan pembangunan berkelanjutan. Vincent dan Castaneda 1997 menyatakan bahwa PDB hijau dapat memprediksi dampak dari
deplesi sumberdaya alam terhadap kemungkinan konsumsi jangka panjang di suatu negara dengan melihat apakah kecenderungan nilai PDB hijau mengalami
kenaikan atau penurunan.
Produk Domestik Regional Bruto Hijau sebenarnya merupakan perkembangan dari Produk Domestik Regional Bruto yang konvensional yang
disebut juga sebagai Produk Domestik Regional Bruto Coklat. Dalam perhitungan PDRB konvensional tersebut aktivitas perekonomian yang
dimasukkan ke dalamnya hanyalah output atau produk yang diperdagangkan dan memiliki harga pasar, sedangkan faktor sumberdaya alam dan lingkungan masih
diabaikan peranannya. Suparmoko 2008 menyatakan bahwa pada dasarnya PDRB merupakan seluruh jumlah nilai barang dan jasa akhir final product yang
dihasilkan dari kegiatan perekonomian daerah propinsi,kabupatenkota dalam waktu satu tahun. Dalam konsep PDRB konvensional tidak diperhitungkan
dimensi sumberdaya alam dan lingkungan, artinya hilangnya nilai sumberdaya alam dan kerusakanlingkungan tidak diperhitungkan sebagai bentuk pengurangan
kapital. Sebagai akibatnya maka nilai PDRB konvensional tersebut hanya mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang belum dikurangi penyusutan kapital
alami yaitu kapital sumberdaya alam dan lingkungan alami. Nilai PDRB konvensional yang dihasilkan dianggap memberikan gambaran struktur
13
perekonomian dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik menurut sektor maupun secara total.Namun sesungguhnya tidak demikian karena sumberdaya
alam yang hilang karena ekploitasi deplesi dan penurunan kualitas lingkungan degradasi akibat kegiatan perekonomian itu sendiri belum diperhitungkan
sebagai nilai kerugian yang harus dibayar.
2.7 Penelitian Sebelumnya
Foy 1991 melakukan studi mengenai nilai deplesi sumberdaya minyak sebagai komponen Produk Domestik Regional Bruto negara bagian Lousiana,
Amerika Serikat selama periode waktu tahun 1963-1987. Kajian Foy berupaya untuk membandingkan secara kuantitatif pengaruh penggunaan metode
pengurangan rente total yang dikembangkan oleh Repetto et.al 1989 dan metode penerimaan berkelanjutan atau metode biaya penggunaan user cost
method yang diajukan oleh El Serafy 1989. Hasil studi Foy menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto negara bagian Lousiana, Amerika
Serikat berkurang sebesar 3,3 dengan metode pengurangan rente total dan berkurang sebesar 13,8 dan 8,7 dengan menggunakan metode El Seraffy pada
tingkat diskonto 5 dan 10. Hasil studi ini berkebalikan dengan dugaan secara intuisi yang menyatakan bahwa dengan metode El Serafi pengurangannya akan
lebih rendah dibandingkan dengan metode Repetto.Foy berargumen bahwa adanya hasil yang berlawanan tersebut disebabkan oleh 2 faktor, yaitu: i dengan
metode pengurangan rente total akan memberikan hasil yang besar yang dihasilkan dari penilaian terhadap penambahan cadangan ekonomis, ii metode
pengurangan rente total melibatkan perhitungan selama daur hidup life cycle dari sumberdaya yang bersangkutan, sedangkan pada metode El Serafy hanya
melibatkan perhitungan penerimaan bersih dalam tahun berjalan, yaitu penerimaan total dikurangi dengan nilai faktor input termasuk penggantian untuk
konsumsi kapital
Repetto et. al 1989 membahas pertanyaan bagaimana deplesi
sumberdaya alam dapat mempengaruhi perkiraan pendapatan nasional Indonesia. Metode yang dipergunakan oleh Reppetto et al 1989 meliputi penyusunan akun
stock dan flow sumberdaya alam sepanjang waktu yang secara khusus disusun akun untuk sumberdaya hutan kayu, minyak dan sumberdaya tanah. Studi
Repeto et al 1989 mengukur besaran agregat untuk penyesuaian perekonomian Indonesia dari tahun 1971 sampai dengan 1984. Hasil studi menunjukkan bahwa
GDP perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 7 per tahun selama periode 1971 sampai 1984, dengan memperhitungkan deplesi sumberdaya alam,
koreksi pertumbuhan GDP adalah sebesar 4.
Gundimeda et al 2007 melakukan studi mengenai akuntansi sumberdaya alam di India dengan mengambil contoh kasus untuk sumberdaya hutan. Dalam
studinya Gundimeda et al 2007 menganalisis empat komponen dalam pembentukan nilai sumberdaya hutan, yaitu: produksi kayu, penyimpanan
karbon, pemanfaatan kayu bakar dan hasil hutan bukan kayu. Nilai aset hutan yang berupa kayu dan kayu bakar dinilai dengan metode net price, sedangkan
penilaian rosot karbon carbon sink didasarkan pada pendekatan biaya kerusakan