32
Tabel 5.4 Luasan Hutan Menurut Fungsi pada Tahun 2003 dan 2010
Fungsi Hutan 2003
2010 Luas
Luas Hutan Produksi Terbatas
147,13 0,16
144,8 0,16
Hutan Produksi Tetap 90.404,64
99,78 90.612,84
99,81 Cagar Alam
55,4 0,06
25,4 0,03
Jumlah 90.607,17
100,00 90.783,04
100,00
Sumber: Buku Saku Statistik Tahun 2006-2010, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, data diolah
Perubahan luas yang terjadi antara tahun 2003-2010 adalah seluas 175,87 Ha, atau secara prosentase sebesar 0,20, merupakan jumlah yang tidak signifikan
dibandingkan dengan luasan hutan yang ada di Kabuapten Blora. Penyebab adanya perubahan luasan yaitu perubahan yang disebabkan oleh pembaharuan dalam hal
pengukuran yang dilakukan bersamaan dengan inventarisasi tegakan setiap 10 tahun sekali. Reklasifikasi yang ada menyangkut pembagian hutan berdasarkan fungsi yaitu
dari hutan produksi terbatas dan cagar alam menjadi hutan produksi tetap. Reklasifikasi dari kawasan hutan menjadi non hutan tidak terjadi, atau tidak muncul dalam laporan
perubahan luasan secara total, meskipun dalam kenyataannya terjadi. Hal yang lazim terjadi adalah apabila terjadi perubahan menjadi kawasan non hutan akan diganti dengan
luasan yang setara tukar menukar tanah.
5.2.2 Neraca Volume Tegakan Hutan Kabupaten Blora
Neraca volume tegakan hutan di Kabupaten Blora menggambarkan sediaan awal dinamika perubahan volume dan stok akhir antar waktu selama
periode tahun analisis dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010.Data stok awal pada tahun 20003 diperoleh berdasarkan data inventarisasi tegakan menyeluruh
berkala yang dilaksanakan oleh Perum Perhutani yang dipergunakan sebagai dasar untuk penyusunan rencana pengelolaan hutan atau Rencana Pengaturan
Kelestarian Hutan RPKH yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali di masing- masing unit manajemen yaitu Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH.
Sediaan volume tegakan secara agregat untuk keseluruhan jenis kayu pada tahun 2003 adalah 3.493.808,13 m
3
, yang terinci atas jati sebesar 3.330.568,65 m
3
, mahoni 94.334,89 m
3
sonokeling dan sonobrit sebesar 12.819,39 m
3
dan kayu jenis lain yang dikelompokkan sebagai jenis kayu rimba campuran 56.085,20 m
3
. Tabel 5.5 Stok Awal 2003 Volume Tegakan di Kabupaten Blora
No Jenis tegakan
Volume m
3
Prosentase 1
Jati 3.330.568,65
95,33 2
Mahoni 94.334,89
2,70 3
Sonokelingsonobrit 12.819,39
0,37 4
Rimba Campur 56.085,20
1,61 Jumlah
3.493.808,13 100,00
Sumber: Lampiran 1, data diolah
33
Sebagai salah satu bentuk aset biologis, tegakan hutan akan mengalami dinamika yang disebabkan oleh berbagai sebab sehingga akan mengalami
fluktuasi atau perubahan sepanjang waktu. Keseluruhan faktor yang meyebabkan perubahan tersebut akan terakamulasi pada sediaan akhir yang dari perbedaan
antara stok awal dan stok akhir tersebut dapat dihitung apakah telah terjadi penambahan atau pengurangan neto.Sediaan akhir volume tegakan di Kabupaten
Blora pada tahun 2010 adalah sebesar 2.923.853,92 m
3
, yang terdiri dari jenis tegakan jati sebesar 2.794.497,47 m
3
, mahoni sebesar 76.497,73 m
3
, sonokelingsonobrit sebesar 5.467,99 m
3
dan rimba campur sebesar 47.390,72 m
3
. Tabel 5.6 Sediaan Akhir 2010 Volume Tegakan di Kabupaten Blora
No Jenis Tegakan
Volume m
3
Prosentase 1
Jati 2.794.497,47
95,58 2
Mahoni 76.497,73
2,62 3
Sonokeling 5.467,99
0,19 4
Rimba Campur 47.390,72
1,62 Jumlah
2.923.853,92 100,00
Sumber: Lampiran 1, data diolah
Selama periode analisis dari tahun 2003 sampai dengan 2010 secara total volume tegakan hutan di Kabupaten Blora mengalami penurunan deplesi
sebesar 569.954,22 m
3
atau rata-rata sebesar 81.422,03 m
3
tahun. Apabila dirinci menurut jenis tegakan maka deplesi yang terbesar selama periode waktu tersebut
adalah untuk jenis tegakan jati yaitu sebesar 536.071,18 m
3
atau rata-rata sebesar 76.581,60 m
3
tahun diikuti dengan jenis mahoni yaitu sebesar 17.837,16 m3 atau rata-rata sebesar 2.548,17 m
3
tahun, menyusul berikutnya adalah jenis rimba campur yaitu sebesar 8.694,47 m
3
atau rata-rata sebesar 1.242,07 m
3
tahun dan yang terkecil adalah jenis sonokelingsonobrit yaitu sebesar 7.351,41 m
3
atau rata-rata sebesar 1.050,20 m
3
tahun. Tabel 5.7 Perbandingan antara Stok Awal 2003 dan Stok Akhir 2010 Volume
No Jenis tegakan
Volume Sediaan Awal m
3
Volume Sediaan Akhir m
3
Perubahan Neto m
3
1 Jati
3.330.568,65 2.794.497,47
536.071,18 2
Mahoni 94.334,89
76.497,73 17.837,16
3 Sonokeling
12.819,39 5.467,99
7.351,41 4
Rimba Campur 56.085,20
47.390,72 8.694,47
Jumlah 3.493.808,13
2.923.853,92 569.954,22
Sumber: Lampiran 1,data diolah
Akumulasi neto atau perubahan neto sediaan yaitu perbedaan antara sediaan awal dan sediaan akhir volume tegakan dapat dikelompokkan menjadi 3
penyebab yaitu: a perubahan yang disebabkan oleh aktivitas ekonomi, b perubahan sediaan yang disebabkan oleh penyebab alami yang meliputi
penambahan karena adanya pertumbuhanriap growth dan penambahan akibat regererasi alami. Faktor yang menyebabkan perubahan sediaan yang berikutnya
adalah c perubahan karena sebab alamiah dan yang terakhir adalah d