6
2. Aset atau aktiva hutan yang dilakukan penilaian terbatas pada aset hutan dalam bentuk tegakan standing timber dan kapasitas hutan dalam
menyerap dan menyimpan karbon yang dikonversi ke dalam bentuk biomassa pohon
3. Biomassa pohon yang diperhitungkan sebagai media rosot karbon dibatasi pada bagian batang stem, sedangkan kandungan karbon pada bagian
biomassa pohon di cabang, akar dan daun tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Indikator Pembangunan Keberlanjutan
Konsep keberlanjutan pada dasarnya berimplikasi kepada suatu karakteristik sistem, program atau sumberdaya yang akan tetap ada sepanjang
waktu. Konsep ini pertama kali muncul pada tahun 1980 dalam konteks strategi konservasi dunia yang digagas oleh International for Conservation of Nature and
Natural Resources IUCN. Konsep keberlanjutan selanjutnya menjadi mengemuka setelah pada tahun 1987, Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan atau yang lebih dikenal dengan Bruntland Commisision melalui laporannya yang berjudul Our Common Future, di mana dalam dokumen laporan
tersebut menekankan peran kunci keberlanjutan pertanian sebagai basis dari pembangunan berkelanjutan Singh dan Shishodia 2007.
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan dalam beragam cara yang berbeda yang menyebabkan pembahasan mengenai masalah yang penting ini
kadangkala menjadi sesuatu yang membingungkan. Terdapat sejumlah keragaman mengenai pengertian dalam konsep pembangunan berkelanjutan atau
topik-topik yang berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan tersebut. Pengertian yang paling sering dikutip untuk mendefinisikan arti pembangunan
berkelanjutan adalah definisi yang diberikan oleh Komisi Brundtland yaitu pembangunan berkelanjutan sebagai “pembangunan yang memenuhi kebutuhan
generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya”.Permasalahan yang timbul dari definisi pembangunan
berkelanjutan tersebut adalah hanya memberikan sedikit kemanfaatan dalam tataran praktis.
Oleh karena permasalahan tersebut maka akan lebih bermanfaat untuk menghubungkan secara langsung konsep pembangunan berkelanjutan dengan
konsep konsumsi dalam sistem akuntansi nasional dan Net Domestic Product NDP. Apabila konsumsi agregat suatu negara kurang dari atau sama dengan
NDP maka perekonomian negara tersebut pasti mengikuti jalur pembangunan berkelanjutan karena stok kapital total akan meningkat atau setidaknya tidak
mengalami penurunan sepanjang waktu. Secara implikasi terdapat kekonsistenan dengan konsep pembangunan berkelanjutan untuk negara yang mengalami
deplesi stok kapital dari sumberdaya alam selama negara tersebut mengkompensasi deplesi tersebut dengan kapital buatan produced or man made
7
capital dan kapital insani human capital. Dalam kasus kapital alami, keberlanjutan mensyaratkan adanya sejumlah nilai ambang batas treshold di
mana kehidupan di bumi menjadi tetap layak dan oleh karenanya menjadi berbahaya apabila memusatkan perhatian hanya pada satu ukuran agregat tunggal
dari kekayaan wealth.
Pezzy 1989 menarik perbedaan antara pengertian keberlanjutan lemah weak dan keberlanjutan kuat strong. Berdasarkan pengertian keberlanjutan
kuat, suatu perekonomian akan berada pada jalur keberlanjutan hanya apabila stok kapital per kapita dari kapital buatan, kapital alami dan kapital insani
kesemuanya tidak mengalami mengalami penurunan sepanjang waktu. Definisi menurut keberlajutan lemah hanya mensyaratkan bahwa agregat stok kapital
penjumlahan dari nilai ketiga jenis kapital tidak mengalami penurunan. Lebih lanjut Pearce dan Barbier 2000 menjelaskan bahwa weak sustainibity secara
implisit tidak membedakan antara natural kapital dan made capital sehingga meskipun natural capital mengalami deplesi,selama masih bisa disubstitusi oleh
man made capital dan human capital yang sama nilainya maka stok agregat masih berada tingkat yang tidak menurun. Sebaliknya dalam kasus strong
sustainibility baik human capital dan man made capital tidak dapat mengganti natural capital yang menyangkut fungsi layanan ekologis yang diberikan oleh
sumberdaya alam tersebut.
Fauzi 2004 menyatakan bahwa dalam prakteknya pengukuran keberlanjutan lemah lebih sering digunakan karena syarat yang paling minimum
untuk menguji pembangunan berkelanjutan suatu negara. Dua pengukuran keberlanjutan lemah yang sering digunakan adalah metode produk nasional hijau
yang dikembangkan oleh Hartwick dan metode genuine saving
yang dikembangkan oleh Pearce dan Atkinson.
2.2 Kesejahteraan Nasional Yang Sesungguhnya
Perkembangan yang pesat di bidang ilmu ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan selama dua dasa warsa terakhir, termasuk didalamnya penilaian
teknik valuasi ekonomi sumberdaya, cukup memberikan dampak yang berarti bagi pengukuran tingkat kesejahteraan suatu
bangsa. Pada masa itu juga perhatian terhadap lingkungan, khususnya dampak terhadap perubahan kuantitas
dan kualitas lingkungan akibat pembangunan ekonomi juga semakin menguat. Pada awalnya, perhatian hanya terbatas pada preservasi spesies yang terancam
punah dan pemeliharaan estitika lingkungan, selanjutnya mengarah ke yang lebih radikal, dengan pemikiran yang mulai sangat berkembang yaitu bahwa
keseluruhan proses pembangunan akan sangat tergantung pada bagaimana sumberdaya alam dan lingkungan tersebut dimanfaatkan Fauzi dan Anna 2003.
Beberapa faktor seperti deplesi dan
degradasi telah
dicoba diakomodasikan melalui perhitungan beberapa indeks yang telah disebutkan di
atas. Namun demikian, perhatian terhadap sumberdaya alam dan lingkungan masih dirasa belum cukup terakamodasi ke dalam perhitungan indeks tersebut.
Dua masalah yang selalu timbul dalam hal aspek lingkungan ini adalah apa yang disebut sebagai “omission-commission”. Sebagai contoh aktifitas perempuan