Neraca Volume Kayu tegakan

22 ini kemudian dilakukan perhitungan volume dengan menggunakan tabel tegakan. Rumus umum yang digunakan untuk menghitung volume tegakan adalah sebagai berikut: Fk KBD Vst Vol  Di mana: Vol : Volume tegakan per Ha m 3 Ha Vst : Volume tegakan menurut tabel normal tegakan pada umur dan kelas kesuburan tanah bonita tertentu. Volume yang digunakan adalah volume batang yaitu volume yang dapat diperdagangkan merchantable volume dari panngkal tonggak sampai ketinggian bebas cabang. KBD : Kepadatan Bidang Dasar Tegakan, yaitu perbandingan antara luas bidang dasar aktual hasil pengukuran dengan luas bidang dasar menurut tabel normal tegakan Fk : Faktor koreksi Volume kayu yang dipanen menurut jenis diperoleh dari Laporan Produksi Tahunan dari tahun 2003 sampai dengan 2010. Data produksi ini mencakup luasan dan volume kayu yang dipanen atau ditebang menurut jenis tebangan yang ada di Perum Perhutani yaitu: a Tebang Habis Biasa, yaitu tebangan pada kawasan yang masuk ke dalam Kelas Hutan Produktif tebangan A, b Tebang Habis pada kawasan Kelas Hutan Tidak ProduktifTebangan B, b Tebang habis pada kawasan yang akan dihapuskan dikonversi atau Tebangan C, d Tebangan pada tegakan yang mengalami gangguan hama penyakit, atau tebangan dengan tujuan khusustebangan D dan e tebangan penjarangan atau tebangan E. Data kehilangan pohon akibat pencurian diperoleh dari Laporan Bidang Hukum, Keamanan dan Agraria dari masing-masing KPH dari tahun 2003 sampai dengan 2010. Dalam laporan yang diterbitkan, data yang tersedia berupa kehilangan pohon batang akibat pencurian dan estimasi nilai kerugiannya. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan asumsi bahwa rata-rata volume per pohon yang hilang akibat pencurian dan perusakan tegakan adalah 0,30 m 3 pohon. Data kehilangan volume tegakan akibat bencana alam juga identik dengan data kehilangan volume akibat pencurian dan perusakan hutan, dalam hal ini diasumsikan rata-rata volume per pohon adalah sebesar 0,25 m 3 pohon Data penggembalaan dan kebakaran di kawasan hutan diperoleh dari Laporan Bidang Hukum, Keamanan dan Agraria dari masing-masing KPH dari tahun 2003 sampai dengan 2010 .Dalam laporan yang diterbitkan, data yang tersedia berupa luasan kawasan hutan Ha yang mengalami kerusakan dan estimasi nilai kerugiannya. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan asumsi bahwa rata-rata volume per Ha yang berkurang akibat penggembalaan adalah 3 m 3 Ha dan 5 m 3 Ha akibat kebakaran hutan. Data pertumbuhanriap growth tegakan tidak tersedia secara langsung, dan oleh karena itu dilakukan estimasi dengan menggunakan volume yang ada di tabel normal untuk masing-masing jenis tegakan. Untuk penaksiran riap tegakan ini data yang digunakan adalah data hasil inventarisasi hutan yang sama untuk perhitungan stok pembuka pada tahun 2003. Dengan mengasumsikan semua penciri keadaan sama dengan pada saat dirisalahdiinventarisasi,volume tegakan dihitung dengan 23 memproyeksikan umur tegakan pada tahun 2010. Selisih volume aktual pada saat tegakan berumur sebagaimana pada tahun 2003 dengan volume pada saat tegakan diproyeksikan umurnya pada tahun 2010 merupakan pertumbuhan tegakan.

c. Neraca Sediaan Karbon

Dalam studi ini, penyimpanan karbon di dalam hutan diperlakukan sebagai sediaan variabel variable stock. Mengikuti studi yang dilakukan oleh Hasan 2000, metode dinamik untuk menghitung densitas penyimpanan karbon adalah sebagai berikut: Karbon tersimpan di dalam hutan SC diperlakukan sebagai variabel stok stock variable    n j tj t CAR SC 1 dan      n j j t t CAR S 1 , 1 1 6          n j j t n j tj t t CAR CAR S SC 1 , 1 1 1 7 Kandungan karbon vegetasi pohon Brown, S dan Lugo Ae, 1984: 0,5 berat biomassa j j BM C 5 ,  8 Biomassa batang dikonversi dari volume batang: Volume batang kerapatan kayu wood density j j j w V BM  9 Di mana: t Sc : Stok karbon tC pada tahun atau periode t 1  t Sc : Stok karbon tC pada tahun atau periode t-1 j BM : Berat Biomassa Kering ton dari jenis pohon j j CAR : Kandungan karbon tC pada jenis tegakan j j C : Kandungan karbon tCpohon untuk jenis j j V : Volume kayu m 3 untuk jenis j j w : Kerapatan kayuwood density grcm 3 untuk jenis j Penyusunan neraca sediaan karbon pada dasarnya mengikuti neraca sediaan volume tegakan, karena karbon yang tersimpan di dalam hutan berkait secara langsung dengan volume tegakan menurut jenisnya.Untuk pendugaan karbon terimpan di dalam kawasan hutan ini digunakan nilai kerapatan kayu wood density yang bersumber dari Brown S 1997, dimana kerapatan kayu untuk masing-masing jenis kayu adalah sebagaimana disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini. 24 Tabel 4.2 Kerapatan Kayu Wood Density Beberapa Jenis Kayu Penyusun Tegakan Hutan di Kabupaten Blora No Jenis Kayu Wood Density grcm 3 1 Akasia 0,75 2 Gmelina 0,75 3 Jati 0,55 4 Johar 0,75 5 Mahoni 0,53 6 Mimbo 0,75 7 Mindi 0,75 8 Sonobrit 0,75 9 Sonokeling 0,75 Sumber: Brown S 1997

4.3.2 NeracaAkun Moneter a. Neraca Moneter Tegakan

Untuk megestimasi nilai aset tegakan kayu dalam penelitian ini mengaplikasikan dua metode valuasi, yaitu: metode harga neto Net Price ,NP dan metode user cost dari El Serafy El Serafy User cost method=ESUC. a1. Net Price Method Metode harga neto yang diaplikasikan untuk sumberdaya biologis seperti halnya kehutanan dapat dituliskan sebagai :   t t t t R MC P AV   10 dengan mengasumsikan t MC dan t P tidak mengalami perubahan sepanjang waktu analisis, maka nilai aset tegakan pada saru periode ke depan atau nilai aset akhir dapat dituliskan sebagai:   1 1     t t R t MC t P AV 11     1 1       t t t t t t R R MC P AV AV 12     1     t t t t t R R MC P DEP 12a   t t t t q MC P DEP   13   t t t t q MC P NAT   14 Di mana: AV : Nilai aset tegakan Rp t P : Harga Jual kayu Rpm 3 t MC : Biaya Marjinal untuk membangun tegakan dan memanen kayu Rpm 3 t R : Stok atau sediaan tegakan fisik pada awal periode m 3 1  t R : Stok atau sediaan tegakan fisik pada akhir periode m 3 t DEP : Perubahan Nilai Aset akumulasi neto Rp