Penelitian Sebelumnya TINJAUAN PUSTAKA
14
marjinal sosial marginal social damage yang dikembangkan oleh Atkinson dan Gundimeda 2006.Penilaian hasil hutan bukan kayu dilakukan dengan dua
pendekatan. Pendekatan pertama adalah nilai royalti yang dibebankan kepada pemanfaat dan pendekatan kedua dengan opportunity cost atau biaya imbangan
yang diperlukan mengumpulkan hasil hutan bukan kayu tersebut.Hasil studi menunjukkan bahwa akumulasi neto dari deplesi sumberdaya hutan adalah
sebesar -1,05 dari GDP untuk kayu dan -0,31 dari GDP untuk karbon.Sedangkan untuk kayu bakar dan hasil hutan bukan kayu tidak
dimasukkan ke dalam perhitungan terhadap GDP, namun ditunjukkan besarnya nilai ekonomi yang disumbangkan oleh keduanya terhadap pendapatan rumah
tangga masyarakat.
Goio et al 2007 melaporkan hasil studinya mengenai integrasi nilai sumberdaya hutan ke dalam perhitungan pendapatan regional untuk propinsi
Trento, Italia. Dalam studinya Goio, et al, mengestimasi nilai manfaat hutan yang tidak memiliki harga pasar, yaitu: nilai bentang lahan nilai rekreasi alami, nilai
penambatan karbon dan nilai perlindungan hidrogeologis. Hasil studi menunjukkan bahwa dengan memasukkan semua nilai manfaat dari hutan,
kontribusi sektor kehutanan meningkat dari semula 25 juta euro per Ha hanya memasukkan nilai manfaat kayu yang dipanen menjadi sebesar 136 juta euro per
Ha.
Hasan dan
Ngwenya 2006
mengembangkan studi
untuk mengintegrasikan kerangka kerja akuntansi sumberdaya hutan yang bertujuan
untuk memberikan koreksi terhadap ukuran kesejahteraan dan kinerja ekonomi konvensional yang diturunkan dari System of National Account SNA, yaitu
Gross Saving di negara Swaziland. Dalam studinya Hasan dan Ngwenya memasukkan perubahan nilai aset tegakan kayu dan nilai manfaat penyimpanan
karbon di kawasan hutan untuk menghasilkan indikator yang disebut net saving atau geunine saving Kapitalisasi nilai aset tegakan dinilai dengan tiga pendekatan
yaitu : Change in Value CAV Method, Net Price Method NP dan El Seraffy User Cost Method ESUC.Sedangkan untuk perubahan penyimpanan karbon
diestimasi dengan pendekatan model dinamik densitas penyimpanan karbon yang dikembangkan oleh Hassan 2000. Nilai satuan karbon yang dipergunakan
diperoleh dari hasil studi yang dilakukan oleh orang lain, sehubungan dengan Swaziland belum memiliki estimasi untuk nilai karbon yang tersimpan di dalam
hutan. Berdasarkan pendekatan tersebut, temuan-temuan penting yang dihasilkan dari studi tersebut adalah: a rata-rata akumulasi neto dari stok tegakan
meningkatan rata-rata net saving Swaziland sebesar 56 b penyimpanan karbon menyumbangkan rata-rata tambahan terhadap net saving sebesar 36,
selama periode waktu dari tahun 1988 sampai dengan 1999.
Suparmoko 2008
melakukan studi
yang bertujuan
untuk mengembangkan ukuran yang dapat dipercaya yang dapat digunakan sebagai
indikator terhadap pembangunan ekonomi daerah. Ukuran tersebut dikenal dengan Produk Domestik Regional Bruto Ramah Lingkungan dengan kasus
sektor kehutanan. Dalam studinya Suparmoko memasukkan nilai deplesi sumberdaya hutan dan degradasi lingkungan akibat penebangan hutan di
Kabupaten Blora selama periode tahun 2002 sampai dengan 2004. Nilai deplesi
15
hutan dihitung dengan menggunakan metode unit rent atau net price method yang mencakup tiga jenis komoditas yaitu jati, mahoni dan kayu bakar. Sedangkan
nilai degradasi lingkungan yang dimasukkan ke dalam perhitungan PDRB ramah lingkungan mencakup nilai penggunaan tidak langsung dan nilai non guna dari
sumber daya hutan. Nilai guna tidak langsung mencakup: konservasi tanah dan air, penyerapankarbon, pencegahan banjir, transportasi air dan keanekaragaman
hayati. Untuk nilai non guna mencakup nilai pilihan dan nilai keberadaan. Nilai penggunaan tidak langsung dan nilai non guna didasarkan pada nilai ekonomi
yang dihasilkan oleh studi yang lain benefit transfer. Hasil studi menunjukkan bahwa depresiasi sumberdaya hutan di Kabupaten Blora sangat tinggi yang
mencapai 30 dari nilai sumbangan sektor kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Blora.