perubahan warna kulit serta tanda-tanda tubuhnya saat dewasa, sehingga sulit untuk membedakan spesies ikan cucut saat ikan tersebut masih muda.
Diketahui juga bahwa terdapat lebih dari satu kelompok umur ikan C. punctatum pada tiap bulan pengamatan. Hal ini mengindikasikan terjadinya proses
rekruitmen selama beberapa bulan sebelum pengamatan. Menurut Wourms 1977 dalam Conrath 2005, siklus reproduksi sebagian besar elasmobranchii dilakukan
terus menerus sepanjang tahun tanpa musim puncak pemijahan tertentu. Terlebih cucut C. punctatum memiliki pola reproduksi dengan bertelur sehingga lama waktu
dari satu siklus reproduksi ke siklus reproduksi berikutnya menjadi lebih cepat karena cucut ini tidak mengandung anaknya untuk waktu yang lama. Meski seperti
itu telur cucut tetap memerlukan waktu yang sangat lama untuk menetas sejak dilepaskan oleh induknya yaitu antara 8-15 bulan Conrath 2005.
Kedua jenis cucut tersebut merupakan sebagian jenis dengan ukuran tubuh yang relatif kecil 100-120 cm, karena itu walaupun ikan yang didaratkan
berukuran kecil namun ikan tersebut sudah mencapai tahap dewasa. Menurut nelayan, sebagian besar cucut tertangkap pada saat nelayan melakukan operasi
penangkapan di perairan tengah cukup jauh dari pantai. Ikan cucut dan pari yang tertangkap di daerah penangkapan pinggir inshore umumnya berukuran kecil dan
sebagian besar belum dewasa. Sebaliknya ikan cucut dan pari yang tertangkap di perairan tengah offshore umumnya berukuran besar dan telah dewasa. Armada
kapal berukuran kecil 6-12 GT melakukan penangkapan di daerah perairan pantai inshore yang jaraknya kurang dari 12 mil dari pantai, sedangkan daerah
penangkapan offshore 12 mil umumnya dieksploitasi oleh armada penangkapan dengan ukuran kapal lebih dari 30 GT Rahardjo 2007.
4.4.2. Parameter pertumbuhan cucut
Hasil analisis parameter pertumbuhan yaitu koefisien pertumbuhan K, panjang asimptotik L
∞
dan umur teoritis ikan pada saat panjang ikan 0 t untuk
kedua jenis cucut disajikan pada Tabel 4. Parameter pertumbuhan diduga dengan menggunakan model Von Bertalanffy dengan menggunakan bantuan software
FISAT II metode ELEFAN I.
Tabel 4. Parameter pertumbuhan cucut dengan menggunakan ELEFAN I Parameter
Carcharinus dussumieri Chiloschyllium punctatum
L∞ cm 97,44
90,40 K pertahun
0,63 0,32
t tahun
-0,18 -0,38
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy ikan Carcharinus dussumieri di Perairan Laut Jawa sebagai berikut:
� �
[ ]
Sedangkan untuk ikan Chiloscyllium punctatum di Perairan Laut Jawa memiliki persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy sebagai berikut:
� �
[ ]
Kurva pertumbuhan ikan Carcharinus dussumieri dan Chiloscyllium punctatum yang diperoleh dengan memplotkan umur tahun dan panjang total ikan
mm hingga ikan berumur belasan tahun ditunjukkan pada Gambar 23 dan 24. Gambar tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien pertumbuhan K dan panjang
asimptorik L
∞
dari cucut C. dussumieri lebih besar dari C. punctatum laju pertumbuhan ikan C. dussumieri lebih cepat dari ikan C. punctatum. Berdasarkan
perhitungan, laju pertumbuhan ikan C. dussumieri sudah menjadi sangat lambat saat ikan memasuki umur 6-7 tahun sedangkan laju pertumbuhan cucut C. punctatum
mengalami pelambatan saat ikan berumur 10-11 tahun. Disimpulkan bahwa ikan C. punctatum memiliki umur harapan hidup yang lebih lama dibandingkan ikan C.
dussumieri. Perbedaan laju pertumbuhan diduga karena berbedanya pola reproduksi kedua
jenis cucut tersebut, dimana C. dussumieri bereproduksi dengan cara melahirkan sedangkan C. punctatum bereproduksi dengan cara bertelur. Ikan C. dussumieri
yang baru dilahirkan sudah berukuran cukup besar dengan panjang 37-40 cm, sehingga dengan panjang tubuh yang cukup besar tersebut anak ikan cucut C.
dussumieri sudah siap untuk berburu dan mencari makanan ikan-ikan yang berukuran sedang dalam jumlah yang lebih banyak. Makanan dalam jumlah banyak
memberikan nutrisi yang besar kepada ikan sehingga ikan akan tumbuh lebih cepat. Sedangkan C. punctatum memiliki ukuran yang jauh lebih kecil saat ikan tersebut
baru menetas panjang 10-15 cm. Dengan ukuran tubuh dan bukaan mulut yang relatif kecil, anak ikan C. punctatum hanya mampu mencari makanan dengan ukuran
yang kecil dengan nutrisi yang lebih sedikit. Ukuran tubuhnya yang kecil mengakibatkan sedikitnya jumlah makanan yang didapat karena terjadi persaingan
dalam mendapatkan makanan oleh ikan lain dengan ukuran yang sama.
Gambar 23. Kurva pertumbuhan Carcharinus dussumieri
Gambar 24. Kurva pertumbuhan Chiloscyllium punctatum
Sebelumnya pada Gambar 21 dan 22 diketahui bahwa ikan C. punctatum memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dari ikan C. dussumieri, namun
berdasarkan Tabel 4, nilai koefisien pertumbuhan C. punctatum lebih kecil dari C. dussumieri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan umur harapan hidup dari kedua jenis
-10 10
30 50
70 90
110
-1 4
9 14
19
Pan jan
g Ikan
c m
Umur Ikan tahun
97,44 ��=97,44 −�
[ − ,63�+0,18]
-10 10
30 50
70 90
110
-1 4
9 14
19
Pan jan
g Ikan
c m
Umur Ikan tahun
90,40 L
t
= 90,40 1-e
[-o,32t+0,38]
cucut tersebut. Ikan C.dussumieri dengan panjang 80 cm diperkirakan memiliki umur 4-5 tahun, pertumbuhannya sudah mulai melambat karena mendekati umur
harapan hidupnya yaitu 6-7 tahun. Sedangkan ikan C. punctatum dengan panjang 80 cm diperkirakan berumur 5-6 tahun, laju pertumbuhannya relatif cepat karena umur
harapan hidupnya masih cukup lama yaitu 10-11 tahun. Ikan berumur muda memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan ikan yang berumur tua.
Cepatnya pertumbuhan dan pendeknya umur ikan mengindikasikan laju kematian yang cukup tinggi.
Hasil analisis beberapa penelitian sebelumnya mengenai ikan cucut berukuran kecil lainnya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Parameter pertumbuhan ikan cucut berukuran kecil dari beberapa hasil penelitian Jenis
Lokasi Koefisien
pertumbuhan K per tahun
L
∞
cm Sumber
Chiloscyllium plagiosum Taiwan
0,22 93,10
Chen et al. 2006 Chiloscyllium punctatum
Laut Jawa 0,32
90,40 Soffa 2012
Carcharhinus sorrah Carcharhinus dussumieri
Laut Timor Laut Jawa
0,30 0,63
124,0 97,44
FishBase 2012 Soffa 2012
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan di beberapa perairan yang berbeda. Diperoleh nilai koefisien pertumbuhan ikan C. sorrah di Laut Timor
sebesar 0,30 per tahun dengan L
∞
124,0 cm, sedangkan untuk C. dussumieri di perairan Laut Jawa diperoleh nilai K 0,63 dengan L
∞
97,44 cm. Nilai koefisien pertumbuhan ikan C. plagiosum di Taiwan sebesar 0,22 per tahun dengan L
∞
93,10 cm Chen et al. 2006, sedangkan C. punctatum di Laut Jawa memiliki nilai K 0,32
dan L
∞
90,40 cm. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan C. dussumieri dan C. punctatum di Laut Jawa lebih besar dibandingkan spesies lain dari famili yang sama.
Semakin cepat laju pertumbuhannya, maka akan semakin cepat pula ikan tersebut mencapai panjang asimptotiknya L
∞
. Kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan dapat mempengaruhi cepatnya
laju pertumbuhan ikan. Laut Jawa merupakan perairan subur dengan suhu yang hangat sepanjang tahun. Menurut Yusniati 2006, suhu rata-rata Laut Jawa pada
bulan Juli – September adalah berkisar antara 23-31
o
C, dengan dominasi suhu 24- 26
o
C pada bulan Juli-Agustus dan 23-26
o
C pada bulan September. Kondisi perairan tersebut menjadikan Laut Jawa kaya akan berbagai sumberdaya perairan.
Berdasarkan tingkat temperatur, cucut yang ditangkap di perairan Laut Jawa
merupakan jenis cucut tropis aktif active tropical sharks yang hidup di perairan hangat dengan suhu 21
o
C dan melakukan ruaya musiman mengikuti perubahan suhu air Susanti 1997 dalam Irawan 2002. Ciri-ciri dari jenis cucut tropis aktif
adalah memiliki tingkat metabolisme yang cukup tinggi 2,5 kali lebih besar dari jenis cucut di wilayah subtropis sehingga badannya telihat ramping atau kurus.
Cucut ini juga mampu berenang dari berbagai tingkat kedalaman ataupun berbagai habitat dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Pergerakan yang aktif ini
membutuhkan energi yang sangat banyak sehingga cucut membutuhkan makanan dengan jumlah yang lebih besar dari ikan lainnya Bushnell 1989. Dengan
ketersediaan makanan yang cukup banyak di Laut Jawa dapat memenuhi kebutuhan makanan ikan cucut yang hidup di perairan tersebut. Besarnya kuantitas makanan
yang dikonsumsi ini tentu akan mempengaruhi laju pertumbuhan dari ikan cucut menjadi lebih cepat.
Panjang asimptotik L
∞
dari kedua jenis cucut tersebut lebih kecil daripada L
∞
yang seharusnya dapat dicapai yaitu C. dussumieri dapat mencapai 100 cm dan C. punctatum dapat mencapai 104 cm Campagno 1984. Kecilnya nilai L
∞
diduga terjadi karena kedua ikan tersebut memiliki perbedaan sifat genetik dari masing-
masing spesies dimana ukuran maksimum kedua ikan tersebut di Laut Jawa memang lebih kecil dari yang pernah ditemukan sebelumnya. Selain itu diduga terdapat
gangguan dari lingkungan yang menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dengan maksimal, atau ikan tersebut mengalami tekanan penangkapan sehingga ikan akan
tumbuh lebih cepat dan panjang asimptotiknya semakin kecil. Semakin cepatnya pertumbuhan dan pendeknya umur ikan mengindikasikan laju kematian yang cukup
tinggi. Rahardjo 2007 mengatakan bahwa ukuran ikan yang semakin mengecil disebabkan oleh penangkapan dengan intensitas tinggi atau berbagai faktor alam
yang mengganggu habitat ikan itu sendiri.
4.5. Nisbah Kelamin