4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Perikanan Cucut di PPI Karangsong
Secara geografis Kawasan PPI Karangsong terletak pada koordinat 06°1845 dan 06°1945 Lintang Selatan dan 108° 2130 dan 108° 2230 Bujur
Timur. Kawasan PPI berada di Desa Karangsong Kecamatan Indramayu, yang berjarak ± 4,5 km dari pusat ibu kota Kabupaten Indramayu. Lokasi PPI berada di
sekitar pesisir Laut Jawa yang letaknya berada masuk di bagian dalam dari bibir pantai. Sungai Prajagumiwang mengalir tepat disamping kawasan PPI berfungsi
sebagai alur pelayaran keluar masuk kapal ke pelabuhan. Kondisi sungai saat ini sudah mengalami pendangkalan akibat lumpur atau material endapan yang terbawa
di sepanjang Sungai Prajagumiwang Omat 2008. Koperasi Perikanan Laut KPL Mina Sumitra merupakan koperasi yang
berperan sebagai pengelola PPI Karangsong dibawah naungan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Armada kapal nelayan yang berada pada wilayah
kerja KPL Mina Sumitra pada tahun 2006 tercatat 616 unit yang terdiri dari kapal motor kapasisas lebih dari 15 GT Gambar 5 sebanyak 188 unit, kapal motor
kapasitas 5-15 GT sebanyak 148 unit, dan kapal motor tempel kapasitas 1-2 GT sebanyak 280 unit Omat 2008 dan jumlah ini tentunya akan semakin besar pada
tahun-tahun berikutnya. Sebelum tahun 2008, PPI Karangsong hanyalah pelabuhan kecil dengan hasil tangkapan yang tidak terlalu besar. Namun pada tahun 2008, DKP
Kabupaten Indramayu melakukan kerjasama dengan Bank tertentu dalam upaya permodalan, sehingga mampu meningkatkan jumlah armada penangkapan yang
cukup pesat hingga saat ini.
Gambar 5. Armada kapal penangkapan ikan PPI Karangsong Sumber: Omat 2008
Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap cucut terdiri dari gillnet millenium, jaring rampus dan pancing. Gillnet millenium merupakan alat tangkap
yang dominan digunakan oleh nelayan karena dinilai lebih efisien dan menghasilkan lebih banyak ikan dibandingkan dengan alat tangkap lain. Konstruksi dan desain alat
tangkap gillnet millenium sama dengan jaring insang pada umumnya, perbedaannya hanya terletak pada bahan jaring yang terbuat dari Polyamide monofilament.
Nelayan menggunakan bahan tersebut karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki serat pilinan 8-12 ply sehingga memungkinkan ikan-ikan kecil
dapat terjerat dalam serat pilinan dan menjadi umpan bagi ikan yang berukuran besar. Polyamide monofilament merupakan bahan sintetis yang relatif tahan lebih
lama terhadap pembusukan atau pelapukan dan tidak terpengaruh terhadap lamanya perendaman dalam air. Selain itu bahan ini tidak menyerap air sehingga lebih ringan
dalam proses penarikan jaring Ramdhan 2008.
Gambar 6. Gillnet millenium yang digunakan nelayan Karangsong Sumber: Dokumentasi pribadi
Ukuran mata jaring gillnet millenium yang digunakan nelayan Karangsong cukup besar yaitu 3-4 inchi sehingga ikan-ikan yang tertangkap oleh nelayan
berukuran besar. Pengoperasian alat tangkap ini dengan cara menebar setting jaring di area fishing ground selama 1-3 jam tergantung panjang jaring nelayan
tersebut. Jaring dan kapal dibiarkan hanyut mengikuti arus air drift gillnet dan dibiarkan selama ± 6 jam terendam dalam air. Penarikan jaring dilakukan tanpa
bantuan alat apapun menggunakan tangan dan ikan yang tertangkap akan langsung dilepaskan dari jeratan jaring. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali penarikan jaring
hauling berkisar antara 2-4 jam bergantung pada banyaknya ikan yang tertangkap. Terkadang proses hauling dilakukan selama hampir 12 jam dikarenakan hasil
tangkapan yang sangat banyak dan berukuran besar. Jaring ini dioperasikan pada posisi permukaan perairan surface gillnet atau di kedalaman tertentu.
Jumlah ikan yang didaratkan tiap harinya rata-rata mencapai 30 ton dengan jenis yang beragam, dengan rata-rata nilai lelang perhari nya sebesar 1 miliar rupiah.
Ikan – ikan ini sebagian besar berasal dari perairan Laut Jawa, Kalimantan,
Sumatera dan Sulawesi. Cucut merupakan hasil tangkapan sampingan dengan persentase hanya 5 dari seluruh jenis ikan yang didaratkan di PPI Karangsong
Gambar 7, dengan jenis ikan dominan yang didaratkan adalah tongkol, tenggiri, manyung, remang dan kakap merah.
Gambar 7. Diagram komposisi hasil tangkapan ikan di PPI Karangsong Sumber : KPL Mina Sumitra
Menurut data DKP Kabupaten Indramayu 2006 dalam Omat 2008, jumlah penduduk yang memiliki status nelayan di Kecamatan Indramayu adalah sebanyak
4.469 orang dan nelayan pemilik sebanyak 756 orang. Nelayan pemilik merupakan juragan yang memiliki kapalperahu baik berukuran kecil maupun besar. Sebagian
besar nelayan berasal dari PPI Karangsong karena PPI tersebut merupakan pelabuhan terbesar dibandingkan dengan pelabuhan lain di Kabupaten Indramayu.
Tongkol 40
Tenggiri 15
Manyung 17
Remang 9 Cucut
5 Kakap Merah
4 Lain-Lain
10
Armada kapal yang sering mendapatkan cucut sebagai hasil tangkapan adalah kapal-kapal besar dengan ukuran 15-40 GT dengan lama pelayaran 40-60 hari.
Sebagian besar kapal-kapal ini melakukan operasi penangkapan tanpa menentukan ikan buruan atau ikan tangkapan utama, mereka hanya mengejar kumpulan
schooling ikan yang posisinya paling dekat dengan kapal. Lokasi penangkapan ditentukan berdasarkan pengalaman nahkoda kapten kapal yang dibantu dengan
adanya informasi daerah penangkapan yang diberikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu melalui pusat Informasi Daerah Penangkapan Ikan
IDPI yang berkerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN dalam hal penginderaan jauh. Dengan adanya informasi ini nelayan
menjadi lebih mudah dalam menentukan lokasi penangkapan sehingga biaya operasional menjadi lebih efisien.
Gambar 8. Peta lokasi penangkapan ikan cucut nelayan Karangsong data diolah berdasarkan wawancara, 2012
Ukuran kapal yang besar semakin meningkatkan area jelajah yang dapat dilalui nelayan. Dengan ketersediaan ikan yang semakin terbatas membuat nelayan
harus berlayar lebih jauh untuk mengejar ikan buruan. Berdasarkan hasil wawancara, nelayan Karangsong dengan kapal berukuran kecil melakukan
penangkapan ikan di perairan dekat pantai Indramayu. Sedangkan untuk kapal dengan ukuran besar, penangkapan dapat dilakukan pada perairan yang jauh dari
bibir pantai, seperti di perairan Laut Jawa, Selat Makassar, Selat Karimata, bahkan mencapai perairan Laut Natuna dan perairan perbatasan antara Indonesia dengan
Filiphina Gambar 8. Ikan cucut dipasarkan untuk pasar lokal maupun pasar ekspor. Bentuk produk
yang dijual di pasar lokal berupa ikan segar dan dagingnya dikeringkan sebagai ikan asin, sedangkan sirip cucut yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi dijual untuk
pasar ekspor. Cucut segar dijual dengan harga Rp10.000 – Rp15.000 per kilonya
sedangkan siripnya dijual dengan harga Rp300.000 – Rp2.000.000 tergantung
ukuran siripnya.
4.2. Produksi Cucut PPI Karangsong