Pertumbuhan Pola Reproduksi TINJAUAN PUSTAKA

6 Squantinidae adalah sebagai pari, karena cucut ini merupakan jenis cucut yang paling pipih diantara jenis lainnya. Gambar 2. Terminologi morfologi ikan cucut Campagno 1984. Mata cucut terletak pada bagian sebelah atas dari kepalanya atau dibagian samping dari kepala. Cucut bergerak dengan mengandalkan gerakan ekor serta sirip ekor dalam mendorong ikan ke depan, sedangkan sirip dadanya hampir sama sekali tidak digunakan dalam berenang namun digunakan sebagai penyeimbang dan pengatur arah dari gerakan cucut. Kebanyakan cucut memiliki 2 sirip punggung dan jarang sekali jenis cucut yang hanya memiliki 1 sirip punggung. Gigi cucut tersusun dalam beberapa baris dan secara konstan akan selalu tumbuh berganti jika gigi itu tanggal ataupun tidak Carpenter dan Niem 1998.

2.3. Pertumbuhan

Pertumbuhan secara umum adalah perubahan dimensi panjang, berat, volume, jumlah dan ukuran per satuan waktu. Pertumbuhan juga didefinisikan sebagai pertambahan biomass dalam satu populasi yang dihasilkan oleh material asimilasi dari lingkungan Aziz 1989. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah jenis dan ukuran makanan, jumlah ikan, faktor lingkungan dan kondisi ikan itu sendiri. Jenis dan ukuran makanan menentukan tingkat kecernaan makanan yang diserap oleh tubuh ikan, sedangkan jumlah ikan mempengaruhi ketersediaan makanan karena terjadi 7 kompetisi untuk memperebutkan makanan yang sama. Faktor lingkungan yang paling berperan dalam pertumbuhan adalah oksigen, suhu, dan kondisi kualitas air. Umur dan pengaruh genetik juga menentukan cepat atau tidaknya pertumbuhan suatu jenis ikan. Menurut Camhi et al. 2008, laju pertumbuhan Elasmobranchii sangatlah lamban. Beberapa spesies memiliki laju pertumbuhan yang cukup besar pada fase juvenil, namun saat dewasa laju pertumbuhannya menjadi lamban. Bruce 2008 dalam Camhi et al. 2008 mengestimasikan koefisien pertumbuhan k dari cucut Carcharodon carcharias dengan menggunakan metode Von Bertalanffy, dan nilai k hanya berkisar 0,058 – 0,071. Sedangkan Bonfil 2008 dalam Camhi et al. 2008 mengestimasi nilai k pada cucut Carcharinus falciformis adalah sebesar 0,08 – 0,153. Nilai k yang relatif kecil mengindikasikan bahwa cucut memiliki laju pertumbuhan yang lamban.

2.4. Pola Reproduksi

Ikan cucut secara keseluruhan memiliki pola reproduksi yang berbeda dan dikelompokkan menjadi 3 pola reproduksi, yaitu ovipar bertelur, aplacental viviparity with oophagy melahirkan tanpa adanya plasenta, dan placental viviparity melahirkan dan terdapat plasenta. Pola reproduksi bertelur dilakukan oleh cucut yang menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya di dasar perairan seperti famili Hemischylidae, dan diketahui tidak ada satupun jenis cucut yang hidup di perairan samudera yang memiliki pola reproduksi dengan cara bertelur. Walaupun bertelur, pembuahan tetap terjadi secara internal didalam tubuh induk betina. Telur yang sudah dibuahi diselimuti oleh kantung telur dan dilepaskan ke lingkungan di dasar perairan. semua nutrisi yang dibutuhkan oleh embrio untuk berkembang didapatkan hanya dari kuning telur yang terdapat dalam kantung telur Hamlett Koob 1999 dalam Camhi et al. 2008. Pola reproduksi aplacental viviparity with oophagy melahirkan tanpa adanya plasenta hanya dimiliki oleh genus Alopias, Lamna, Isurus dan Carhcharodon dimana hanya ovarium sebelah kanan yang berfungsi sebagai organ penghasil sel telur. Tidak terdapat tali plasenta sebagai penyalur makanan yang 8 menghubungkan induk dengan anaknya. Setelah sel telur dibuahi, embrio didalam kandungan mengambil nutrisi yang berasal dari kuning telur untuk berkembang. Saat kuning telur habis, embrio masih terlalu kecil dan belum siap untuk dilahirkan. Embrio memperoleh makanan dari sel telur yang tidak dibuahi oophagy yang terus diproduksi oleh induk selama mengandung. Di akhir masa kehamilan, induk berhenti memproduksi sel telur dan mempersiapkan energi untuk melahirkan Hamlett Koob 1999 dalam Camhi et al. 2008. Placental viviparity melahirkan dan terdapat plasenta merupakan pola reproduksi yang dimiliki oleh genus Carcharinus dan Prionace. Pada awal perkembangan embrio, embrio memperoleh nutrisi dari kuning telur dalam kantung telur. Namun saat kuning telur tersebut habis, kantung telur berubah bentuk menyerupai plasenta pseudoplacenta yang menghubungkan induk dan embrio. Pesudoplacenta ini terbentuk tidak sama seperti placenta yang dimiliki mamalia, namun fungsinya tetap sama yaitu menyalurkan makanan dan oksigen antara induk dengan kandungannya Hamlett Koob 1999 dalam Camhi et al. 2008. Semua cucut yang bereproduksi tidak dengan cara bertelur memiliki waktu kehamilan yang cukup lama yaitu 8-24 bulan. Beberapa spesies memiliki masa resting period yaitu periode saat cucut tersebut beristirahat dan tidak melakukan reproduksi dengan lama resting period berkisar antara 3-18 bulan. Jumlah anak yang dihasilkan pun sangat sedikit, hanya 2-18 anak dalam satu kali melahirkan, namun untuk cucut Prionace glauca menghasilkan 10-135 anak dalam satu kali melahirkan Hamlett Koob 1999 dalam Camhi et al. 2008. Disimpulkan bahwa pola reproduksi cucut tersebut mengakibatkan cucut sangat rentan terhadap eksploitasi berlebih akibat periode reproduksi yang lama dengan jumlah anak yang sangat sedikit.

2.5. Habitat dan Distribusi Geografis