merupakan jenis cucut tropis aktif active tropical sharks yang hidup di perairan hangat dengan suhu 21
o
C dan melakukan ruaya musiman mengikuti perubahan suhu air Susanti 1997 dalam Irawan 2002. Ciri-ciri dari jenis cucut tropis aktif
adalah memiliki tingkat metabolisme yang cukup tinggi 2,5 kali lebih besar dari jenis cucut di wilayah subtropis sehingga badannya telihat ramping atau kurus.
Cucut ini juga mampu berenang dari berbagai tingkat kedalaman ataupun berbagai habitat dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Pergerakan yang aktif ini
membutuhkan energi yang sangat banyak sehingga cucut membutuhkan makanan dengan jumlah yang lebih besar dari ikan lainnya Bushnell 1989. Dengan
ketersediaan makanan yang cukup banyak di Laut Jawa dapat memenuhi kebutuhan makanan ikan cucut yang hidup di perairan tersebut. Besarnya kuantitas makanan
yang dikonsumsi ini tentu akan mempengaruhi laju pertumbuhan dari ikan cucut menjadi lebih cepat.
Panjang asimptotik L
∞
dari kedua jenis cucut tersebut lebih kecil daripada L
∞
yang seharusnya dapat dicapai yaitu C. dussumieri dapat mencapai 100 cm dan C. punctatum dapat mencapai 104 cm Campagno 1984. Kecilnya nilai L
∞
diduga terjadi karena kedua ikan tersebut memiliki perbedaan sifat genetik dari masing-
masing spesies dimana ukuran maksimum kedua ikan tersebut di Laut Jawa memang lebih kecil dari yang pernah ditemukan sebelumnya. Selain itu diduga terdapat
gangguan dari lingkungan yang menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dengan maksimal, atau ikan tersebut mengalami tekanan penangkapan sehingga ikan akan
tumbuh lebih cepat dan panjang asimptotiknya semakin kecil. Semakin cepatnya pertumbuhan dan pendeknya umur ikan mengindikasikan laju kematian yang cukup
tinggi. Rahardjo 2007 mengatakan bahwa ukuran ikan yang semakin mengecil disebabkan oleh penangkapan dengan intensitas tinggi atau berbagai faktor alam
yang mengganggu habitat ikan itu sendiri.
4.5. Nisbah Kelamin
Nisbah kelamin atau perbandingan jenis kelamin merupakan perbandingan jumlah jenis kelamin ikan jantan dan ikan betina. Secara alamiah, perbandingan
yang ideal adalah satu jantan berbanding satu betina, namun kenyataannya seringkali ditemukan ikan jantan lebih dominan atau sebaliknya. Hal ini umumnya disebabkan
karena adanya tingkah laku ikan menurut jenis kelamin, kondisi lingkungan, penangkapan ikan dll. Penentuan jenis kelamin jantan dan betina ikan cucut sangat
mudah dibedakan yaitu dengan mengamati ada atau tidaknya klasper, dimana klasper merupakan modifikasi sirip anal sebagai organ penyalur sperma yang hanya
dimiliki oleh cucut jantan. Hasil analisis terhadap nisbah kelamin kedua jenis cucut yang dihitung setiap bulannya menunjukkan nilai yang tidak tetap.
Gambar 25. Nisbah kelamin cucut C. dussumieri
Berdasarkan gambar diatas, diketahui bahwa ikan cucut betina lebih dominan dari ikan cucut jantan pada bulan Juni, sedangkan pada bulan Juli-Agustus lebih
didominasi oleh ikan jantan dengan perbadaan yang tidak besar. Berdasarkan uji Chi-square diketahui bahwa nisbah kelamin cucut tersebut berbeda nyata untuk
setiap bulannya. Jumlah ikan yang diamati selama penelitian adalah sebanyak 145 ekor dengan perbandingan 48 ikan jantan dan 52 ikan betina. Hasil uji Chi-
square terhadap nisbah kelamin cucut C. dussumieri secara keseluruhan pada taraf nyata 0,05 adalah seimbang. Seimbangnya jumlah ikan jantan dan ikan betina yang
tertangkap diduga karena ikan jantan maupun ikan betina berada pada satu area yang sama saat memijah atau mencari makan. Banyaknya ikan betina yang tertangkap
pada bulan Juni diduga karena penangkapan banyak dilakukan di area pemijahan spawning ground, sehingga kemungkinan ikan betina untuk tertangkap lebih besar
daripada ikan jantan. Simpfendorfer 1992 dalam Fahmi dan Sumadhiharga 2007 mengatakan bahwa frekuensi tangkapan ikan cucut betina yang lebih besar dari ikan
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4
Juni Juli
Agustus
N isb
ah Kel
am in
J B
Bulan
jantan disebabkan oleh ikan betina dewasa yang bergerak menuju perairan dangkal untuk memijah. Selain itu sedikitnya jumlah ikan jantan yang tertangkap dapat
disebabkan oleh laju kematian yang tinggi pada ikan cucut jantan Springer 1960 dalam Capape et al. 2004.
Gambar 26. Nisbah kelamin cucut C. punctatum
Gambar 26 merupakan grafik nilai nisbah kelamin dari ikan C. punctatum selama pengamatan. Terlihat bahwa perbandingan ikan jantan dan ikan betina tidak
sama untuk tiap bulannya. Jumlah cucut yang diamati adalah sebanyak 194 ikan dengan 95 ekor 49 ikan jantan dan 99 ekor 51 ikan betina. Berdasarkan uji
Chi-square, nisbah kelamin cucut ini tidak berbeda nyata untuk setiap bulan pengamatan maupun secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa ikan tersebut
melakukan aktifitas secara bersamaan antara ikan jantan dan ikan betina. Secara keseluruhan, dari kedua jenis cucut diatas dapat disimpulkan bahwa
ikan cucut tidak memiliki pola pengelompokan khusus berdasarkan jenis kelamin saat ikan beraktifitas. Berdasarkan penelitian Capepe et al. 2004 diketahui bahwa
cucut Carcharhinus limbatus di perairan Barat dan Utara Afrika memiliki nisbah kelamin yang seimbang 1:1 untuk semua tingkatan umur, baik itu cucut dewasa,
juvenil, ataupun embrio cucut yang berada didalam perut induk cucut betina dewasa. Tingkah laku pemisahan kelompok ikan cucut biasanya terjadi karena beberapa hal,
yaitu perbedaan ukuran tiap jenis kelamin, perbedaan aktifitas, perbedaan tingkah
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4
Juni Juli
Agustus
N isb
ah k
e lam
in J
B
Bulan
laku atau perbedaan habitat. Seringkali ditemukan pemisahan kelompok cucut berdasarkan jenis kelamin saat ikan dewasa baik jantan ataupun betina, menempati
habitat yang berbeda meskipun keduanya berada di wilayah yang sama Sims 2005 dalam Mucientes et al. 2009.
4.6. Pengelolaan Ikan Cucut