Habitat dan Distribusi Geografis Nisbah Kelamin

8 menghubungkan induk dengan anaknya. Setelah sel telur dibuahi, embrio didalam kandungan mengambil nutrisi yang berasal dari kuning telur untuk berkembang. Saat kuning telur habis, embrio masih terlalu kecil dan belum siap untuk dilahirkan. Embrio memperoleh makanan dari sel telur yang tidak dibuahi oophagy yang terus diproduksi oleh induk selama mengandung. Di akhir masa kehamilan, induk berhenti memproduksi sel telur dan mempersiapkan energi untuk melahirkan Hamlett Koob 1999 dalam Camhi et al. 2008. Placental viviparity melahirkan dan terdapat plasenta merupakan pola reproduksi yang dimiliki oleh genus Carcharinus dan Prionace. Pada awal perkembangan embrio, embrio memperoleh nutrisi dari kuning telur dalam kantung telur. Namun saat kuning telur tersebut habis, kantung telur berubah bentuk menyerupai plasenta pseudoplacenta yang menghubungkan induk dan embrio. Pesudoplacenta ini terbentuk tidak sama seperti placenta yang dimiliki mamalia, namun fungsinya tetap sama yaitu menyalurkan makanan dan oksigen antara induk dengan kandungannya Hamlett Koob 1999 dalam Camhi et al. 2008. Semua cucut yang bereproduksi tidak dengan cara bertelur memiliki waktu kehamilan yang cukup lama yaitu 8-24 bulan. Beberapa spesies memiliki masa resting period yaitu periode saat cucut tersebut beristirahat dan tidak melakukan reproduksi dengan lama resting period berkisar antara 3-18 bulan. Jumlah anak yang dihasilkan pun sangat sedikit, hanya 2-18 anak dalam satu kali melahirkan, namun untuk cucut Prionace glauca menghasilkan 10-135 anak dalam satu kali melahirkan Hamlett Koob 1999 dalam Camhi et al. 2008. Disimpulkan bahwa pola reproduksi cucut tersebut mengakibatkan cucut sangat rentan terhadap eksploitasi berlebih akibat periode reproduksi yang lama dengan jumlah anak yang sangat sedikit.

2.5. Habitat dan Distribusi Geografis

Menurut Wibowo Susanto 1995 dalam Suanda 2003 habitat cucut adalah laut. Umunya ditemukan di jeram-jeram dalam yang berkarang atau perairan dengan substrat berpasir dan berlumpur, di perairan dalam yang berkoral dengan dasar yang relatif tidak terlalu terjal, di air payau, dan bahkan ada yang dapat hidup 9 di air tawar. Ikan cucut juga dapat hidup di perairan dengan tingkat salinitas yang bervariasi eurohalin, baik di laut dekat pantai inshore dan laut lepas offshore, dan terdiri dari berbagai ukuran dan jenis. Distribusi geografis ikan cucut sangatlah luas. Ikan cucut dapat ditemukan di lautan tropis maupun subtropis bahkan perairan dingin, dan dapat ditemukan pada kolom air permukaan sampai dengan perairan dengan kedalaman 3000 meter Priede et al. 2006 dalam Camhi et al. 2008. Teridentifikasi lebih dari 30 jenis ikan cucut dan pari yang terdapat di Samudera Hindia Sainsbury et al. 1985 dalam Rahardjo 2007.

2.6. Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin atau rasio kelamin sex ratio memberi gambaran proporsi perbandingan jantan dan betina dari satu populasi Effendi 1979. Secara alamiah perbandingannya adalah satu berbanding satu. Namun di lapangan sering terjadi perbandingan nisbah kelamin yang tidak seimbang. Hal ini umumnya disebabkan karena adanya tingkah laku ikan menurut jenis kelamin, kondisi lingkungan, penangkapan ikan dll. Camhi et al. 2008 menyatakan nisbah kelamin dari beberapa jenis cucut yaitu Carcharodon carcharias, Carcharinus falciformis, dan Carcharinus longimanus hampir mendekati ideal 1:1 dengan betina yang seringkali jumlahnya sedikit lebih banyak. Namun Goldman Musick 2008 dalam Camhi et al. 2008 mengatakan bahwa terjadi perbedaan proporsi kelamin pada cucut Lamna ditropis yang melakukan migrasi di Samudera Pasifik Utara. Cucut Lamna ditropis jantan jauh lebih dominan dari cucut betina di Samudera Pasifik bagian barat Western North Pacific, sedangkan sebaliknya ikan cucut betina jauh lebih dominan dari cucut jantan di Samudera Pasifik bagian timur Eastern North Pacific.

2.7. Pendugaan Parameter Pertumbuhan