Eksistensi Nilai-nilai Jojobo PENERAPAN NILAI-NILAI

59

5.2 Eksistensi Nilai-nilai Jojobo

Masyarakat komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat yang masih mempertahankan keberadaan kelembagaan Jojobo disebabkan oleh berbagai faktor terutama berkaitan dengan dukungan dari sesama masyarakat komunitas petani peladangan. Faktor yang menyebabkan Jojobo masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat Komunitas Petani Perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat hingga hari ini adalah disebabkan adanya dukungan sesama masyarakat komunitas petani perladangan dalam bentuk kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dan dapat menunjang kebutuhan hidup sehari-hari, serta toleransi antar sesama warga sangat tinggi 4 . Selain itu, sebab lainnya adalah karena Jojobo merupakan salah satu tradisi yang masih dipertahankan karena terciptanya hubungan kekeluargaan yang sangat kuat serta kebutuhan masyarakat yang bisa terpenuhi utntuk kebutuhan-kebutuhan yang tidak terduga 5 . Komunitas petani peladangan masih ditemukan melakukan tradisi kelembagaan Jojobo. Faktor yang menyebabkan Komunitas Petani Perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat masih ada yang melakukan tradisi Jojobo salah satunya adalah karena ada faktor untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan ekonomi dengan dasar hubungan emosional yang sangat tinggi dalam hal saling mendukung dan membantu satu sama lain melalui Jojobo. Faktor lainnya adalah tradisi kelembagaan Jojobo masih dianggap sebagai suatu hubungan silaturahmi antar masyarakat sehingga tidak terputus hubungan secara kekeluargaan maupun antar warga 6 . Umumnya, kehidupan sosial masyarakat petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan yang selama ini masih eksis dan hidup di pedesaan adalah model subsistensi, yang berakar dalam kebiasaan ekonomi dan pertukaran sosial untuk kebutuhan dasar keluarga. Namun sebagian masyarakat sudah mulai berhadapan dengan model ekonomi komersil yang berorientasi pasar. Dalam konteks 4 Hasil wawancara dengan ketua adat Bpk Amanah Sangaji, ketua adat desa moiso di kecamatan Jailolo Selatan 2 september 2011. 5 Hasil wawancara dengan Bpk Mundar, petani di desa moiso kecamatan jailolo Selatan, 3 september 2011. 6 Hasil wawancara dengan Bpk Saleh Hasan dan Ibu Salbiyah Hj.Rauf, petani dan ketua adat di akeara kecamatan Jailolo Selatan, 7 dan 8 September 2011. 60 semacam ini penerapan nilai-nilai Jojobo dalam beragam aktivitas ekonomi di komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat sangat mendukung dan membantu antara antar golongan masyarakat terutama dalam mendukung dan saling membantu memenuhi kebutuhan ekonomi produktif dan ekonomi keluarga pada komunitas petani peladangan yang masih mengandalkan hubungan-hubungan ekonomi sosial tradisional. Menurut, Koentjaraningrat 1986 nilai budaya suatu masyarakat bisa dan terus akan berubah. Terjadinya perubahan nilai itu menunjukkan bahwa nilai budaya tidak muncul begitu saja. Ciri-ciri bahwa komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat masih mempertahankan Jojobo, dapat terlihat dan ditunjukkan melalui ciri-ciri aktivitas sebagai berikut; 1 Mengundang warga komunitas petani perladangan dalam rangka hajatan. 2 Melaksanakan pertemuan keluarga 2 Minggu Sekali, 3 Mengumpulkan dana untuk membantu warga yang sedang mengalami musibah. Selain itu juga terwujud dalam aktivitas 1 Sifat gotong royong antar warga, 2 Sering melakukan pertemuan keluarga, 3 Saling berbagi rasa antar warga ketika salah satu warga mendapat musibah atau mengadakan hajatan. 7 . Hal ini memperlihatkan bahwa nilai budaya masyarakat di Kecamatan Jailolo Selatan berupa keberadaan kelembagaan Jojobo masih ada di komunitas petani perladangan dicirikan oleh adanya nilai budaya berupa sifat gotong royong antar warganya, dengan seringnya diadakan pertemuan secara periodik, mengundang setiap warganya pada saat ada hajatan atau syukuran, melakukan penggalangan dana pada saat warganya mengalami musibah, serta memberikan bantuan pada saat ada warganya melakukan hajatan. Kearifan budaya lokal di Kecamatan Jailolo Selatan ini menunjukkan identitas dan karakter budaya lokal masih terlihat secara jelas dalam konsep ketahanan budaya lokal berupa kelembagaan Jojobo dengan mempertahankan nilai kearifan lokal tetap terjaga dan menjadi nilai yang tetap ada untuk memperkokoh ketahanan budaya lokal di Kecamatan Jailolo Selatan khususnya, dan umumnya masyarakat desa di Maluku Utara. 7 Hasil wawancara dengan ibu Hamidah Abdulah dan Ibu Muna Mahdi , tokoh masyarakat Petani di desa Moiso kecamatan Jailolo Selatan, 9 September 2012. 61 Era globalisasi saat ini, setiap masyarakat tidak akan mampu menolak keberadaan modernitas kebudayaan sebagai konsekuensi dunia yang mengglobal. Setiap kebudayaan selalu mengalami perubahan dari masa ke masa. Perubahan itu tergantung dari dinamika masyarakatnya. Terjadinya perubahan tatanan budaya bukan hanya disebabkan oleh pengaruh eksternal, tetapi juga akibat pengaruh internal karena berubahnya cara pandang masyarakat tradisional terhadap perubahan kehidupan dan penghidupan mereka sebagai faaktor penyebab bergesernya keberadaan nilai-nilai kelembagaan Jojobo. Kebudayaan memang bersifat dinamis, berkembang dan mengalami pengaruh lingkungan strategisnya yang menjadikan kebudayaan berubah dari waktu ke waktu. Perubahan itu menyebabkan beberapa unsur kebudayaan universal mencapai puncak orbitasi dalam kulminasinya dan mempunyai nilai yang semakin tinggi. Kelembagaan Jojobo inipun mengalami perubahan karena sifat budaya yang dinamis dan kehidupan mayarakat petani perladangan yang selalu berkembang. Disamping itu banyaknya pengaruh lingkungan ekonomi dengan banyaknya para pendatang serta mobilisasi penduduk menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai Jojobo. Perbedaan kelembagaan Jojobo dahulu dengan kelembagaan Jojobo sekarang adalah jika dahulu Jojobo di kalangan komunitas petani peladangan adalah merupakan salah satu bentuk pertemuan antar keluarga dekat saja dan juga salah satu tempat pengumpulan dana atau dalam bentuk barang untuk diberikan kepada warga yang kebutuhan hidupnya harus di bantu. Sedangkan Jojobo sekarang sudah lebih memperhatikan kebutuhan pokok setiap warga dengan mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati bersama Selain itu, dahulu Jojobo dilakukan masih bersifat sangat sederhana yaitu pertemuan yang dilakukan masih antar keluarga dekat saja. Sedangkan Jojobo sekarang sudah lebih modern dan meluas antara warga komunitas petani perladangan yang memiliki kesamaan budaya. 8 . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pergeseran nilai keberadaan kelembagaan Jojobo terutama pada aspek sosial ekonomi yang semula hanya berada di lingkungan keluarga dekat yang memiliki pertalian darah, namun saat ini sudah berkembang di lingkungan kekerabatan pada keluarga yang 8 Hasil wawancara dengan Hj. Mudasir Ketua Adat di desa Gam dan dan Bpk Ikram Ketua Adat di kecamatan Jailolo Selatan, 15 september 2011. 62 lebih besar dan luas, bahkan berkembang pula pada komunitas-komunitas yang memiliki kesamaan pekerjaan seperti komunitas petani peladangan. Saat ini, nilai sosial ekonomi kelembagaan Jojobo telah menjadi kebanggaan dan merupakan jati diri komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan. Nilai-nilai dasar kelembagaan Jojobo yang masih dipertahankan oleh sebagian komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan dahulu hingga sekarang ditunjukkan dalam bentuk toleransi kekeluargaan dalam hal kebutuhan yang mendesak.” “Masih melakukan pertemuan antar warga dengan suatu kesepakatan dalam bentuk pengumpulan dana kemudian disepakati secara bersama dalam hal lebih memprioritaskan kebutuhan warga yang dianggap lebih urgen atau mendesak. 9 Nilai-nilai budaya yang masih dipertahankan oleh komunitas petani perladangan dalam penerapan kelembagaan Jojobo terutama dalam hal nilai toleransi kekeluargaan dan pertemuan dalam mencapai suatu kesepakatan bersama. Perkembangan budaya lokal disebabkan oleh banyak faktor baik secara internal maupun eksternal. Perubahan sosial dalam suatu masyarakat diawali oleh tahapan perubahan nilai, norma, dan tradisi kehidupan sehari-hari masyarakat yang bersangkutan, yang juga dapat disebut dengan perubahan nilai sosial. Berlangsungnya perubahan nilai budaya tersebut disebabkan oleh pertama- tama adanya inovasi yang diperkenalkan oleh sekelompok warga masyarakat, baik yang berupa variasi, inovasi, maupun difusi budaya. Untuk masuk menjadi bagian dalam sistem budaya masyarakat, nilai-nilai baru yang dimaksud harus melalui proses penerimaan sosial serta proses seleksi sosial. Nilai-nilai budaya baru yang mampu memberikan kepuasan atau peningkatan hidup bagi masyarakat baik secara materi ataupun nonmateri, atau bertahan lama, dan lambat laun akan masuk menjadi bagian integral dari sistem budaya masyarakat yang bersangkutan. Terjadinya perubahan nilai sosial ekonomi kelembagaan Jojobo dahulu dengan sekarang salsah satunya disebabkan oleh terjadi perkembangan jaman yang tingkat kebutuhan hidup semakin meningkat sehingga perlu adanya perubahan sistem Jojobo yang lebih relevan dengan kondisi keadaan sekarang. Selain itu juga perubahan bentuk yang dahulu masih bersifat sederhana dan masih 9 Hasil wawancara dengan Hi. Abdullah dan Ibu Salbiah, ketua Adat di desa Braha Tabadamai Kecamatan Jailolo Selatan, 13 September 2011. 63 antara keluarga dekat saja, kemudian kesepakatan yang dibangun masih atas dasar toleransi khususnya untuk kebutuhan-kubutuahan masyarakat yang terdesak. Sedangkan Jojobo sekarang sudah bersifat semi modern tergantung dari kubutuhan-kebutuhan masyarakat yang sudah merupakan kebutuhan pokok dan kesepakatan yang dibuat harus mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati secara bersama. 10 Hal ini memperlihatkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam kelembagaan Jojobo selalu mengalami pergeseran yang dinamis pada aktivitas komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan. Bentuk penerapan nilai-nilai Jojobo dalam aktivitas komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat masih ditemukan nilai-nilai gotong royong, saling tolong menolong, kebersamaan, kekeluargaan, kekerabatan, kepercayaan dan toleransi, serta nilai kejujuran. Hal itu dilakukan oleh komunitas petani peladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat. Meskipun nilai-nilai Jojobo hingga hari ini sebagian besar masih eksis dan diterapkan oleh komunitas perladangan di masyarakat di Kecamatan Jailolo Selatan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa di zaman modern sekarang ini, memiliki dinamika dan memiliki tantangannya sendiri, sebagaimana banyak terjadi juga pada nilai-nilai lokal dan tradisional lain di masyarakat adat nusantara. Diantara tantangan-tantangan baru yang ikut mempengaruhi dan menggeser makna nilai-nilai Jojobo tersebut adalah budaya dari luar baik yang dibawa serta oleh para pendatang luar daerah, maupun dari media massa dan elektronik, masuknya beragam industri dan perusahaan, teknologi pertanian modern, serta budaya modern lainnya yang pada akhirnya ikut membentuk budaya yang lebih individualistik daripada kepentingan komunal dan kelompok. Beragam pengaruh dan intervensi budaya modern beserta asupan teknologi baru yang telah hadir menjadi keniscayaan sejarah ini menjadi dilema tersendiri bagi masyarakat petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan. Sebab, di satu sisi masyarakat petani perladangan masih ingin mempertahankan nilai-nilai tradisional Jojobo yang merupakan warisan leluhur yang sudah ratusan tahun teruji menjadi ciri khas budaya lokal, namun disisi lain kebutuhan akan efisiensi, 10 Pengolahan data dari hasil wawancara dengan Bpk Mukhtar S Dulman dan Muzammir Hi. Adam, tokoh masyarakat di desa Taba damai kecamatan Jailolo Selatan, 14 agustus 2011. 64 kemajuan teknologi dan budaya modern telah mengepung dan memaksa mereka untuk beradaptasi agar tetap relevan dengan tuntutan zaman. Karena itulah diperlukan sebuah upaya-upaya pemberdayaan keembagaan yang serius dan sistematis agar nilai-nilai Jojobo dapat mampu dikontekstualisasikan dan direlevansikan dengan tantangan zamannya, tanpa harus mengorbankannya demi modernisasi.

5.3 Ikhtisar