Nilai-Nilai Jojobo PENERAPAN NILAI-NILAI

55

BAB V PENERAPAN NILAI-NILAI

JOJOBO

5.1 Nilai-Nilai Jojobo

Nilai sosial yang berlaku pada kelembagaan Jojobo merupakan landasan bagi masyarakat pada komunitas petani perladangan untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan anggotanya agar berbuat sesuai norma yang berlaku pada masyarakat di Kecamatan Jailolo Selatan. Nilai sosial yang berlaku ini mengacu pada pertimbangan terhadap suatu tindakan benda, cara untuk mengambil keputusan apakah sesuatu yang bernilai itu memiliki kebenaran, keindahan, dan nilai ketuhanan. Norma merupakan hasil cipta manusia sebagai makhluk sosial untuk mengatur hubungan sosial agar dapat berlangsung dengan lancar sehingga menimbulkan suasana yang harmonis. Penerapan nilai-nilai Jojobo dalam aktivitas ekonomi pada komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat dapat ditunjukkan pula pada penerapan norma di dalam kehidupan komunitas masyarakat petani perladangan. Penerapan norma yang berisi tata tertib, aturan, petunjuk standar mengenai perilaku yang pantas atau wajar pada komunitas antar petani perladangan ditunjukkan dengan harmonisnya kehidupan diantara para petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan. Pelanggaran terhadap norma dalam komunias petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan akan mendatangkan sanksi, dari mulai bentuk cibiran atau cemoohan sampai ke sanksi fisik dan psikis berupa pengasingan atau di usir. Norma merupakan bentuk nilai yang disertai dengan sanksi tegas bagi pelanggarnya. Norma merupakan ukuran yang dipergunakan oleh masyarakat apakah perilaku seseorang benar atau salah, sesuai atau tidak sesuai, wajar atau tidak, dan diterima atau tidak. Norma dibentuk di atas nilai sosial yang berlaku antar komunitas petani perladangan, dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial yang berlaku. Nilai dan norma merupakan hal yang berkaitan. Norma merupakan bentuk konkret dari nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Misalnya, nilai menghormati dan mematuhi tokoh adat 56 diperjelas dan dikonkretkan dalam bentuk norma-norma dalam bersikap dan berbicara kepada orang yang lebih dituakan. Nilai-nilai sopan santun dan kejujuran dalam pergaulan keseharian antar petani perladangan dikonkretkan dalam bentuk keharmonisan dalam bertetangga dan berperilaku antar masyarakatnya. Jadi, pengertian norma dalam komunitas petani perladangan merupakan patokan-patokan atau pedoman untuk berperilaku di dalam masyarakat komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan. Kebudayaan merupakan perwujudan kemampuan manusia sebagai mahluk individu dan sosial dalam usaha mengolah usaha budi guna menanggapi lingkungannya. Kemampuan untuk mengolah usaha budi itu tidak dimiliki oleh mahluk hidup lain, sehingga kebudayaan kristalisasi kemampuan manusia dalam menata perjalanan kehidupannya. Untuk itu, nilai budaya lokal yang terdapat di daerah Kecamatan Jailolo Selatan diharapkan bisa menjadi bagian dari pemberdayaan masyarakat khususnya pada komunitas petani peladangan. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kelembagaan Jojobo meskipun sudah mulai mengalami pergeseran, namun masih ada yang mempertahankannya terutama pada sebagian komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan. Faktor yang menyebabkan komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat masih ada yang melakukan tradisi Jojobo ini seperti dikatakan oleh salah satu petani yaitu Bpk Muhdar Tahun 2011 bahwa: “Penyebabnya karena Jojobo merupakan salah satu tradisi yang masih dipertahankan karena terciptanya hubungan kekeluargaan yang sangat kuat serta kebutuhan masyarakat yang bisa terpenuhi untuk kebutuhan- kebutuhan yang tidak terduga” Hasil wawancara ini memperlihatkan bahwa nilai luhur yang terkandung dalam kelembagaan Jojobo berupa terciptanya hubungan kekeluargaan dan kekerabatan di dalam komunitas petani perladangan. Nilai luhur kekeluargaan dan kekerabatan ini terefleksikan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bahkan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terduga. Oleh karena itu keberadaan kelembagaan Jojobo diharapkan menjadikan sarana dalam penerapan budaya lokal sebagai suatu upaya terutama pemenuhan kebutuhan ekonomi produktif dan ekonomi keluarga pada komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan. 57 Nilai budaya berasal dari value masyarakat tradisional lokal, dan telah menjadi suatu tatanan budaya yang dianggap mengatur dan mengikat dalam bentuk moral masyarakat setempat, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup bagi semua perilaku dan pengambilan keputusan karena nilai itu dianggap etis, logis, mulia, sakral, mengandung harapan masa depan, dan menjadi identitas jati diri dan karakter wilayah setempat. Nilai kelembagaan Jojobo dipahami sebagai konsepsi yang hidup dalam alam pikiran dari sebagian besar masyarakat tradisional di Kecamatan Jailolo Selatan sebagai sesuatu yang berharga dalam hidup khususnya bagi komunitas petani perladang. Karena itu nilai kelembagaan Jojobo menjadi dasar dari kehidupan manusia dan menjadi pedoman ketika komunitas petani perladangan akan melakukan sesuatu. Nilai sosial dalam aktivitas komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan merupakan kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai sosial Jojobo ini merupakan sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat di Kecamatan Jailolo Selatan dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting dilakukan oleh komunitas petani perladangan dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Di beberapa wilayah Kecamatan Jailolo Selatan, dimana sifat dan naluri partisipasi masyarakat dalam membentuk lembaga seperti kelompok tani, paguyuban, dan terutama Jojobo sebagai lembaga tradisional, masih ada yang mempertahankannya. Keberadaan kelembagaan sosial ini dapat diberdayakan dan dimanfaatkan sebagai asset pembangunan yang perlu ditingkatkan karena memiliki inti budaya lokal yang menjiwainya. Hasil ini berdasarkan wawancara dengan Ibu Safa Mahmud Tahun 2011 sebagai Tokoh Masyarakat berkaitan dengan Jojobo sebagai lembaga sosial masyarakat desa yang masih dilakukan sebagian Komunitas Masyarakat Petani Perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat, yang menyatakan “Jojobo dikalangan komunitas petani perladangan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi yang telah dilakukan pada jaman dahulu. Jojobo dianggap masyarakat terutama komunitas petani peladangan adalah satu bentuk organisasi non formal yang mempunyai dampak positif terhadap kebutuhan perekonomian masyarakat dan sangat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan-kubutuhan yang tak 58 terduga. Disamping itu juga dapat menciptakan hubungan silahtuhrahmi kekeluargaan antar sesama warga dengan baik” Di samping itu, sebagian perspektif masyarakat menyebutkan bahwa kelembagaan Jojobo dapat menjadi salah satu potensi yang bisa dikembangkan menjadi suatu sarana, baik yang adopsi teknologi maupun berorientasi pasar, serta bermanfaat wadah untuk menampung dan mengembangkan diri petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan. 1 Keberadaan Jojobo juga merupakan salah satu organisasi sederhana yang dibentuk oleh masyarakat komunitas petani perladangan atas dasar kesepakatan bersama dengan penunjukan secara langsung kepada seseorang yang dituakan atau berpengaruh dan dipercaya untuk mengelolah organisasi tersebut dengan tujuan meningkatkan perkonomian masyarakat. Selain itu Jojobo juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang telah dilakukan secara turun temurun, yang mana adanya hubungan emosional yang sangat kuat antar masyarakat petani perladangan khususnya hubungan kekeluargaan. 2 Di sisi lain, kelembagaan Jojobo merupakan hasil konstruksi sosial yang diterima dan disepakati oleh komunitas-komunitas petani peladangan sebagai bentuk penyesuaian masyarakat dengan lingkungan material dan non-material. Meskipun kelembagaan Jojobo saat ini sudah mulai memudar karena masyarakat petani peladangan di Kecamatan Jailolo Selatan semakin tergantung pada nilai dan kekuatan luar desa seperti pasar dan industri perkotaan yang bersifat ekonomi dan individualis; dimana ukuran yang digunakan tidak lagi menyangkut kelestarian dan kebersamaan, melainkan eksploitasi dan sukses finansial semata. Sehingga, masyarakat desa sangat rapuh terhadap faktor yang berada di luar pengendaliannya 3 . 1 Hasil wawancara dengan Bpk Din Hi Yusuf, petani di kecamatan Jailolo Selatan, 3 Agustus 2011. 2 Hasil wawancara dengan Bpk Said Jusuf, petani di kecamatan Jailolo Selatan, 5 Agustus 2011. 3 Pengolahan data dari hasil wawancara dengan beberapa warga di desa Sidangoli Dehe, Kecamatan jailolo Selatan, tanggal 10-12 Agustus 2011. 59

5.2 Eksistensi Nilai-nilai Jojobo