9 menurut Koentjaraningrat 1968 suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi
sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia Alfin, 2011.
2.2 Konsep Kelembagaan
Secara normatif istilah social-institution kelembagaan sosial memiliki beberapa arti. Merujuk pada Koentjaraningrat 1968 selaras dengan makna
pranata sosial yang berarti “suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat ”. Menurut Polak 1966
kelembagaan sosial berarti “suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting”. Dengan makna
makna yang lebih luas, kelembagaan sosial menurut Bertrand 1974 berarti: 1 “himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan
pokok di dalam kehidupan masyarakat” yang wujud kongkritnya adalah berupa asosiasi association. 2 “tata abstraksi yang lebih tinggi dari grup, organisasi,
dan sistem sosial lainnya”. Dilihat dari fungsinya kelembagaan sosial setidaknya memiliki empat hal;
1 Memberi pedoman berperilaku kepada individu atau masyarakat; 2 Menjaga keutuhan; 3 Memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan kontrol
sosial social control; 4 Memenuhi kebutuhan pokok manusia atau masyarakat. Sedangkan ciri-cirinya menurut Soekanto, 1990, memiliki enam ciri; 1
Merupakan pengorganisasian pola pemikiran yang terwujud melalui aktivitas masyarakat hasil-hasilnya; 2 Memiliki kekekalan tertentu, 3 Mempunyai satu
atau lebih tujuan tertentu; 4 Mempunyai lambang-lambang yang secara simbolik menggambarkan tujuan; 5 Mempunyai alat untuk mencapai tujuan tertentu; 6
Mempunyai tradisi tertulis atau tidak tertulis. Sedangkan tipe-tipe kelembagaan sosial menurut Gillin dan Gillin 1954
sebagimana dikutip oleh Koentjaraningrat, juga oleh Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut: a Lembaga sosial berdasarkan perkembangannya, b Lembaga
sosial berdasarkan nilaikepentingan yang diterima masyarakat, c Lembaga sosial berdasarkan penerimaan masyarakat, d. Lembaga sosial berdasarkan
faktor penyebarannya. e Lembaga sosial berdasarkan fungsinya.
10 Berdasarkan penerimaan masyarakat, kelembagaan sosial terbagi dua; 1
Approved Institutions adalah bentuk lembaga sosial yang diterima secara umum
oleh masyarakat. Misalnya, adanya lembaga peradilan yang berfungsi untuk mengurangi dan mengadili para pelaku penyimpangan sosial. 2 Unsanctioned
institutions adalah bentuk lembaga sosial yang secara umum ditolak oleh
masyarakat. Misalnya berbagai perilaku penyimpangan, seperti adanya pusat perjudian yang akan memberikan dampak negative terhadap pelaku dan
masyarakat sekitarnya. Faktor penyebaran dan jangkauannya kelembagan sosial terdiri dari
beberapa hal,yaitu; 1 General Institutions adalah bentuk lembaga sosial yang diketahui dan dipahami masyarakat secara umum. Misalnya keberadaan agama
sebagai pedoman hidup manusia maka dibentuklah lembaga agama. 2 Restricted Institutions
adalah bentuk lembaga sosial yang hanya dipahami oleh anggota kelompok tertentu. Misalnya pelaksanaan ajaran agama Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, atau berbagai aliran kepercayaan lainnya, yang pelaksanaan ajaran agama itu hanya dipahami oleh pemeluk ajaran agama yang
bersangkutan.Contohnya Kewajiban sholat lima waktu bagi umat Islam dan beribadah ke gereja bagi umat Kristen.
Sedangkan proses perkembangan kelembagaan sosial meliputi; 1 lahirnya peraturan dan norma-norma baru proses strukturalisasi dan inkulturasi; 2 terjadi
dimana-mana dan terus menerus dalam masyarakat; 3 proses pengaturan dan pembinaan pola-pola prosedur tata cara diserta beragam sanksi dalam
masyarakat. Dari proses mengenal kemudian mengakui, menghargai, mentaati, menerima dan internalisasi. Sedangkan tingkat internalisasi “dinilai” berdasarkan
kuat atau lemahnya ikatan yang dimiliki oleh norma tersebut. Dalam pengertian lain, disebutkan bahwa proses pertumbuhan lembaga
sosial terjadi melalui dua cara yaitu: 1 secara tidak terncana, 2 secara terencana. Secara tidak terencana maksudnya adalah institusi itu lahir secara bertahap dalam
kehidupan masyarakat, biasanya hal ini terjadi ketika masyarakat dihadapkan pada masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup
yang sangat penting. Contohnya adalah dalam kehidupan ekonomi, dimasa lalu, untuk memperoleh suatu barang orang menggunakan sistem barter, namun karena
11 dianggap sudah tidak efisien dan menyulitkan, maka dibuatlah uang sebagai alat
pembayaran yang diakui masyarakat, hingga muncul lembaga ekonomi seperti bank dan sebagainya. Dan secara terencana maksudnya adalah institusi muncul
melalui suatu proses perncanaan yang matang yang diatur oleh seseorang atau kelompok orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang. Contohnya lembaga
transmigrasi yang dibuat oleh pemerintah sebagai cara untuk mengatasi permasalahan kepadatan penduduk. Singkat kata bahwa proses terbentuknya
lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan. Saling membutuhkan ini berjalan dengan baik kemudian timbul aturan yang disebut
norma kemasyarakatan. Norma kemasyarakatan dapat berjalan baik apabila terbentuk lembaga sosial.
Dengan batasan pengertian di atas dapat dijelaskan bagimana muncul beragam kelembagaan sosial yang pernah ada hingga sekarang, umumnya di desa
telah ada seperangkat lembaga-lembaga yang muncul dan timbul dari inisiatif masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harus di penuhinya.
Lembaga-lembaga lokal ini masih sangat bersifat tradisional dengan berbagai kekurangan-kekurangan yang ada dari segi organisasi atau kelembagaan modern.
Padahal di sisi lain pemerintah sebagai stakeholder dari program pembangunan sangat memerlukan lembaga yang sangat mampu untuk menjadi wadah atau
saluran pembangunan bahkan sarana paling tepat untuk percepatan pembangunan pedesaan.
Berpijak dari realita semacam inilah maka pemerintahpun mengeluarkan kebijakan mengenai perlunya pembentukan lembaga kemasyarakatan modern
dalam rangka pelaksanaan pembangunan di pedesaan dengan pertimbangan bahwa lembaga masyarakat modern yang dibuat pemerintah yang memang
dirancang secara khusus untuk kegiatan pembangunan akan memberikan peluang besar guna keberhasilan pembangunan itu sendiri dari pada pemerintah
menggunakan lembaga pemasyarakatan yang sudah ada yang umumnya bercorak kultural, agamis dan tradisional.
Kelembagaan umumnya banyak dibahas dalam sosiologi, antropologi, hukum dan politik, organisasi dan manajemen, psikologi maupun ilmu lingkungan
yang kemudian berkembang dalam ilmu ekonomi karena kini mulai banyak ahli
12 ekonomi yang mulai berkesimpulan bahwa kegagalan pembangunan ekonomi
umumnya karena kegagalan kelembagaan. Dalam bidang sosiologi, kelembagaan banyak ditekankan pada norma, tingkah laku, dan adat istiadat.
Terdapat beberapa definisi kelembagaan yang disampaikan oleh ahli dari berbagai bidang mengenai pengertian lembaga yaitu: 1 Aturan di dalam suatu
kelompok masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu dengan harapan di mana setiap orang dapat bekerja
sama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan Ruttan dan Hayami, 1984. 2. Suatu himpunan atau tatanan
norma-norma dan tingkah laku yang bisa berlaku dalam suatu periode tertentu untuk melayani tujuan kolektif yang akan menjadi nilai bersama, institusi
ditekankan pada norma-norma perilaku, nilai budaya dan adat istiadat Uphoff, 1986. 3 Aturan rambu-rambu sebagai panduan yang dipakai oleh para anggota
suatu kelompok masyarakat untuk mengatur hubungan yang saling mengikat atau saling tergantung satu sama lain Ostrom, 1985.
Umumnya definisi lembaga mencakup konsep pola perilaku sosial yang sudah mengakar dan berlangsung terus menerus atau berulang. Dalam hal ini
sangat penting diperhatikan bahwa perilaku sosial tidak membatasi lembaga pada peraturan yang mengatur perilaku tersebut atau mewajibkan orang atau organisasi
untuk harus berpikir positif ke arah norma-norma yang menjelaskan perilakunya tetapi juga pemahaman akan lembaga ini memusatkan perhatian pada pengertian
tata cara orang berperilaku atau bertindak sesuai atau bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
Kemampuan dalam mengenali sebuah kelembagaan, membedakan sifat dasar kelembagaan satu dengan yang lainnya, dan melihat relasi antar
kelembagaan; dibutuhkan suatu alat menganalisisnya untuk melihat sejauhmana kelembagaan itu masih eksis atau memudar. Alat analisis kelembagaan menurut
Sayuti 2003 mengintroduksikan satu konsep bahwa sisi internal sebuah kelembagaan dapat dibagi menjadi 2 dua aspek, yaitu aspek kelembagaan nilai,
norma, aturan, etika dan lainnya, dan aspek keorganisasian struktur, peran, wewenang, otoritas, keanggotaan dan lainnya.
13 Sebagian besar literatur menunjukkan perbedaan antara “kelembagaan”
dengan “organisasi”. Setidaknya ada empat bentuk cara membedakan yang terlihat sebagai berikut; 1 Kelembagaan cenderung tradisional, sedangkan
organisasi cenderung modern. Pembedaan atas tradisional dan modern ini sejalan dengan pembedaan yang diajukan oleh Horton dan Hunt 1993: “... institution do
not have members, they have followers ”. 2 Kelembagaan terbentuk dari
masyarakat itu sendiri sedangkan organisasi datang dari atas. Cara pembedaan ini relatif mirip dengan pembedaan di atas, namun ini tidak dalam konteks
tradisional-modern, namun bawah-atas. Pendapat ini digunakan misalnya oleh Tjondronegoro 1990: “... lembaga semakin mencirikan lapisan bawah dan
lemah, dan organisasi mencirikan lapisan tengah dengan orientasi ke atas dan kota” 3 Kelembagaan dan organisasi berada dalam satu kontinum, artinya,
organisasi adalah kelembagaan yang belum melembaga. Menurut Uphoff 1986, tujuan akhir adalah organisasi yang melembaga, atau kelembagaan yang memiliki
aspek organisasi. Jadi, mereka hanya berbeda dalam tingkat penerimaan di masyarakat saja. Organisasi dipandangnya hanyalah sebagai sesuatu yang akan
dilembagakan. Pendapat ini sedikit banyak juga berasal dari Harrison dan Huntington 2000 yang menyatakan: “Organization and procedures vary in their
degree of institutionalization... Institutionalization is the process by which organizations and procedures acquire value and stability
”. 4 Organisasi merupakan bagian dan kelembagaan. Dalam konteks ini, organisasi merupakan
organ dalam suatu kelembagaan. Keberadaan organisasi menjadi elemen teknis penting yang menjamin beroperasinya kelembagaan. Kalangan ahli ekonomi
kelembagaan menggunakan batasan seperti ini pula. Jika ditelusuri perkembangan dalam khazanah ilmu sosiologi, pada awalnya istilah ‘institution‘ dan
‘organization’ cenderung tidak dibedakan dan bahkan adakalanya digunakan secara bolak balik’. Lalu, semenjak tahun 1950-an, mulai tampak pembedaan
yang semakin tegas, bahwa “kelembagaan” dan “keorganisasian” berbeda. Artinya, terjadi perubahan dan pengertian yang “luas dan baur” menjadi “sempit
dan tegas”. Kelembagaan jojobo merupakan norma-norma dan tingkah laku yang biasa
berlaku dan menjadi nilai kebersamaan dalam mencapai tujuan secara kolektif.
14 Aktivitas kelembagaan jojobo mempunyai kecenderungan saling tukar kebaikan
dalam anggota komunitas dalam masyarakat itu sendiri. Secara menyeluruh kelembagaan jojobo ini ditujukan dalam kaitannya dengan nilai sosial ekonomi
yang berlaku dalam masyarakat lokal, yang memerlukan dukungan bagi semua pihak untuk meletakkan kelembagaan jojobo sebagai suatu proses pemberdayaan
masyarakat desa dalam konteks mengatur pola dan semangat hidup yang didasarkan pada keperdulian, kebersamaan, kejujuran, kebenaran dan kepercayaan
antara kelompok anggota masyarakat dalam rangka proses keberlangsungan pembangunan di Maluku Utara.
Masyarakat lokal senantiasa mengembangkan pola-pola institusi yang bersifat fungsional sebagai respon terhadap kondisi ketidakpastian dan kerentanan
yang mereka hadapi. Institusi-institusi jaminan sosial yang bersifat lokal dan tradisional ini memuat berbagai model mekanisme yang mewajibkan individu,
kelompok dan komunitas memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Di dalamnya juga ada mekanisme pengembangan model-model
saling membantu demi kesejahteraan bersama sebagai kelompok sosial Von Benda, 2000. Hal ini memperlihatkan bahwa semua hubungan, lembaga dan
keyakinan yang sudah terbentuk secara sosial dalam jojobo menjalankan fungsi tertentu sebagai jaminan dari segi sosial, ekonomis dan psikologis bagi seseorang.
2.3 Konsep Pemberdayaan