93
BAB VIII SINTESIS
Nilai luhur yang terkandung dalam kelembagaan Jojobo berupa terciptanya hubungan kekeluargaan dan kekerabatan di dalam komunitas petani perladangan.
Hal ini terefleksikan dalam pemenuhan faktor produksi, distribusi dan konsumsi. Oleh karena itu keberadaan kelembagaan Jojobo diharapkan menjadikan sarana
dalam penerapan budaya lokal sebagai suatu upaya terutama pemenuhan kebutuhan ekonomi produksi dan ekonomi keluarga pada komunitas petani
perladangan. Nilai budaya kelembagaan Jojobo masih ada di komunitas petani
perladangan dicirikan dari sifat gotong royong antar warganya, dengan seringnya diadakan pertemuan secara periodik, mengundang setiap warganya pada saat ada
hajatan atau syukuran, melakukan penggalangan dana pada saat warganya mengalami musibah, serta memberikan bantuan pada saat ada warganya
melakukan hajatan.
Pada saat ini kelembagaan Jojobo merupakan konstruksi sosial yang diterima dan disepakati oleh komunitas-komunitas petani perladangan yang
tergantung pada nilai dan kekuatan luar desa seperti pasar dan industri perkotaan yang bersifat ekonomi dan individualis. Ukuran yang digunakan tidak lagi hanya
menyangkut kelestarian dan kebersamaan saja, namun dipengaruhi pula oleh eksploitasi dan sukses finansial yang menyebabkan masyarakat desanya rapuh
terhadap faktor yang berada di luar pengendaliannya. Kelembagaan
Jojobo terdiri dari beberapa komponen, yaitu normanilai, tata
perilaku, aktor dan fisik Soekanto, 1990. Komponen Jojobo tersebut memiliki dinamika antara periode dulu dan sekarang. Pada zaman dahulu komponen tata
nilainorma seperti kekerabatan, solidaritas, kepercayaan, tolong menolong kejujuran, masih sangat solid. Tata perilaku termanifestasi dalam tolong-
menolongresiprositas dalam hal pemenuhan kebutuhan sosial dan ekonomi keseharian, sementara aktorn atau personilnya lebih banyak adalah keluarga,
kerabat dan komunitas petani perladangan. Sedangkan bentuknya fisiknya adalah berupa sarana, prasarana, benda seperti pembangunan tempat ibadah, rumah adat
94 dan fasilitas publik lainnya. Sedangkan sekarang ini normanilainya mengalami
pergeseran, disebabkan adanya beragam kepentingan sosial, ekonomi dan politik dari komunitas petani perladangan yang ikut dalam Jojobo. Sebagai contoh,
Jojobo kadang dipakai untuk kepentingan mencari pengaruh sebagai jalan politik
menjadi pemimpin lokal pemilihan kepala desa atau kepala dusun. Sementara tata perilakunya dibentuk dari hasil usaha bersama yang bersifat dan dalam
aktifitas produktif perladangan. Misalnya, gotong royong pembersihan kebun, penanaman dan panen hasil pertanian.
Para aktor atau personil yang terlibat dalam aktifitas kelembagaan Jojobo sekarang lebih banyak kelompok marga, komunitas kekerabatan dan antar
komunitas yang masih memiliki kesamaan budaya. Sedangkan bentuk fisik kelembagaan Jojobo tidak banyak berubah dari dulu hingga sekarang, yang
tersembunyi dalam aktifitas sosial-ekonomi dan budaya masyarakat yang kemudian dengan nilai-nilai Jojobo tersebut mampu menggerakkan masyarakat
untuk bersama-sama dalam membangun berupa sarana dan prasarana, seperti bangunan rumah adat, tempat ibadah, dan fasilitas publik yang dibutuhkan oleh
komunitas petani perladangan yang terikat dengan nilai-nilai Jojobo. Secara lebih ringkas penjelasan komponen nilai-nilai Jojobo ini akan diuraikan dalam tabel
berikut ini;
Tabel 8. Komponen Kelembagaan
Jojobo No Kelembagaan
Jojobo Dulu Sekarang
1. NormaNilai
Solid. Berbasis Kekeluargaan dan Kekerabatan.
Solid. Namun ada kepentingan sosial, ekonomi Politik.
Berbasis komunitas 2. Tata
KelakuanPerilaku Tolong-menolong, resiprositas, kebersamaan, gotong royong yang
bersifat Reproduktif. Usaha-usaha bersama yang
produktif, tidak hanya terbatas pada ikatan kekeluargaan dan
kekerabatan.
3. Aktor
Kinship Hubungan-hubungan yang terikat pada kekeluargaan dan
kekerabatan Antar komunitas yang masih
memiliki kesamaan budaya. 4. Fisik
Tersembunyi dalam akivitas sosial-
ekonomi masyarakat Tersembunyi dalam akivitas
sosial-ekonomi masyarakat
Di beberapa wilayah Kecamatan Jailolo Selatan, masyarakatnya masih memiliki sifat dan naluri untuk berpartisipasi dalam membentuk lembaga seperti
kelompok tani, paguyuban, dan terutama Jojobo sebagai lembaga tradisional
95 setempat. Keberadaan kelembagaan Jojobo dapat diberdayakan dan dimanfaatkan
sebagai asset pembangunan karena memiliki inti budaya lokal yang menjiwainya. Jojobo
dikalangan komunitas petani perladangan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi yang telah dilakukan pada jaman dahulu. Jojobo
dianggap mampu menciptakan dan meningkatkan nilai hubungan kekeluargaan berdasarkan kekerabatan.
Faktor yang menyebabkan komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat masih melakukan tradisi Jojobo, berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan adanya hubungan emosional yang tinggi dalam hal saling mendukung dan membantu satu sama lain. Hal ini
memperlihatkan penerapan nilai-nilai Jojobo dalam aktivitas ekonomi pada komunitas petani perladangan dilakukan untuk saling membantu memenuhi
kebutuhan ekonomi produktif dan ekonomi keluarga pada komunitas petani perladangan.
Setiap orang yang ikut serta dalam kelembagaan Jojobo pastilah memiliki motivasi yang berbeda-beda, namun secara umum para peserta kelembagaan
Jojobo pada komunitas petani perladangan memiliki motivasi utama terjalinnya
hubungan kekeluargaan dan kekerabatan yang baik antar sesama warga. Motif utama masyarakat mengikuti Jojobo ini dikemukakan oleh tokoh masyarakat yaitu
Bpk Burhanudin Tahun 2011 bahwa motif utamanya adalah terjalinnya hubungan kekeluargaan dengan baik antar sesama warga, dan kebutuhan hidup
dapat terpenuhi dengan baik. Salah satu perubahan eksternal yang mempengaruhi keberadaan
kelembagaan Jojobo di Kecamatan Jailolo Selatan adalah banyaknya masyarakat pendatang dari berbagai etnis dan suku yang menetap di Kecamatan Jailolo
Selatan, baik dari kecamatan lain di Kabupaten Halmahera Barat, maupun dari luar kabupaten atau bahkan dari Luar Provonsi Maluku Utara. Pergeseran nilai-
nilai kelembagaan Jojobo terjadi karena sifat budaya yang dinamis, kehidupan mayarakat petani perladangan yang selalu berkembang, pengaruh lingkungan
ekonomi dari para pendatang, dan mobilisasi penduduk. Keberadaan
kelembagaan Jojobo
yang memilih mempertahankan nilai-nilai yang terkandung dalam Jojobo dianggapnya mampu memenuhi kebutuhan
96 ekonomi produktif dan ekonomi keluarga pada komunitas petani perladangan di
Kecamatan Jailolo Selatan, namun pada kenyataan nilai-nilai yang terkandung dalam kelembagaan sudah mulai memudar. Hal ini terlihat dari mereka yang
terbawa arus perubahan ditunjukkan oleh masyarakat di Kecamatan Jailolo Selatan yang memperkecil keberadaan kelembagaan Jojobo hanya dalam
aktivitasnya, sehingga berkurang terutama dalam unsur gotong royong seperti dalam pembangunan rumah yang mengganti unsur kerja sukarela menjadi lebih
komersial. Upaya pemberdayaan kelembagaan yang dilakukan masyarakat petani
perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan berupa upaya penguatan nilai-nilai yang terkandung dalam kelembagaan Jojobo. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan Jojobo oleh sebagian komunitas petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat dikemukakan oleh seorang petani
perladangan yaitu Bpk Abubakar Tahun 2011 yang mengungkapkan bahwa usaha yang dilakukan untuk mempertahankan Jojobo di komunitas petani
perladangan adalah dengan seringnya melakukan silatuhrahmi antar warga dan selalu memberikan dukungan dan bantuan satu sama lain.
Masih adanya kelembagaan sosial ekonomi pedesaan Jojobo mampu memberikan kekuatan bagi petani perladangan posisi tawar yang tinggi.
Kelembagaan Jojobo dalam hal ini memberikan jawaban atas permasalahan pemenuhan kebutuhan komunitas petani perladangan yang membutuhkan bantuan
satu sama lain. Penguatan posisi tawar petani perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan melalui kelembagaan Jojobo merupakan suatu kebutuhan yang sangat
mendesak dan mutlak diperlukan terutama bagi komunitas petani peladangan, agar mereka mampu secara berkelanjutan dalam melaksanakan kegiatan
usahataninya dan juga dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Penelitian ini menemukan arah tantangan pemberdayaan masyarakat desa
melalui keberadaan kelembagaan sosial yaitu kelembagaan Jojobo sebagai basis kelembagaan ekonomi produktif dan ekonomi keluarga pada komunitas petani
perladangan di Kecamatan Jailolo Selatan. Pentingnya peran serta dan pemberdayaan kelembagaan masyarakat di bidang sosial ekonomi, berupa
penerapan nilai-nilai Jojobo dalam aktivitas komunitas petani perladangan di
97 Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat, diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan ekonomi produktif dan ekonomi keluarga pada komunitas petani perladangan yang berbasis kekeluargaan dan kekerabatan.
98
99
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN